Belajar dari Kasus Bunuh Diri Remaja SMK di Turi, Begini Pentingnya Dukungan Guru BK

Kasus bunuh diri remaja SMK di Turi, Sleman mengingatkan guru bimbingan konseling (BK) amat penting.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 21 Feb 2023, 21:00 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2023, 21:00 WIB
Ilustrasi pemakaman
Ilustrasi pemakaman. Foto: Unsplash.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus bunuh diri remaja SMK di Turi, Sleman mengingatkan bahwa peran pendampingan orangtua, keluarga, teman, hingga guru termasuk guru bimbingan konseling (BK) amat penting.

Hal ini disampaikan kriminolog Haniva Hasna. Menurutnya, guru BK memiliki peran penting karena sesuai dengan namanya, tugas guru BK adalah memberi bimbingan dan konseling pada siswa.

“Sangat berperan, sesuai dengan namanya BK kepanjangannya adalah bimbingan dan konseling. Siswa akan mendapat bimbingan terlebih dahulu sebelum mendapat sesi konseling. Atau bahkan tidak perlu sesi konseling ketika bimbingan sudah dilakukan dengan tepat,” kata perempuan yang karib disapa Iva kepada Health Liputan6.com belum lama ini.

Kriminolog sekaligus pemerhati anak dan keluarga ini menambahkan, pemberian materi dari guru BK terkait pengembangan diri pada siswa siswi akan menjadi bekal untuk hidup lebih baik.

“Seminggu sekali guru BK memberikan materi terkait pengembangan diri remaja akan menjadi bekal untuk hidup lebih baik. Apalagi bila ada ruang nyaman yang bisa membuat siswa dengan senang hati mendatangi guru BK tanpa stigma buruk,” kata Iva.

Tak dapat dimungkiri, stigma buruk soal ruang BK melekat di beberapa sekolah.

“Ada beberapa sekolah yang menganggap siswa datang ke ruang bimbingan konseling adalah siswa bermasalah. Stigma ini harus dihapuskan, siswa harus happy mendatangi ruang BK.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Guru BK Mesti Ramah

Iva juga menyarankan agar guru-guru BK harus ramah dan tidak memiliki kesan menyeramkan, galak, dan suka menghukum.

Mereka juga perlu memiliki kemampuan untuk sabar dalam mendengar keluh kesah siswa dan memberi masukan yang bijaksana.  

“Guru BK pun terdidik friendly (ramah), mampu mendengar aktif, tidak ‘ember’ (cerewet), tidak mudah memberi stigma dan yang paling penting dianggap sebagai sosok yang secure (aman) oleh siswa untuk mengungkapkan segala permasalahan.”

“Dengan demikian perilaku menyimpang bisa dikendalikan, siswa pun bisa menjadi remaja dengan kepribadian lebih baik,” tambah Iva.


Peran Keluarga

Jika di sekolah para remaja memiliki guru BK untuk berkeluh kesah, maka di rumah mereka sepatutnya memiliki tempat berbagi pula yakni orangtua atau keluarga.

Menurut Iva, keluarga adalah faktor utama perkembangan seorang anak. Kontrol sosial pertama dalam kehidupan remaja adalah keluarga.

“Ketika kedekatan keluarga terjalin dengan baik, komunikasi lancar, ada secure attachment dalam keluarga, maka keluarga itu memiliki fungsi pencegahan kejahatan atau perilaku menyimpang.”

Masalahnya, saat ini orangtua tidak berhasil mengenal anaknya sendiri yang dituntut hanya prestasi akademik tanpa diimbangi dengan kasih sayang serta kedekatan secara fisik dan jiwa.

Berbagai alasan diungkapkan oleh orangtua terkait kedekatan. Dari yang sibuk bekerja hingga pengalaman pengasuhan masa lalu yang sering diabaikan orangtua, tapi tetap menjadi pribadi yang mandiri dan berprestasi.


Zaman Sudah Berubah

Orangtua sering lupa bahwa zaman sudah berubah, lanjut Iva.

“Bisa jadi dulu orangtua kita sibuk bekerja namun setiap malam masih menyempatkan nonton TV bersama sambil memberikan nilai-nilai keluarga. Saat ini justru anak dan orangtua hidup dalam kluster tersendiri dalam kamar dengan gadget di tangan.”

“Anak terlalu banyak tekanan hidup dari ketidakharmonisan hingga tuntutan sekolah serta tekanan peer group,” kata Iva.

Kelelahan jiwa ini tidak diimbangi dengan bekal mental, nilai serta moral dari orangtua. Lalu, orangtua juga menganggap bahwa masalah anak adalah masalah sederhana yang tidak perlu didengarkan.

Kondisi ini membuat anak merasa terabaikan dan merasa bukan sebagai prioritas. Anak merasa tidak berharga sehingga memilih mengakhiri hidupnya, karena dia menganggap kematiannya akan melepas beban hidupnya dan tidak pula membuat keluarganya merasa kehilangan dirinya.

Kasus bunuh diri remaja SMK di Turi terjadi pada Selasa, 14 Februari 2023. Ia mengakhiri hidup dengan gantung diri di kamarnya. Sebelum melakukan aksi tersebut, korban mengunggah story Whatsapp bertuliskan “See you man teman.”

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

 

Fenomena Bunuh Diri di Gunungkidul
Infografis mengenai kenali faktor-faktor risiko bunuh diri
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya