Korban Meninggal Gempa Turki dan Suriah Tembus 29 Ribu, Warga Terdampak Perlu Makanan Hangat

Jumlah korban gempa Turki dan Suriah mencapai lebih dari 29 ribu jiwa. Di Turki, korban meninggal mencapai 24.617 per Minggu, 12 Februari 2023. Sementara di Suriah mencapai lebih dari 2.500 orang.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 12 Feb 2023, 17:24 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2023, 17:24 WIB
Gempa Magnitudo 7,8 Turki, Warga dan Tim Penyelamat Terus Cari Korban dari Reruntuhan Bangunan
Orang-orang dan tim darurat menyelamatkan seseorang dengan tandu dari bangunan yang runtuh di Adana, Turki, Senin, 6 Februari 2023. Gempa berkekuatan magnitudo 7,8 telah menyebabkan kerusakan signifikan di tenggara Turki dan Suriah. (IHA agency via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah korban gempa Turki dan Suriah mencapai lebih dari 29 ribu jiwa. Di Turki, korban meninggal mencapai 24.617 per Minggu, 12 Februari 2023. Sementara di Suriah mencapai lebih dari 2.500 orang.

Jumlah tersebut telah melampaui prediksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebut korban gempa Turki dan Suriah bisa mencapai 20 ribu orang.

Sementara itu, kepala bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Martin Griffiths mengatakan jumlah korban meninggal dapat meningkat dua kali lipat atau lebh.

Griffiths berbicara selama kunjungan ke kota selatan Turki Kahramanmaras, pusat gempa berkekuatan 7,8.

"Saya pikir sulit untuk memperkirakan dengan tepat karena kita harus berada di bawah reruntuhan, tetapi saya yakin itu akan berlipat ganda atau lebih," kata Griffiths kepada Sky News, Sabtu.

"Kami belum benar-benar menghitung jumlah korban tewas."

Dia juga mengatakan sebanyak 5,3 juta orang di Suriah kemungkinan besar akan menjadi tunawisma pasca gempa. Sedangkan 900 ribu orang saat ini sangat memerlukan makanan hangat di Turki dan Suriah.

Pemerintah Suriah telah menyetujui pengiriman bantuan kemanusiaan bagi area yang berada di luar wilayah kekuasaannya melewati jalur perbatasannya. 

Beberapa negara telah mengirimkan beragam bantuan yang diperlukan oleh dua negara terdampak bencana alam gempa itu. China misalnya, telah mengirimkan 53 ton tenda yang akan disusul dengan bantuan terkait kebencanaan lainnya, dilansir laman AlJazeera.

Tenda-tenda tersebut dikirim dari Shanghai dan diperkirakan akan tiba di Istanbul pada Minggu sore. Kemarin, sebanyak 40 ribu selimut bagi korban gempa Turki pun telah dikirim oleh Pemerintah China dan sampai di Istanbul.

Pemerintah China juga berencana akan mengirim perlengkapan medis, termasuk mesin elektrokardiogram, ultrasound diagnostic, kendaraan medis serta tempat tidur rumah sakit dalam waktu dekat.

Diketahui, tim penyelamat yang berjumlah 82 orang yang dikirim oleh Pemerintah China telah tiba di Turki sejak Rabu, 8 Februari 2023.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Lebih dari 1.000 Jenazah Dibawa Melintasi Perbatasan

Minum Air Kencing Untuk Bertahan, Remaja Korban Gempa Turki Ini Terperangkap 94 Jam
Korban gempa Turki sampai minum air kencing demi bertahan hidup (Sumber: Siakapkeli)

Sekitar 1.100 jenazah korban gempa magnitudo 7,8 sejauh ini telah dibawa melintasi satu-satunya penyeberangan perbatasan antara Turki dan Suriah barat laut yang dikuasai oposisi, kata pejabat yang mengelola penyeberangan Bab al-Hawa pada Sabtu, 11 Februari 2023.

Mereka mengatakan bekerja "sepanjang waktu" untuk mengirimkan jenazah dari Turki ke Suriah. Ratusan ribu pengungsi Suriah melarikan diri ke wilayah Turki selatan yang paling terdampak gempa di tengah perang saudara yang sedang berlangsung di Suriah.


Udara Dipenuhi Asap dan Debu

Pencarian Korban dan Penyintas Gempa Turki dan Suriah
Warga dan tim penyelamat mencari korban dan orang yang selamat di antara puing-puing bangunan yang runtuh setelah gempa bumi di desa Besnaya, provinsi Idlib Barat Laut Suriah perbatasan dengan Turki, pada Senin 6 Februari 2022. Tim penyelamat di Turki dan Suriah menerjang cuaca yang sangat dingin, gempa susulan, dan bangunan yang runtuh, saat mereka menggali korban yang tertimbun oleh gempa bumi yang menewaskan lebih dari 5.000 orang. (OMAR HAJ KADOUR/AFP)

 

Mengutip laporan Bernard Smith dari Al Jazeera, Turki dan Suriah dibayangi krisis kesehatan masyarakat pasca gempa.

“Salah satu tantangannya adalah pemerintah ingin memindahkan orang dari daerah (terdampak) untuk menghentikan bencana kesehatan masyarakat, udaranya tebal dengan asap dan debu, tidak ada sanitasi, orang masih terkubur di bawah reruntuhan dan masih tidur di tempat terbuka," ujarnya.

“Jadi mereka perlu menyediakan tenda. Ada beberapa tenda, di sini di pinggiran Antakya, sudah mulai berdatangan tapi masih belum cukup,” kata Smith.

Smith melaporkan, pemerintah perlu mengeluarkan orang-orang dari daerah-daerah terdampak agar mereka dapat mulai mencoba membangun kembali dan mulai mencoba membersihkan puing-puing, tetapi juga agar mereka dapat menjaga kesehatan masyarakat.


Seruan WHO untuk Bantuan Kesehatan di Turki

Cudi yang berusia 10 tahun diselamatkan 147 jam setelah gempa bumi di Hatay
Tim penyelamat mengevakuasi seorang gadis Suriah berusia 12 tahun, Cudi, dari puing-puing bangunan yang hancur di Hatay, Turki, setelah gempa berkekuatan 7,8 melanda tenggara negara itu, Minggu (12/2/2023). Hatay, yang berbatasan dengan barat laut Suriah adalah provinsi terparah di Turki yang terkena gempa dahsyat. (Photo by Yasin AKGUL / AFP)

Hampir 26 juta orang terdampak gempa mematikan yang melanda Turki dan Suriah minggu ini, kata WHO pada Sabtu, memperingatkan bahwa puluhan rumah sakit telah rusak.

Ketika jumlah korban tewas akibat gempa meningkat di atas 25.000, badan kesehatan PBB itu meluncurkan seruan kilat meminta $42,8 juta dollar untuk membantu mengatasi kebutuhan kesehatan yang mendesak dan menjulang tinggi pada Sabtu.

Organisasi Kesehatan Dunia, yang telah mengeluarkan $16 juta dari dana daruratnya, sebelumnya mengatakan hingga 23 juta orang dapat terkena dampaknya.

Tetapi pada hari Sabtu, jumlahnya meningkat menjadi hampir 26 juta, dengan 15 juta orang terkena dampak di Turki dan hampir 11 juta di Suriah yang dilanda perang.

Di antara mereka, lebih dari lima juta orang dianggap sangat rentan, termasuk hampir 350.000 lansia dan lebih dari 1,4 juta anak-anak.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya