David Ozora Jalani Terapi Musik Heavy Metal di RS, Studi Ungkap Manfaat Dengarkan Genre Favorit

Di tengah perawatan intensif, David Ozora juga mendapatkan terapi heavy metal music. Apa itu?

oleh Tiara Laninda diperbarui 10 Mar 2023, 17:41 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2023, 17:41 WIB
David Latumahina
Kondisi terkini David Latumahina atau David Ozora. (Foto: tangkapan layar akun Twitter Jonathan Latumahina/@seek*******)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi David Ozora korban penganiayaan anak eks pejabat Pajak, Mario Dandy Satriyo, dikabarkan terus membaik.

Di tengah perawatan intensif yang dilakukan di Rumah Sakit Mayapada, Setiabudi, Jakarta Selatan, David juga mendapatkan terapi musik heavy metal.

Hal ini disampaikan oleh Addie MS saat menjenguk David, ditemani oleh anaknya, Kevin Aprilio.

"Biasanya kalau kondisi seperti ini musik yang tenang, relaksasi. Tapi begitu saya dengar musiknya yang heavy metal itu, hah?" tutur Addie kepada usai menjenguk David pada Rabu (8/3/2023), melansir NU Online.

Addie yang merupakan Anggota Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lesbumi PBNU) menyebutkan bahwa keluarga David menyebutkan memang terbiasa mendengarkan musik-musik dengan genre metal dalam kondisi normal.

David biasa mendengarkan lagu itu sebagai pengantar tidur dan menggunakan headphone. Apabila headphone dilepas, David justru akan bangun.

Apa itu Terapi Musik Heavy Metal?

Terapi musik heavy metal merupakan terapi seseorang mendengarkan musik dengan genre heavy metal untuk membantu meningkatkan fungsi memori mereka.

Tak sedikit orangtua yang tidak suka melihat anak-anaknya mendengarkan musik heavy metal dan rap.  Namun, beberapa penelitian telah menemukan bahwa mendengarkan musik yang disukai —termasuk rap dan metal, dan terlepas dari apakah orang lain menyukainya— sebenarnya baik untuk anak-anak.

Satu studi, yang dilakukan oleh para peneliti di Cardiff Metropolitan University, Inggris, menemukan bahwa orang yang mendengarkan musik yang mereka sukai dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif dan ingatan mereka. Hal ini seperti mengutip Atlanta Journal Constitution.

Sedangkan, mendengarkan musik yang tidak mereka sukai menghasilkan kinerja memori jangka pendek yang buruk.

Apa Kata Para Ahli?

Ilustrasi penelitian
Ilustrasi (Sumber: Pixabay)

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh University of Queensland School of Psychology, Australia, para peneliti mempelajari efek "musik ekstrem" pada pendengar heavy-metal reguler berusia 13-34 tahun. 

Para 16 menit awal, para peneliti memulai sesi yang dirancang untuk sengaja membuat subjek marah dengan mengemukakan kenangan tidak menyenangkan atau masalah yang berkaitan dengan uang, hubungan, atau pekerjaan.

Kemudian secara acak diinstruksikan untuk menghabiskan 10 menit berikutnya dalam keheningan atau mendengarkan musik heavy metal dari playlist mereka sendiri.

Separuh dari mereka di grup musik memilih lagu yang mengandung agresi atau amarah, sementara separuh lainnya memilih lagu dengan tema keterasingan dan kesedihan.

Hasil Penelitian

Sebagaimana ditulis Atlanta Journal Constitution, hasil penelitian ternyata mengejutkan.

Menurut rekan penulis studi tersebut, Leah Sharman, alih-alih membuat pendengar yang marah menjadi lebih marah, atau memicu episode depresi, bunuh diri, penyalahgunaan narkoba atau kekerasan, musik heavy metal justru terbukti meningkatkan emosi positif.

“Saat mengalami kemarahan, penggemar musik ekstrim suka mendengarkan musik yang bisa menyamai amarah mereka,” ujarnya.

“Musik membantu mereka mengeksplorasi keseluruhan emosi yang mereka rasakan, tetapi juga membuat mereka merasa lebih aktif dan terinspirasi. Hasilnya menunjukkan tingkat permusuhan, lekas marah, dan stres menurun setelah mendengarkan musik,” 

Menurut Sharman, perubahan paling signifikan yang dilaporkan adalah tingkat inspirasi yang mereka rasakan.

Berkaitan dengan Detak Jantung dan Tekanan Darah

jantung-kezo
ilustrasi jantung/pexels

Para peneliti di Turki mencoba menghubungan antara musik, stres, dan kerontokan rambut. Mereka meminta 1.540 sukarelawan mendengarkan berbagai playlist Spotify.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa genre yang paling mengurangi stres adalah musik genre pop tahun 80-an.

Para pendengar genre tersebut merasakan penurunan detak jantung mereka dengan rata-rata 36%, dan 96% pendengar melihat penurunan tekanan darah mereka.

Tidak ketinggalan, pendengar heavy metal juga mengalami penurunan detak jantung 18% dan 89% mengalami penurunan tekanan darah.

Infografis Konser Musik Pilihan 2023 di Indonesia
Infografis Konser Musik Pilihan 2023 di Indonesia.  (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya