Risiko Terburuk Campak, Mulai dari Memicu Pneumonia hingga Merusak Otak

Campak kerap kali dipandang sebagai penyakit sepele. Padahal, campak punya risiko lain yang lebih buruk dari sekadar ruam kulit.

oleh Diviya Agatha diperbarui 21 Jan 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2023, 16:00 WIB
Cara Pencegahan Penyakit Pneumonia
Ilustrasi Pencegahan dari Penyakit Pneumonia Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Kebanyakan orang sudah tak lagi asing dengan campak. Penyakit satu ini memang telah lama ditemukan. Bahkan, vaksinnya telah ditemukan sejak puluhan tahun lalu.

Sayangnya, campak kerap kali dipandang sebagai penyakit sepele. Anda mungkin salah satu yang menganggapnya sekadar ruam kulit, yang memang perlahan akan menghilang dengan sendirinya beberapa hari usai muncul.

Hal itu pun sebenarnya tak sepenuhnya keliru. Namun, campak sebenarnya dapat memunculkan risiko lain yang lebih buruk dari sekadar ruam kulit.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Penyakit Infeksi Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr dr Anggraini Alam, SpA(K) mengungkapkan bahwa campak adalah penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi pada banyak bagian tubuh. Komplikasi itu kemudian bisa turut menyebabkan pneumonia.

"Komplikasi campak itu kemana-mana. Mulai dari mata, bisa ke jantung, paling sering pneumonia. Kemudian mulutnya luka, belum lagi dia ada diarenya," kata dokter yang akrab disapa Anggi tersebut dalam media briefing bersama IDAI ditulis Sabtu, (21/1/2023).

"Karena bayangkan kalau dia merah-merah di kulit kayak begitu, di saluran cerna ususnya juga seperti itu, dan juga bisa ke otak. Bisa keluar cairan juga dari telinganya," tambahnya.

Anggi menambahkan, campak sebenarnya juga bisa menyebabkan kematian. Terutama jika yang terinfeksi mengalami penyebaran virus hingga ke paru, dan mengalami pneumonia.

"Kematian tertinggi apabila campak itu sampai ke paru, ini menyebabkan kematian. Lebih dari 50 persen mendekati 90 persen kematian campak akibat pneumonia," kata Anggi.

Campak Sebabkan Kerusakan Otak

Ilustrasi otak
Ilustrasi otak (dok.Unsplash/Fakurian Design)

Lebih lanjut Anggi mengungkapkan bahwa campak pun bisa menyebabkan kerusakan pada otak anak. Kerusakan itu bisa terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah terinfeksi.

"Yang paling menyedihkan dari campak yang suka dianggap enteng, dari seribu yang kena campak satu diantaranya otaknya rusak. Kapan kejadiannya? Beberapa hari sampai beberapa minggu setelah campak," kata Anggi.

"Dalam setahun, ini virus campaknya bisa ditemukan di otak. Tentu ini menyebabkan kematian dan yang paling sedih dari 10-100 ribu, satu diantaranya akan mengalami subacute sclerosing panencephalitis (SSPE)," jelasnya.

SSPE tersebut bisa mulai muncul beberapa tahun setelah terkena campak, yang biasanya ditandai dengan menurunnya kemampuan fungsi otak.

"Biasanya pada saat sekolah, yang tadinya pintar, kok enggak pintar ya. Penurunan kemampuan. Pegang pulpen biasanya bisa, jatuh. Lama-lama duduk saja enggak bisa, dia akan merosot. Kemudian muncul gerak-gerakan dan enggak bisa diapa-apain sampai akhirnya meninggal," ujar Anggi.

Proses Ruam Kulit Akibat Campak Menyebar

3 Penyebab Bayi Demam dan Ruam Merah Serta Cara Mengobatinya
Tak selalu gejala campak, bayi demam dan ruam merah bisa menjadi pertanda penyakit lainnya. (FOTO:pexels/victoriaborodinova).

Dalam kesempatan yang sama, Anggi turut menjelaskan soal bagaimana proses penyebaran ruam kulit akibat campak. Menurut Anggi, pada dasarnya campak akan menyebar dari waktu ke waktu dari bagian kepala lebih dulu.

"Mulai dari belakang telinganya, atau antara rambut dengan kulit, kemudian di wajah, barulah tangan, kemudian ke tubuh, dan akhirnya menyatu. Lama-lama menggelap, memang demikian," ujar Anggi.

Sedangkan persoalan mata merah saat campak sendiri biasanya ikut terjadi. Anggi mengungkapkan bahwa mata merah terjadi karena epitel (sel yang berasal dari permukaan tubuh) ikut terkena virus campak.

"Kenapa itu (mata) menjadi merah? Karena sama-sama epitelnya itu terkena oleh si virus. Tidak hanya mata, tetapi mulut juga bisa. Bayangkan merah-merah itu yang di mata, di kulit, itu juga kejadian di saluran pencernaan. Jadinya bisa mencret-mencret (saat campak)," kata Anggi.

Campak, Bolehkah Tetap Mandi?

Ilustrasi mandi
Ilustrasi mandi. Foto: pexels pixabay.

Selain itu soal aturan mandi atau tidaknya saat campak, menurut Anggi, akan bergantung pada gejala yang tengah dialami. Jika anak tengah mengalami gejala demam akibat campak, maka sebaiknya tak perlu dimandikan dulu.

"Kalau soal mandi atau kena air, tentunya kalau anak sedang demam, jangan mandi karena dengan dimandikan, dia menjadi kedinginan. Suhu tubuh malah jadi anak," ujar Anggi.

Hal tersebut dikarenakan tubuh manusia berpusat pada suhu di otak. Jikalau suhu di luar sedang tinggi, maka suhu di badan bisa lebih meningkat lagi dan menyebabkan demam bertambah tinggi.

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya