Selain Vaksinasi COVID-19, Terapi Antibodi Monoklonal Diperlukan bagi Kelompok Rentan

Selain vaksinasi, ada langkah tambahan untuk meningkatkan kekebalan tubuh bagi kelompok rentan ini dengan antibodi monoklonal.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 26 Nov 2022, 16:14 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2022, 16:00 WIB
Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM. Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni)
Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM. Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni)

Liputan6.com, Jakarta Bagi kelompok rentan seperti Lanjut Usia (Lansia) dan orang dengan komorbid (penyakit bawaan), memproteksi diri dari virus COVID-19 sangatlah penting. Sebab mereka memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi dibanding populasi sehat.

Untuk itu, kelompok rentan ini sangat dianjurkan untuk vaksinasi COVID-19 dan tetap menjalani protokol kesehatan (prokes). 

“Sistem prokes dan vaksinasi booster adalah 2 garda utama yang dapat melindungi individu dari infeksi COVID-19, namun untuk kelompok rentan dikarenakan kondisi mereka," kata Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia(PERALMUNI), Prof Iris Rengganis dalam konferensi pers, ditulis Sabtu (26/11/2022).

Menurut Prof Iris, kelompok rentan berdasarkan definisi CDC juga termasuk:

- Pasien kanker yang menerima pengobatan kanker secara aktif baik untuk tumor padat maupun kanker darah,

- Pasien yang menerima transplantasi organ dan mengkonsumsi obat immunosupresan yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh

- Mereka dengan kondisi imuno defisiensi primer sedang atau berat

- Pasien HIV kondisi lanjut yang tidak terkontrol/tidak diobati dan mereka dengan pengobatan aktif kortikosteroid dosis tinggi atau obat-obat lain yang dapat menekan respons imun.

"Berdasarkan data GISAID, Virus SARS-Cov-2 Omicron BA.5 sejauh ini merupakan jenis varian yang mendominasi di Indonesia. Hal ini memperlihatkan bahwa kasus aktif COVID-19 masih ada, dan perlunya untuk masyarakat tetap berhati-hati, tetap waspada, khususnyapada kelompok rentan," ujarnya.

Namun selain vaksinasi, kata dia, ada pula langkah tambahan untuk meningkatkan kekebalan tubuh bagi kelompok rentan ini dengan antibodi monoklonal.

"Mereka ini memerlukan modalitas atau opsi lain seperti terapi imunisasi pasif dengan antibodi monoklonal," ujarnya.

 

 

Apa Itu Antibodi Monoklonal?

Antibodi Monoklonal (mAbs) merupakan suatu protein yang dibuat di Laboratorium yang bertindak seperti antibodi manusia pada umumnya dalam sistem kekebalan tubuh.

Antibodi Monoklonal (mAbs) Anti-SARS-COV-2 yang menargetkan Spike Protein Virus COVID-19 menunjukkan manfaat klinis sebagai pencegahan (Pre-exposure Prohylaxis/PrEP) untuk Infeksi SARS-CoV-2.

Antibodi Monoklonal mengikat S protein dari Virus COVID-19, sehingga mencegah virus untuk masuk ke dalam sel tubuh lainnya.

 

Beda Manfaat Vaksinasi dan Antibodi Monoklonal

Prof Iris menerangkan, jika vaksinasi membuat tubuh membentuk antibodi. Berbeda dengan antibodi monoklonal.

"Dengan vaksinasi, setidaknya butuh waktu 2 minggu untuk kekebalan terbentuk. Makanya seseorang butuh dua kali disuntik agar kekebalannya semakin baik. Sedangkan antibodi monoklonal sudah dibuat khusus di laboratorium dengan spesifik untuk omicron sehingga ini terobosan baru untuk kelompok rentan," jelasnya.

Selain itu, lanjutnya, jika pada populasi sehat efektivitas vaksin COVID-19 terhadap kejadian rawat inap terlihat lebih baik dan stabil dari waktu ke waktu. Sementara pada populasi kelompok rentan, secara umum terlihat efektifivitasnya lebih rendah dibandingkan populasi sehat.

"Di atas bulan ke-7 setelah vaksinasi, efektivitas vaksin pada populasi ini ditemukan kurang dari 70 persen," katanya.

Bahkan setelah diberikan vaksin dosis ke-3, efektivitasnya tidak bisa menyamai populasi sehat.

"Sehingga,mereka 3 kali lebih berisiko dirawat inap dan berisiko membutuhkan perawatan yang lebih intensif di ICU. Selain itu, kemungkinan kematian pada populasi ini juga jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 2x lipat," ujarnya.

Kelompok rentan ini memiliki risiko untuk terus menerus terinfeksi oleh virus COVID-19 dalam waktu yang lama. Replikasi virus yang terus menerus dan berkelanjutan ini dapat menyebabkan terjadi mutasi pada virus COVID-19 tersebut.

Sementara tambahan terapi antibodi monoklonal bisa digunakan sebagai profilaksis (pencegahan infeksi).

"Kita butuh intervensi jangka panjang pada kelompok rentan. Salah satu alternatif antibodi monoklonal yang berupa imunisasi pasif, sebagai pencegahan," katanya.

Waspada Kenaikan Kasus COVID-19 pada Libur Nataru 2022

Prof iris menambahkan, saat ini kasus COVID-19 B.A 5 terus naik di Jakarta. Ia pun tetap mengingatkan masyarakat untuk tetap jaga prokes. 

"Nataru orang banyak liburan. Akan terjadi kelompok ramai, jadi tetap prokes. Jangan sampai kasus naik lagi," katanya.

Ia juga mendorong lansia untuk melakukan vaksin booster kedua. "Mudah-mudahan lansia lebih cepat didahulukan karena mereka tiga kali lebih berisiko dirawat inap, perawatan ICU, mereka juga membutuhkan obat, angka kematian lebih tinggi dari kelompok tersebut," pungkasnya.

Beda Vaksin Covid-19, Plasma Konvalesen, dan Terapi Antibodi Monoklonal.
Beda Vaksin Covid-19, Plasma Konvalesen, dan Terapi Antibodi Monoklonal.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya