Liputan6.com, Jakarta - Belum genap dua bulan, ada dua kasus penculikan anak di Indonesia yang ramai dibicarakan publik. Pertama, terjadi pada Malika (6) yang kini sudah ditemukan selamat. Kedua, terjadi pada MFS (11) yang berakhir dibunuh oleh dua remaja.
Pada kasus MFS, dirinya tergiur ajakan pelaku AD (17) dan MF (14) untuk membersihkan rumah dengan iming-iming upah sebesar Rp50 ribu. AD dan MF kemudian membunuh AMF karena ingin mengambil organ tubuhnya.
Baca Juga
Rencananya, organ tubuh MFS akan dijual pada kontak yang tertera dalam sebuah situsĀ jual beli organ tubuh manusiaĀ di mesin pencariĀ buatan Rusia,Ā Yandex. Kemungkinan besar, MFS pergi tanpa meminta izin orangtuanya.
Advertisement
Hal tersebut lantaran sebelum jasadnya ditemukan, orangtua MFS sempat melaporkan anaknya hilang. Foto MFS bahkan sempat viral di berbagai platform media sosial.
Jika menilik kasus penculikan, ada rangkaian hal yang sebenarnya bisa dilakukan oleh anak maupun orangtua untuk mencegahnya. Salah satunya dengan mengajarkan anak menolak dan mewajibkan anak untuk izin pada orangtua saat mau pergi kemanapun.
Dalam hal ini, orangtua perlu memberikan pemahaman pada anak tentang menjaga keamanannya sendiri.
Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani atau yang akrab disapa Nina mengungkapkan bahwa anak-anak perlu tahu bahwa dirinya tidak boleh berada terlalu jauh dari orangtuanya. Serta, wajibkan anak untuk meminta izin pada orangtua.
"Termasuk kalau keluar rumah, anak itu harus izin dengan orangtua. Atau kalau misalnya diajak oleh orang lain, anak itu harus izin," ujar Nina pada Health Liputan6.com ditulis Kamis, (11/1/2023).
Menolak Pemberian Orang Lain dengan Sopan
Lebih lanjut Nina mengungkapkan bahwa penting pula untuk mengajarkan anak menolak pemberian apapun dari orang lain. Terutama jika diberikan makanan atau minuman dari orang yang tidak dikenal.
Menolak pemberian orang lain bisa berlaku pula dalam hal lainnya. Seperti menolak bila diberikan uang atau mainan.
"Penting untuk mengajarkan anak menolak secara tegas tapi bukan yang galak, elegan gitu. Kalau misal ada yang mau kasih permen, tetap bisa sopan tapi menolak. Ini bisa mencegah bila anak diberikan obat bius dan sebagainya," kata Nina.
Berbeda hal saat anak masih dalam kategori usia balita. Nina menjelaskan, saat balita, pastikan anak tidak berada terlalu jauh jaraknya dari orangtua maupun anggota keluarga lainnya.
Pada anak yang sudah besar, batas jaraknya kemudian bisa ditambah agar anak tetap bisa mandiri.
Advertisement
Cegah Penculikan Harus Dilakukan Dua Sisi
Sebelumnya, Nina mengungkapkan bahwa upaya mencegah penculikan anak idealnya dilakukan oleh dua sisi, yakni orangtua dan anak itu sendiri. Terutama bila anak sudah berada pada usia di atas lima tahun.
"Pencegahan itu idealnya ada dari sisi orangtua atau lingkungan. Ada juga dari sisi anaknya. Jadi jangan anaknya sama sekali enggak. Apalagi anaknya sudah berusia di atas lima tahun, dia sudah bisa dilibatkan untuk mengamankan dirinya," kata Nina.
Sedangkan jika anak masih balita, upaya untuk mencegah penculikan baru sepenuhnya ada pada orangtua dan lingkungan sekitar. Sehingga menurut Nina, orangtua perlu punya hubungan baik dengan orang-orang yang ada di sekitar.
"Jadi kalau anaknya dibawa sama orang yang enggak dikenal, kalau tetangganya kenal, tetangga bisa ikut waspada, ikut menjaga anak itu," ujar Nina.
Pencegahan dari Dunia Digital
Cara selanjutnya yang bisa dilakukan oleh orangtua adalah dengan tidak menjelaskan hal-hal terlalu detail soal anak di media sosial. Nina menjelaskan, saat ini banyak orangtua mencantumkan keterangan soal anak secara gamblang di internet.
"Banyak yang nama anaknya diceritakan secara terbuka, terus tanggal lahirnya. Jadi ketahuan kan, ulang tahun kesekian, hari ini. Terus juga kesukaan-kesukaannya dan sebagainya," kata Nina.
"Kalau ada orang yang jahat, dia akan dengan cepat relate. 'Oh, ini anaknya si itu. Punya kesukaan ini. Dia biasa main di sana', dan sebagainya. Kita memberikan data-data soal anak kita walaupun kita mungkin tujuannya memamerkan kesenangan. Jadi jangan terlalu membongkar identitas kita dan anak di media sosial," tegasnya.
Advertisement