Liputan6.com, Jakarta Kelompok lanjut usia (lansia) acap kali mengidap masalah kulit seperti pruritus (kulit gatal) dan xerosis (kulit kering). Jika tidak ditangani dengan tepat, akan penyakit-penyakit ini bisa menurunkan kualitas hidup mereka.
Pruritus dan xerosis pada lansia memang sering diabaikan karena dianggap sebagai hal wajar sehingga tidak perlu berkonsultasi dengan dokter. Padahal, pruritus dan xerosis bisa menjadi awal penyakit yang lebih berbahaya atau bahkan menjadi tanda bahwa seseorang memiliki penyakit tertentu.
Baca Juga
Kulit kering kerap membuat tekstur kulit menjadi kasar dan pecah-pecah, sehingga mempermudah bakteri masuk ke dalam tubuh. Kulit kering juga bisa berujung pruritus.
Advertisement
Jika gatal pruritus berlanjut lebih dari 6 minggu, maka berpotensi menjadi penyakit kronis lainnya. Pruritus bahkan bisa mengganggu kualitas hidup seseorang, seperti mengganggu tidur dan menyebabkan kecemasan hingga depresi.
Maka dari itu, perlu dilakukan pengobatan sesegera mungkin ke dokter spesialis kulit dan kelamin sehingga tidak memicu penyakit lainnya.
Dokter spesialis kulit dan kelamin sekaligus CEO Klinik Pramudia Anthony Handoko mengatakan, secara medis keluhan kulit gatal dan kering pada pasien lansia tidak sesederhana seperti hanya diobati keluhannya saja. Namun, yang jauh lebih penting adalah mencari sumber penyakit yang mendasarinya.
“Kami peduli bahwa keluhan gatal dan kering pada kulit pasien lansia dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup mereka. Maka jangan anggap remeh bila orangtua atau kerabat yang sudah menuju lansia memiliki keluhan kulit gatal dan kulit kering,” kata Anthony dalam keterangan pers, dikutip Senin (21/11/2022).
Perlu Diagnosis dan Tatalaksana Tepat
Ia menambahkan, perlu ada diagnosis serta tatalaksana yang tepat dan benar dari dokter spesialis kulit dan kelamin dalam penanganan masalah kulit pada lansia.
“Menjadi sebuah kebanggaan bagi Klinik Pramudia jika kami bisa memperbaiki kualitas hidup para lansia, khususnya lewat tatalaksana bagi pruritus dan xerosis” tambahnya.
Dalam keterangan yang sama, dokter spesialis dermatologi dan venereologi Klinik Pramudia, Amelia Soebyanto menyampaikan bahwa xerosis atau kulit kering dapat terjadi pada wanita maupun pria. Dan lansia memiliki risiko yang lebih tinggi.
“Kulit kering merupakan suatu keadaan dimana lapisan terluar kulit menjadi kurang lembab akibat penurunan kandungan air dan kandungan lemak. Kulit kering ini memiliki tekstur kulit yang kasar, bersisik, pecah-pecah, dan dapat disertai dengan keluhan gatal,” kata Amelia.
Ia menambahkan, prevalensi kulit kering di seluruh dunia sekitar 29-85 persen. Pada sebuah penelitian di salah satu fasilitas kesehatan di Perancis, didapatkan bahwa sekitar 56 persen pasien berusia lebih dari 65 tahun mengalami xerosis dan sekitar 9 persen mengidap xerosis derajat sedang-berat.
Advertisement
Keparahan Meningkat Seiring Bertambah Usia
Insiden dan keparahan kulit kering meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Penelitian menyebutkan bahwa xerosis ini lebih banyak ditemukan pada wanita (59 persen) dengan usia rata-rata 70 tahun.
“Pasien lansia dengan keluhan kulit kering memang belum dapat sembuh total dengan cepat dan akan bertahan dalam waktu lama. Karena memang banyak faktor yang berpengaruh baik faktor genetik, internal maupun eksternal.”
Faktor internal misalnya lapisan lemak yang berkurang pada kulit lansia, dan penyakit penyerta lain seperti diabetes mellitus, gagal ginjal, penyakit hati, infeksi, dan riwayat konsumsi obat-obatan tertentu.
Sedangkan, faktor eksternal dari pengaruh lingkungan dan gaya hidup juga sangat berperan dalam timbulnya kulit kering. Seperti stres, paparan sinar matahari yang lama, penggunaan air conditioner (AC), perubahan musim dan kelembaban, kebiasaan mandi yang lama, penggunaan sabun yang bersifat iritatif, dan asupan cairan yang kurang.
Tatalaksana Masalah Kulit
Ia kembali menambahkan, banyak masyarakat awam yang menyepelekan kulit kering dan menganggapnya hanya perlu dioleskan pelembab saja. Padahal, pemilihan obat oles yang tidak tepat pun bisa menimbulkan iritasi.
Perlu ada diagnosis yang lebih jelas dari dokter spesialis kulit dan kelamin untuk mengetahui tatalaksana yang paling tepat untuk menyembuhkan kulit kering.
Tatalaksana kulit kering dibagi jadi dua yaitu medikamentosa dan non-medikamentosa. Secara medikamentosa, dokter bisa memberikan obat minum untuk mengurangi gatal dan peradangan yang timbul. Antibiotik akan diberikan bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi. Sedangkan, obat oles dapat digunakan membantu mengatasi kekeringan pada kulit.
Dokter pun akan merujuk ke spesialis tertentu jika pasien memiliki penyakit penyerta. Penatalaksanaan secara non-medikamentosa juga tidak kalah pentingnya. Di antaranya dengan memastikan asupan cairan yang cukup, mandi jangan terlalu lama dan terlalu sering. Dokter juga lebih merekomendasikan mandi dengan air hangat suam kuku dan sabun yang lembut.
Advertisement