Liputan6.com, Jakarta - Seorang wanita bernama Sylvia, didiagnosis menderita Alzheimer pada Desember 2016. Penyakitnya berkembang dengan cepat hingga mencapai titik terburuk dimana dia lupa siapa dirinya.
Mark Hatzer, anak kesayangan Sylvia, mencoba mengubah pola makan dan aktivitas sehari-hari ibunya. Sejak saat itu, kondisi ingatannya membaik.
Baca Juga
"Saya perlahan mendapatkan ibu saya kembali (dengan kondisi yang normal). Ingatannya membaik setiap saat. Dia lebih waspada dan terlibat. Pada dasarnya dia kembali seperti dulu lagi," tulis Mark di Alzheimer's Society.
Advertisement
Memang, makanan apa yang Mark Hatzer berikan ke sang ibu?
- Buah Beri
Mark kerap memberikan ibunya buah beri, seperti blueberry, blackberry, dan stroberi.
Buah beri merupakan bagian dari keluarga nutrisi flavonoid yang dikenal dengan kemampuan antioksidan dan anti-inflamasinya.
Menurut penelitian, blueberry dapat mengaktifkan bagian otak yang mengontrol pembelajaran dan memori, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan.
- Sayuran Hijau
Sylvia juga mengonsumsi makanan yang kaya akan sayuran berdaun hijau, seperti bayam dan kangkung. Seperti buah beri, daun dan sayuran hijau mengandung antioksidan tingkat tinggi.
Sebagaimana ditulis oleh BBC yang mengutip The Alzheimer's Society pada 23 April 2018, antioksidan tingkat tinggi dapat membantu melindungi dari beberapa kerusakan sel otak yang terkait dengan penyakit tersebut.
- Ubi Jalar
Ubi jalar dan wortel juga termasuk ke dalam list diet Sylvia. Sayuran berwarna oranye ini juga kaya akan antioksidan lain, yang disebut beta-karoten, yang menurut beberapa ilmuwan dapat bermanfaat bagi otak dan memori.
- Sedikit Makanan Olahan atau Berlemak
Mark cenderung mengurangi minuman manis, makanan yang digoreng, makanan cepat saji, kue kering, serta manisan dari makanan-makanan yang menurut para ahli harus dijaga seminimal mungkin untuk diet sehat.
Apa Kata Para Ahli?
Mengutip Alzheimer's Society, Sue Clarke mengatakan bahwa saat ini tidak ada obat atau cara untuk mencegah perkembangan kondisi demensia atau Alzheimer, selain dengan berolahraga, konsumsi makanan sehat, dan melakukan latihan kognitif.
Clarke mengaku bahwa apa yang terjadi pada Sylvia merupakan hal yang luar biasa.
"Sungguh luar biasa bahwa Sylvia dan putranya Mark telah mengambil tindakan untuk membuat rencana pribadi yang bekerja dengan baik untuk diagnosis demensianya,” tutur Clarke.
Menjalankan pola hidup yang sehat dapat membantu penderita demensia untuk mengelola gejalanya, tetapi tidak ada bukti kuat bahwa langkah-langkah ini akan memperlambat atau menghentikan penyakit mendasar yang menyebabkan demensia.
Para peneliti mencatat bahwa orang-orang yang melakukan diet ini memiliki kondisi tubuh yang sangat sehat dan memiliki risiko rendah terhadap banyak kondisi kronis seperti mengutip Healthline.
Advertisement
Mirip dengan Diet Mediterania
Diet yang Sylvia lakukan ternyata sangat mirip dengan diet Mediterania. Apakah itu? Ini adalah mengonsumsi makanan yang biasa dimakan orang di negara-negara yang berbatasan dengan Laut Mediterania, termasuk Prancis, Spanyol, Yunani, dan Italia.
Diet ini biasanya mengutamakan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, polong-polongan, kacang-kacangan, biji-bijian, dan lemak yang menyehatkan jantung sebagai makanan utamanya. Sementara, makanan olahan, gula tambahan, dan biji-bijian olahan harus dibatasi.
Penelitian tahun 1960-an menunjukkan bahwa diet ini dapat membantu menurunkan berat badan dan membantu mencegah serangan jantung, stroke, diabetes tipe 2, dan kematian dini.
Alzheimer's Research UK melalui penelitian tahun 2017 nya menemukan empat studi yang menyoroti manfaat potensial dari diet tertentu, termasuk diet Mediterania,dan bagaimana mereka dapat mendukung penuaan otak yang sehat dan membantu mengurangi risiko demensia.
Diet Mediterania merupakan cara yang baik untuk memastikan pola makan yang sehat untuk menjaga fungsi otak tetap baik, bukan hanya untuk orang yang terkena demensia atau alzheimer, tetapi untuk manusia secara umum.