Liputan6.com, Jakarta - Endometriosis adalah penyakit kronis pada sistem reproduksi wanita akibat pertumbuhan abnormal lapisan dinding dalam rahim (endometrium) atau tidak tumbuh pada tempatnya.
Menurut dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis di Rumah Sakit Pondok Indah - Pondok Indah, dr M Luky Satria Syahban Marwali SpOG Subsp FER, 30 hingga 50 persen penderita endometriosis mengalami gangguan kesuburan.
Baca Juga
Lebih lanjut dikatakan Luky, dampak endometriosis yang timbul sangat beragam, salah satunya berhubungan dengan ketidaksuburan yaitu sulit hamil. Dampak lainnya di antaranya:
Advertisement
- Kualitas sel telur yang menurun
- Cadangan sel telur yang menipis
- Proses pembuahan menjadi sulit
- Kualitas embrio menurun, dan
- Implantasi atau keluarnya bercak darah dari vagina pada masa kehamilan
Luky juga mengatakan bahwa endometriosis juga dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari seseorang, khususnya pekerjaan.
Dampak Endometriosis pada Pekerjaan
Luki menyebut bahwa sekitar 65 persen penderita endometriosis mengalami penurunan pada kemampuan kerja, 30 persen harus mengganti pekerjaan, sisanya harus menurunkan hari kerja atau bahkan berhenti bekerja.
Pada aspek lainnya, endometriosis dapat berdampak buruk pada hubungan sosial, pendidikan, psikologis, keuangan, kesempatan hidup, dan lifestyle.
Bagaimana tidak? Setiap bulan harus merasakan sakit luar biasa, serta konsultasi ke dokter untuk membeli obat hormonal yang tentu dapat memengaruhi aspek psikologis dan keuangan.
Pada organ tubuh lainnya, endometriosis dapat menimbulkan gangguan pada saluran kemih atau ginjal dan gangguan pada saluran pencernaan atau usus.
Diagnosis dan Penanganan Endometriosis
Apabila mengalami gejala endometriosis, Luki menyarankan Anda untuk melanjutkan ke tahap diagnosis.
Diagnosis endometriosis dapat dilakukan melalui ultrasonografi atau USG transvaginal atau transrektal. Selain itu, kata Luky, diagnosis dapat dilakukan melalui MRI.
Jika telah ditemukan diagnosis melalui USG atau MRI, penanganan yang pertama dianjurkan oleh Luki adalah obat hormonal. Apabila gagal, opsi selanjutnya yang disarankan oleh medis adalah operasi pembedahan.Â
Obat Hormonal Pasien Endometriosis
Obat hormonal merupakan obat yang diberikan kepada penderita endometriosis dengan tujuan meredakan nyeri dan menghambat pertumbuhan endometriosis.
Obat ini diberikan untuk penggunaan jangka waktu yang panjang hingga bertahun-tahun.Â
Luki mengungkapkan bahwa obat hormonal sudah teruji klinis aman untuk dikonsumsi penderita dalam jangka waktu yang panjang.Â
Dia, menjelaskan, racikan obat hormonal ini berbeda dengan obat lainnya. Kandungan yang terdapat di dalam obat hormonal diracik sedemikian mungkin untuk menekan hormon dengan jumlah yang tepat.
Endometriosis merupakan penyakit yang progresif (bisa berkembang menjadi lebih berat). Selama pengobatan dengan obat-obatan, pasien harus tetap selalu melakukan kontrol untuk evaluasi perburukan endometriosis.Â
Â
Advertisement
Operasi Pembedahan Jadi Opsi Terakhir
Apabila tahap penanganan pertama yakni penggunaan obat hormonal gagal, opsi selanjutnya yang disarankan Lukiadalah operasi pembedahan.Â
Operasi hanya dilakukan jika gagal terapi hormonal atau endometriosis menyebabkan gangguan pada organ lain, seperti saluran kemih atau usus.
Operasi pembedahan endometriosis dapat dilakukan menggunakan prosedur laparoskopi.
Prosedur laparoskopi merupakan gold standart untuk tindakan pembedahan pada endometriosis. Prosedur ini yang memungkinkan ahli bedah untuk mengakses bagian dalam perut dan panggul tanpa harus membuat sayatan yang besar di kulit.Â
Setelah operasi, obat hormonal jangka panjang juga diberikan pasca operasi untuk mencegah kekambuhan.
Luki mengungkapkan bahwa operasi tidak menutup kemungkinan endometriosis dapat terjadi lagi.
Pertimbangan Sebelum Operasi
Luki mengungkapkan banyak pertimbangan yang harus diperhatikan sebelum memilih opsi operasi pembedahan endometriosis.
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah usia dan cadangan sel telur. Setelah melakuan operasi, cadangan sel telur kemungkinan akan habis.
Apabila pasien masih dalam usia muda dan tidak memiliki cadangan sel telur yang cukup, maka besar kemungkinan pasien tidak dapat hamil di kemudian hari. Hal itu tentu membutuhkan pertimbangan yang matang.
Hal lain yang perlu diperhatikan menurut Luki adalah dapat timbulnya penyakit lain yang juga menyebabkan gangguan kesuburan, serta yakin bahwa keputusan ini merupakan keinginan pasien.
Advertisement