Liputan6.com, Jakarta - Memberikan banyak kasih sayang pada anak bisa mencegah perilaku bullying atau perundungan. Hal tersebut disampaikan Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi, MSi, MM.
"Salah satu upaya mencega perilaku bullying pada anak adalah dengan cara mengajarkan dan memberikan banyak kasih sayang," kata psikolog yang akrab disapa Prof Reni, dilansir Antara.
Baca Juga
Reni menambahkan, anak yang menjadi pelaku perundungan biasanya adalah anak yang sebelumnya pernah menjadi korban perundungan.
Advertisement
"Misalkan seorang anak yang pernah menjadi korban bully di rumahnya, karena tidak berani melawan otoritas maka si anak melampiaskannya di luar. Biasanya yang mejadi sasaran atau korban buully adalah anak yang lemah," Reni menjelaskan, seperti dilansir Antara.
Oleh karena itu, kata Reni, salah satu cara mengatasi anak agar tidak jadi pelaku atau korban bullying adalah mengajarkan dan memberinya banyak kasih sayang. Itu menjadi tugas orangtua serta masyarakat yang ada di lingkungan sekitar.
"Anak yang dibesarkan dengan cinta kasih dan rasa kasih sayang maka akan tumbuh sebagai individu yang utuh. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting karena akan menjadi modal untuk dia berinteraksi baik dengan teman-teman atau sebayanya," jelas Reni.
Reni pun menambahkan, masa kanak-kanak adalah masa pembentukan yang akan menentukan kepribadian dan karakter anak pada masa yang akan datang. Orangtua menjadi lingkungan pertama yang mendampingi proses tumbuh kembang anak.
"Masa pembentukan ini menentukan akan menjadi sosok individu apa dan bagaimana kelak. Orangtua sebagai lingkungan pertama dan utama berkewajiban mendampingi proses tumbuh kembang anak dan memberikan hal-hal yang menjadi kebutuhan anak sesuai tahap perkembangan," katanya.
Landasi dengan Nilai Religius
Orangtua, imbuh Reni, juga bertugas mengawal perkembangan anak dengan berlandaskan nilai-nilai religius agar menjadi pegangan hidup sang anak pada masa mendatang.
"Selain itu yang juga penting adalah pemberian kasih sayang mutlak tanpa syarat atau unconditional love," jelas Reni.
Ketuua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Dr Seto Mulyadi atau Kak Seto juga menyampaikan, penguatan pendidikan karakter merupakan kunci utama agar anak tidak jadi pelaku perundungan atau bullying.
"Pendidikan karakter menjadi kunci utama agar anak memiliki karakter yang berakhlak mulia dan penuh cinta kasih," kata Kak Seto.
Advertisement
Rencana Aksi Nasional Peningkatan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah dan Remaja
Imbauan pada orangtua mengenai pencegahan bullying juga disampaikan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Kementerian tersebut mengingatkan bahwa pencegahan perilaku bullying atau perundungan dimulai dari keluarga.
"Mari bersama-sama mencegah praktik bullying dengan cara memperkuat peran keluarga guna mendukung kesehatan mental anak," kata Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto, Senin (21/11/2022).
Dia menuturkan, pihaknya saat ini terus menggencarkan Rencana Aksi Nasional Peningkatan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah dan Remaja.
"Salah satu tujuannya adalah memastikan kesehatan anak-anak Indonesia, baik secara fisik dan juga mental," jelas Agus.
Dia mengingatkan, perundungan dikhawatirkan akan memberi dampak yang kurang baik bagi perkembangan mental atau psikologis anak.
"Dengan demikian Kemenko PMK terus berupaya mencegah praktik perundungan, salah satunya melalui penguatan edukasi dan sosialisasi mengenai revolusi mental," jelas Agus.
Revolusi Mental
Melalui revolusi mental, kata dia, pemerintah berharap akan terwujud lingkungan sekolah yang menyenangkan dan bebas dari kekerasan guna mendukung tumbuh kembang anak yang optimal sehat jasmani dan rohani.
Agus juga menambahkan, untuk menjaga kesehatan fisik dan mental anak orang tua perlu memastikan anak mendapatkan asupan makanan dengan gizi seimbang dan juga mendapatkan kasih sayang dan pendampingan.
"Selain memastikan anak mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, orang tua juga perlu mengajak anak berdialog dan juga mendampingi anak, terutama saat mengakses media sosial guna melindungi anak dari konten atau game yang mengandung kekerasan," kata dia.
Advertisement