Muncul KLB Difteri di Garut, Menkes Budi Akui Imunisasinya Kurang

Kemunculan KLB Difteri di Garut karena cakupan imunisasi di sana kurang.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 22 Feb 2023, 15:30 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2023, 15:30 WIB
Menkes Budi Gunadi Rapat Kerja Bersama Komisi IX DPR Bahas Pelayanan Kesehatan
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/11/2022). Rapat tersebut membahas penjelasan tentang implementasi piloting Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) dan pembahasan perkembangan kebijakan Kebutuhan Dasar Kesehatan (KDK), khususnya perubahan tarif layanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kemunculan KLB Difteri di Kabupaten Garut, Jawa Barat diakui Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin karena cakupan imunisasi di sana kurang. Dalam hal ini, cakupan imunisasi dasar lengkap, termasuk imunisasi difteri.

Menurut Menkes Budi, cakupan imunisasi difteri yang kurang di Kabupaten Garut lantaran terdampak dari adanya pandemi COVID-19. Terkendalanya akses kesehatan ke Posyandu dan Puskesmas selama pandemi menyebabkan banyak orangtua cemas membawa anaknya untuk imunisasi.

"Difteri di Garut memang itu vaksinasinya gara-gara ada COVID ini kan kita agak berkurang. Jadi nanti akan kami tangani," katanya saat diwawancarai Health Liputan6.com di sela-sela acara 'Lokapala 2023, Peluncuran Dokumen Health Outlook 2023: Saatnya Berubah' di Hotel JS Luwansa, Jakarta pada Rabu, 22 Februari 2023.

Merespons adanya KLB Difteri di Kabupaten Garut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah mengirimkan tim ke sana untuk tindak lanjut dan melihat kondisi soal kasus difteri yang dilaporkan.

 "Kami sudah kirim tim ke sana. Daerah sana memang vaksinasi difterinya kurang, tapi kami akan segera imunisasi. Imunisasinya kurang daerah di sana," terang Budi Gunadi.

Maksimalkan Imunisasi Difteri

Imunisasi Campak Anak Sekolah Dasar
Petugas Puskesmas melakukan imunisasi campak kepada siswa kelas I saat pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di SDN Serua 3, Ciputat, Tangsel, Selasa (1/9/2020). Kegiatan itu untuk memberikan kekebalan terhadap siswa dari penyakit campak, difteri dan tetanus. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Ketua Tim Kerja Surveilans dan Imunisasi Dinkes Jawa Barat Dewi Ambarwati menjelaskan, kedua warga Garut yang sekarang positif difteri sedang dirawat intensif untuk proses pemeriksaan.

Penanganan lebih lanjut, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat juga sedang menelusuri kasus difteri serupa yang dikhawatirkan terjadi di daerah lainnya.

"Nah setelah itu kita cari di kota-kota lainnya, diperiksa dan dalam proses pemeriksaan. Tapi saya belum hapal harus lihat data dulu. Di tahun kemarin memang sudah ada, tapi yang baru-baru ini yang sedang hangat itu di Garut," ungkap Dewi kepada wartawan pada Selasa, 21 Februari 2023.

Adapun status KLB difteri di Garut ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Nomor 100.3.3.2/KEP.91-DINKES/2023. Status KLB ini ditetapkan dalam jangka waktu 10 bulan dari Februari sampai November 2023.

Dinkes Jawa Barat pun sudah berkoordinasi dengan Dinkes Garut untuk memaksimalkan imunisasi difteri pada anak-anak di usia 15 tahun ke bawah.

Dewi berharap imunisasi tersebut bisa massif dilakukan supaya mencegah penyebaran difteri makin meluas di Kabupaten Garut.

"Sebenarnya, sudah ada respons juga dari bupati dan dari kementerian. Kami sudah seminggu ini maraton turun ke lapangan melaksanakan outbreak response namanya ORI," ucapnya.

"Jadi anak-anak di usia 15 tahun ke bawah di desa tersebut (lokasi KLB), kami akan suntikan imunisasi difteri semuanya. Kami sekarang sedang pendekatan ke tokoh masyarakat, tokoh agama di lapangan."

Rencana Imunisasi Massal Difteri

Antusias Anak Sekolah Ikut Imunisasi DT
Anak-anak menunggu antrean saat mengikuti vaksin Difteri Tetanus (DT) di RPTRA Citra Permata, Jakarta, Selasa (28/9/2021). Kegiatan rutin tahunan tersebut bertujuan memberikan kekebalan tubuh pada anak sekolah terhadap penyakit DT dengan kuota 150 anak per hari (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Leli Yuliani mengatakan, bahwa status KLB Difteri akan berlangsung sampai Oktober 2023.

"Itu karena nantinya akan dilakukan ORI atau Outbreak Response Immunization sebanyak tiga kali dengan jarak 0 bulan, 1 bulan, dan 6 bulan," katanya, dikutip dari Merdeka.com.

ORI akan dilakukan untuk anak yang berusia 2 bulan sampai 15 tahun, khususnya yang berada di Kecamatan Pangatikan.

"Akan dimulai hari Senin 27 Februari 2023 besok," paparnya.

Sebelumnya, difteri menjangkiti warga di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, terdapat 73 orang warga yang diduga difteri hingga Minggu (19/2/2023) dengan mayoritas penderita adalah anak-anak.

Leli Yuliani menyebut, kasus difteri muncul dalam empat pekan terakhir. Dari total 73 kasus tersebut, terdapat 4 kasus observasi difteri, 4 suspek difteri, 2 kasus konfirmasi positif difteri, 55 kontak erat, dan 7 orang meninggal dunia tanpa catatan medis yang lengkap.

Infografis Yuk Kenali Perbedaan Vaksin, Vaksinasi dan Imunisasi Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Yuk Kenali Perbedaan Vaksin, Vaksinasi dan Imunisasi Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya