Liputan6.com, Jakarta Indonesia sudah mendatangkan 246 vial obat Fomepizole untuk menangani pasien gagal ginjal akut atau Gangguan Ginjal Akut Atipikal Progresif (GgGAPA). Obat ini merupakan jenis antidotum (antidote) sebagai penawar racun yang diberikan melalui injeksi intravena.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Mohammad Syahril mengatakan, sebagian besar kedatangan obat Fomepizole merupakan hasil donasi gratis dari negara-negara sahabat. Kabar ini menggembirakan, terlebih obat ini termasuk cukup langka di dunia.
Baca Juga
"Kita cukup beruntung saat ini ada 246 vial Fomepizole yang sudah ada di Indonesia, yang mana sebagian besar atau 87 persennya adalah donasi gratis dari negara lain," katanya melalui pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis, 3 November 2022.
Advertisement
Upaya mencari obat Fomepizole juga tak hanya diperoleh dari donasi, melainkan skema pembelian. Penambahan stok Fomepizole juga direncanakan membeli ke Amerika Serikat (AS) sebanyak 70 vial. Jika ditambah dengan rencana pembelian dari AS, maka jumlah stok seluruhnya menjadi 316 vial.
Sebagaimana paparan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR pada 2 November 2022, berikut ini rincian Fomepizole untuk pasien gangguan ginjal akut yang didatangkan:
Donasi
- Australia 16 vial
- Jepang 200 vial
Pembelian
- Singapura 30 vial
- Amerika Serikat (rencana pembelian) 70 vial
Kurangi Perburukan Gejala
Ditegaskan Mohammad Syahril, penggunaan obat Fomepizole menunjukkan efektivitas 95 persen terhadap pasien anak gagal ginjal akut di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.Â
"Hasilnya menunjukkan perkembangan yang terus membaik, artinya efikasinya baik dalam memberikan kesembuhan," lanjutnya.
"Pertimbangan pemberian Fomepizol karena adanya perbaikan kondisi pasien setelah diberikan terapi pengobatan Fomepizole. Ini membuktikan pengobatannya efektif menyembuhkan dan mengurangi perburukan gejala."
Pada konferensi pers 17 Oktober 2022, Kemenkes meminta orangtua untuk tidak panik dan tetap tenang namun selalu waspada, terutama apabila anak mengalami gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut.
Misalnya, ada diare, mual ,muntah, demam selama 3 - 5 hari, batuk, pilek, sering mengantuk serta jumlah air seni/air kecil semakin sedikit, bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali.
“Orangtua harus selalu hati-hati, pantau terus kesehatan anak-anak kita, jika anak mengalami keluhan yang mengarah kepada penyakit gagal ginjal akut, sebaiknya segera konsultasikan ke tenaga kesehatan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pelayanan Kesenatan Rujukan Yanti Herman.
"Jangan ditunda atau mencari pengobatan sendiri."
Advertisement
Kondisi Pasien Membaik
Penggunaan obat Fomepizole dinilai mampu menurunkan angka kematian akibat kasus gagal ginjal akut. Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin.
Bahwa setelah pemberian Fomepizole, kondisi pasien gagal ginjal akut yang didominasi balita membaik.
Dalam upaya pencarian obat Fomepizole, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebelumnya melihat faktor risiko penyebab kasus gagal ginjal akut. Kemungkinan faktor risiko terbesar kematian anak-anak disebabkan oleh obat-obatan -- terutama obat sirup -- yang mengandung senyawa kimia melebihi ambang batas, yakni Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).
Pembahasan faktor risiko penyebab ginjal akut dari senyawa kimia dalam obat sirup dilakukan tanggal 17 Oktober 2022. Diskusi dilakukan bersama para pakar dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), epidemolog, farmakolog, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Kita segera mencari obatnya. Karena kita sudah tahu penyebabnya kira-kira apa, faktor risiko terbesar untuk penyakit ini ya kita cari obatnya obatnya, kita temui, kita terapkan dan sekali lagi mendukung hipotesa kami," jelas Budi Gunadi saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta pada Rabu, 2 November 2022.
"Ternyata obat (Fomepizole) ini yang merupakan antidot dari faktor risiko tadi, begitu diberikan langsung, menurunkan level kematiannya (gagal ginjal akut). Ini juga mendukung faktor risiko terbesar, penyebabnya berasal dari senyawa kimia yang ada di obat-obatan dan sesuai dengan penemuan WHO pada tanggal 5 Oktober 2022."
Distribusi ke 17 RS Rujukan
Pada konferensi pers, Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril mengatakan, sebanyak 146 vial obat Fomepizole sudah terdistribusikan ke 17 rumah sakit rujukan.
"Kami ingin menyampaikan bahwa sampai dengan 31 Oktober 2022, kita mendatangkan obat Fomepizole sebanyak 146 vial dan sudah kita sebarkan di 17 rumah sakit yang ada di Indonesia ini," katanya saat Press Conference Update Penanganan Gangguan Ginjal Akut (AKI) yang disiarkan dari Gedung Kemenkes RI Jakarta pada Selasa, 1 November 2022.
"Jadi rumah sakitnya ada di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Aceh, Yogyakarta, Sumatera Barat, Sumatera Utara sampai ke Sumatera Selatan. Jadi sudah ada 146 vial yang sudah kita distribusikan."
Selain itu, Pemerintah juga masih mempunyaia stok obat Fomepizole sejumlah 100 vial. Artinya, jumlah akumulatif stok Fomepizole sejumlah 246 vial.
"Kita masih mempunyai stok 100 vial lagi dan kita total sebanyak 246 vial sudah mendatangkan obat Fomepizol atau obat penawar untuk gagal ginjal akut," lanjut Syahril.
Advertisement