Liputan6.com, Jakarta - Mendengarkan musik memang jadi hobi sebagian orang. Baik saat waktu luang, atau untuk menemani aktivitas yang tengah dilakukan, musik dapat didengarkan kapan saja. Musik juga memiliki banyak genre, yang dapat disesuaikan dengan selera Anda.
Selain menyenangkan, musik juga memiliki banyak manfaat. Musik juga dapat memengaruhi otak Anda. Menurut situs Live Science, beberapa pengaruh musik terhadap otak yaitu:
Baca Juga
Jelang Laga Versus Jepang di GBK, Bintang Timnas Indonesia Thom Haye: Atmosfer Bermain di Kandang Itu Gila
Tak Harus Selalu Bersama, 4 Zodiak Ini Memahami Pentingnya Ruang Pribadi dalam Hubungan Cinta
Eliano Reijnders Andalan Timnas Indonesia Dapat Pesan dari Bintang AC Milan, Ayo ke Piala Dunia Sama-Sama
1. Fungsi Kognitif
Advertisement
Peran musik tidak sekadar untuk mengisi kekosongan. Dalam sebuah studi tahun 2008 yang dipublikasikan dalam jurnal Perception and Motor Skills, para peneliti menemukan bahwa ritme baik dengan atau tanpa iringan musik dapat membantu Anda mengingat potongan-potongan informasi.
Selain itu, sebuah studi tahun 2010 yang dipublikasikan dalam Perceptual and Motor Skills menemukan bahwa musik mungkin dapat meningkatkan fungsi kognitif di luar konteks tugas memori.
Eksperimen ini meneliti 56 mahasiswa pria dan wanita yang diminta untuk menyelesaikan tugas pemrosesan linguistik dan spasial sambil mendengarkan 10Â potongan simfoni Mozart.
Hasilnya menunjukkan bahwa musik latar dikaitkan dengan peningkatan kecepatan pemrosesan spasial (seberapa cepat seseorang mengenali bentuk, pola, dan posisi objek)Â serta keakuratan pemrosesan linguistik (kemampuan untuk memproses kata-kata).
Menurut sebuah studi lainnya yang dipublikasikan pada 2007 dalam jurnal Aging Clinical and Experimental Research, peningkatan fungsi otak ini dapat dijelaskan oleh hipotesis gairah dan suasana hati.
Hipotesis menegaskan bahwa musik meningkatkan gairah, yaitu tingkat kewaspadaan dan kesadaran yang dirasakan, dan ini menempatkan seseorang pada posisi yang optimal untuk meningkatkan ingatan memori.
2. Kecemasan dan Depresi
Menurut ulasan tahun 2017 yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Psychology, musik bermanfaat untuk mengurangi gejala depresi.
Sebanyak 26 dari 28 studi yang dianalisis para peneliti menunjukkan penurunan tingkat depresi yang signifikan dari waktu ke waktu pada kelompok yang mendengarkan musik dibandingkan dengan kelompok yang tidak.
Selain itu, individu lebih tua yang tidak memiliki masalah kesehatan tertentu menunjukkan peningkatan ketika mendengarkan musik atau berpartisipasi dalam terapi musik. Terapi musik dapat meliputi mendengarkan, bermain musik, mengarang, atau berinteraksi dengan musik.
Menurut psikoterapis Jordan Vyas-Lee, mendengarkan musik yang ceria atau bahagia dapat membantu menerangi jaringan saraf yang menyimpan kenangan positif.
Vyas-Lee menekankan bahwa musik saja memang tidak dapat menyembuhkan depresi, tetapi dapat membantu proses pemulihan.
Sebuah ulasan tahun 2022 yang dipublikasikan dalam jurnal Musicae Scientiae juga menunjukkan bahwa mendengarkan musik memiliki efek signifikan terhadap penurunan kecemasan.
Umumnya waktu yang digunakan yaitu 30 menit, ucap para penulis. Meskipun demikian, penggunaan durasi yang berbeda disarankan sebagai pembanding untuk menarik kesimpulan tentang berapa lama seseorang harus mendengarkan musik untuk menghilangkan kecemasan.
Advertisement
3. Stres
Stres dalam waktu lama dapat mendatangkan malapetaka pada tubuh. Meskipun demikian, sama halnya seperti yoga, meditasi, dan olahraga, para ahli mengatakan bahwa mendengarkan musik juga dapat menurunkan stres fisik dan psikologis.
"(Musik) pada dasarnya mempengaruhi pelepasan neurokimia di otak, meningkatkan pelepasan serotonin dan dopamin serta mengurangi efek kortisol," kata Vyas-Lee.
Dia merujuk pada sebuah studi tahun 2015 yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet yang menunjukkan bagaimana mendengarkan musik sebelum, selama dan setelah operasi mampu mengurangi rasa sakit dan stres yang terkait dengan prosedur medis.
"Namun, bukti di sini tidak cukup," ucapnya memperingatkan. Berdasarkan bukti saat ini, tampaknya musik merangsang respons fisiologis dan psikoemosional untuk membuka jalur otak yang berhubungan dengan ingatan dan perasaan positif yang dapat mengurangi stres.
4. Produksi Dopamin
Dopamin adalah molekul pensinyalan sekaligus hormon yang dapat mempengaruhi banyak jaringan dalam tubuh. Dopamin memiliki banyak peran dalam tubuh, salah satunya adalah hubungannya dengan perasaan senang dan bahagia. Menurut Silverstone, musik dapat memicu pelepasan hormon ini.
"Ketika kadar dopamin naik, kita merasa senang dan suasana hati kita membaik," tuturnya.
Dopamin juga terlibat dalam sistem penghargaan otak, yang menjelaskan mengapa Anda sering merasa senang ketika mendengarkan musik.
Dampak Negatif Musik
Meski punya segudang manfaat, ternyata musik juga memiliki dampak negatif.
Dalam sebuah artikel tahun 2019 yang dipublikasikan di Psychology of Music, para peneliti menemukan bahwa 17 persen dari seluruh peserta yang berpartisipasi dalam percobaan menyatakan musik sedih membuat perasaan mereka yang memang awalnya sudah sedih jadi tambah buruk.
Meskipun demikian, 74 persen peserta lainnya mengaku tidak terpengaruh oleh musik sedih.
"Mendengarkan musik yang sedih atau penuh amarah terlalu lama dapat meningkatkan pelepasan kortisol dan merangsang area otak yang berkaitan dengan emosi negatif," ujar Vyas-Lee. Ini bahkan dapat mengaktifkan sistem pendeteksi ancaman di otak.
Bagaimana seseorang mendengarkan musik, bagaimana ia berinteraksi dengan musik pilihannya, dan seberapa banyak ia memutar suatu jenis musik tertentu merupakan kunci yang memengaruhi efek yang dihasilkan musik terhadap kesehatan emosionalnya.
Dengan demikian, jika Anda merupakan orang yang gampang terpengaruh dengan musik, pilihlah musik yang ceria untuk meningkatkan suasana hati.
Â
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement