Liputan6.com, Jakarta - Guna memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan (nakes) di seluruh fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) di Indonesia, Kementerian Kesehatan bertekad mempercepat pemenuhan dokter, dokter gigi, dan spesialis.
Hal ini disampaikan Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono saat membuka Acara Mukmar, Seminar dan Workshop Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (ARSPI) bertajuk “Penguatan Rumah Sakit Pendidikan Dalam Mewujudkan Transformasi Kesehatan” yang digelar di Jakarta pada 5-6 Desember 2022.
Baca Juga
“Seperti yang kita tahu, banyak fasilitas pelayanan kesehatan yang masih kekurangan tenaga kesehatan, dibutuhkan waktu sekitar 7-36 tahun untuk memenuhi kebutuhan dokter spesialis di jejaring layanan rujukan,” kata Dante mengutip Sehatnegeriku, Selasa (6/12/2022).
Advertisement
Ia menjelaskan, upaya akselerasi dilakukan dengan menambah kuota dan jumlah program studi (prodi) di fakultas kedokteran serta melakukan program pengampuan RS pendidikan terhadap RS lainnya.
Skema ini disebut juga dengan Academic-Based Health System (AHS) yang mana RS didorong agar tidak hanya berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan, tetapi juga dalam bidang pendidikan dan penelitian.
“Nantinya akan kita bentuk sistem RS online untuk meningkatkan sistem integrasi dan interoperabilitas antar rumah sakit, sehingga RS pendidikan yang sudah ada bisa mengampu RS lainnya,” ujarnya.
Sejak 2010
Di Indonesia sendiri, program AHS telah dilaksanakan sejak tahun 2010 oleh Universitas Indonesia (UI). Kala itu, fakultas kedokteran UI diintegrasikan dengan RSUPN Cipto Mangunkusumo untuk memberikan layanan kesehatan.
Universitas ini juga bertugas untuk meningkatkan produksi tenaga kesehatan yang berkualitas dan bermutu.
Sejak saat itu, program AHS terus diperluas, mencakup 6 fakultas kedokteran diantaranya Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (UNAIR), dan Universitas Hasanuddin (UNHAS).
Keenam fakultas kedokteran tersebut kemudian melakukan pengampuan di enam wilayah. Hasilnya, jumlah RS Pendidikan meningkat hingga 210 RS di seluruh Indonesia, terdiri dari 82 unit Rumah Sakit Paru (RSP) Utama, 13 Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM), 28 RS Afiliasi, dan 87 RS Satelit.
Advertisement
Target 420 RS Pendidikan
Jumlah ini, lanjut Dante, tengah diupayakan untuk ditingkatkan. Sebab, masih ada sekitar 210 RS yang berpotensi untuk dijadikan RS pendidikan.
“Totalnya nanti akan ada 420 RS Pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia, harapannya ini mampu memberikan layanan kesehatan yang memadai, sekaligus bisa menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas dan bermutu” tutur Wamenkes
Guna mewujudkan target tersebut, Wamenkes meminta agar ARSPI aktif melakukan pendampingan dan memberikan bimbingan kepada 210 RS yang belum ditetapkan menjadi RS Pendidikan.
Tak hanya itu, RS Pendidikan juga diminta untuk memastikan proses pendidikan di RSP yang telah ditetapkan berjalan dengan baik dengan kualitas pendidikan yang tetap terjaga.
“Mudah-mudahan, kita bersama bisa meningkatkan jumlah tenaga kesehatan melalui penguatan RS Pendidikan yang terintegrasi,” tutup Dante.