Menkes Budi: Jangan Tunggu Stunting, Kasih Protein Hewani Bukan Biskuit

Cegah stunting dengan pemberian makanan kaya protein hewani, bukan dengan biskuit.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 26 Jan 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2023, 08:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengunjungi Posyandu Gilingan di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah pada 10 Desember 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Intervensi pencegahan stunting terutama kepada anak usia 6 sampai 24 bulan, sesudah pemberian ASI dapat memberikan makanan tambahan kaya protein hewani seperti telur, ikan, dan daging. Protein hewani terbukti bisa membantu tumbuh kembang sehingga bisa mencegah anak mengalami stunting.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menuturkan dirinya ditegur oleh para pakar dan profesor-profesor dari berbagai universitas ternama. Bahwa jangan memberikan biskuit sebagai makanan tambahan untuk penanganan stunting.

Pemberian makanan tambahan yang benar berupa protein hewani. Bukan pula utamanya lebih banyak diberikan protein nabati, misal sayur-sayuran.

"Saya dimarahin sama profesor-profesor, jangan kasih karbohidrat, biskuit. Kasihnya protein hewani. Harus dikasih telur, ikan, dan daging ayam. Bukan karbohidrat, bukan sayur, bukan protein nabati," tutur Budi Gunadi saat menghadiri Rakernas Program Banggakencana dan Penurunan Stunting di Kantor BKKBN, Jakarta pada Rabu, 25 Januari 2023.

"Jadi intervensinya pakai telur, ikan, supaya jangan bodoh (anaknya)."

Selanjutnya, bila berat badan anak tidak naik-naik saat ditimbang di Posyandu. Maka, orangtua sebaiknya segera membawa anak ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.

Upaya ini termasuk dalam penanganan dini agar anak tidak sampai kondisi stunting.

"Saya tahu kalau udah stunting mesti ke rumah sakit. Ternyata kalau dirawat yang sembuh cuma 20 persen. Udah telat kayak cancer (kanker) stadium 4. Lebih baik disembuhinnya sebelum stunting," terang Budi Gunadi.

"Ditimbang tidak naik, segera kirim ke Puskesmas, 90 persen sembuh. Kalau ditunggu sampai stunting, hanya 20 persen yang sembuh. Jangan tunggu stunting, segera ke Puskesmas untuk penanganan, lebih banyak dikasih protein hewani."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pemantauan Berat Badan Bayi

Anak-Anak Saat Divaksin Campak Hingga Polio
Kader Posyandu menimbang berat badan anak yang akan divaksin di RW 09, Pondok Benda, Tangerang Selatan, Senin (14/12/2020). Program rutin pemerintah setiap bulan ini digelar lewat posyandu dengan penyuluhan dan perawatan anak agar tumbuh kembangnya sehat. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Selain diberikan makanan tambahan khususnya protein hewani, intervensi stunting paling penting pemantauan berat badan.

"Ukurnya gimana? Itu ukur di Posyandu pakai antropometri, alat timbang sama alat ukur tinggi. Ini saya dikasih tahu sama Pak Menko (Menko PMK Muhadjir Effendy), itu dikasihnya hanya di Puskesmas," Budi Gunadi Sadikin melanjutkan.

"Di Posyandu yang menggunakan 300.000 orang ya harus giliran. Tapi kan Puskesmas sama Posyandu jauh-jauh (lokasinya). Kami akan lengkapi, sekitar 100.000 Posyandu dikasih alat ini, bukan gacin lagi, udah bagus, digital."

Saat ini, sekitar 100.000 Posyandu yang menggunakan alat antropometri digital. Target Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2023 adalah 300.000 Posyandu memiliki antropometri.

"Alatnya produksi dalam negeri dan diharapkan 2023 sebanyak 300.000 Posyandu sudah memiliki alat antropometri yang standar buatan dalam negeri dan baik kualitasnya," beber Menkes Budi Gunadi.

"Nah, kalau ditimbang dia (anak) ternyata berat badan dan tinggi badannya kurang, itu harus dikasih makanan tambahan -- proten hewani."


Asupan Protein Hewani

Sambut Natal dan Tahun Baru, Anak-Anak Asyik Bermain Salju di Mal
Seorang berseluncur di es di Snow Village di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Tangsel, Senin (17/12). Jelang Natal dan Tahun Baru sejumlah pusat perbelanjaan menyajikan kegiatan untuk menarik pengunjung. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Plt Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kemenkes RI Ni Made Diah menerangkan protein hewani terbukti dengan lengkap kandungan gizi yang penting untuk tubuh.

"Studi yang dilakukan oleh Headey et.al (2018) menyatakan bahwa ada bukti kuat hubungan antara stunting dan konsumsi pangan hewani pada balita 6-23 bulan, seperti susu atau produk olahannya, daging atau ikan dan telur," terangnya dalam pernyataan resmi.

"Penelitian tersebut juga menunjukkan konsumsi pangan berasal dari protein hewani lebih dari satu jenis lebih menguntungkan, daripada konsumsi satu jenis pangan hewani. Protein hewani penting dalam penurunan stunting."

Adapun makanan yang termasuk ke dalam protein hewani di antaranya adalah susu, telur, ikan dan daging. Telur merupakan sumber protein, asam amino dan lemak sehat, sedangkan susu mengandung protein dan kalsium.

Makan telur matang dengan susu membuat asupan protein manusia seimbang. Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Hardiansyah bahwa gizi dari makanan hewani bisa membantu pertumbuhan tulang.

“Artinya, jangan hanya berpikir tentang kalsium dan mineral, tapi ketika ingin pertumbuhan tulang normal maka perlu juga protein hewani,” jelas Hardiansyah.

Tak hanya anak-anak, ibu hamil juga membutuhkan asupan protein hewani untuk mencegah stunting pada janin yang dikandungnya. Gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan menjadi salah satu penyebab utama anak lahir stunting, salah satunya karena komponen gizi.

Infografis Tampilan Kekinian Camilan Tradisional
Infografis tampilan kekinian camilan tradisional. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya