Liputan6.com, Jakarta - PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana) menggandeng Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menyelenggarakan edukasi kesehatan daring bertema 'Pilih EPO atau Transfusi Darah' dalam rangka memperingati Hari Ginjal Sedunia 2023. Kali ini berfokus pada masalah anemia bagi pasien cuci darah.
Seperti diketahui bahwa anemia menjadi masalah pelik bagi pasien cuci darah. Terapi yang dapat dilakukan salah satunya dengan penyuntikkan EPO. Sedangkan alternatif lainnya tak lain adalah transfusi darah.
Baca Juga
Dengan adanya kegiatan seperti yang dilakukan bersama Etana, Ketua Umum KPCDI, Tony Richard, mengatakan, pihaknya ingin berbagi pengetahuan mengenai terapi yang sesuai bagi pasien dialisis. Harapannya terapi yang dilakukan sesuai kebutuhan dan aktivitas agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien tetap produktif.
Advertisement
Menanggapi hal tersebut, Internist Konsulen Ginjal dan Hipertensi, Kepala Instalasi HD RS Hasan Sadikin Bandung, Dr Afiatin dr SpPD-KGH FINASIM mengatakan bahwa pada pasien gagal ginjal kronik yang mengalami anemia harus diterapi dengan baik. Pemberian terapi Ertythropoiesis Stimulating Agent (ESA) merupakan terapi utama.
Terapi Utama bagi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Anemia
Dijelaskannya bahwa terapi ESA dapat diberikan kepada pasien ginjal kronik dengan HB <10g/dl, penyebab lain anemia sudah disingkirkan, tidak ada anemia defisiensi besi absolut dan tidak ada infeksi berat.
"Sedangkan untuk terapi transfusi darah dapat diberikan pada kondisi tertentu, karena mempunyai beberapa risiko di antaranya infeksi, kelebihan kadar besi dan kelebihan cairan, selain itu dapat menimbulkan reaksi transfusi pada beberapa pasien," ujarnya dalam sebuah webinar belum lama ini.
Â
Â
Keutamaan Terapi ESA bagi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Anemia dan Harus Cuci Darah
Menurut Afiatin pemberian ESA tetap merupakan pilihan terbaik untuk terapi anemia pada pasien gagal ginjal kronik yang harus dilakukan secara rutin.
Dengan melakukan terapi ESA tubuh dapat meningkatkan Hb yang berkelanjutan, sehingga menghasilkan sel darah merah yang dapat berfungsi secara normal dan dapat mempertahankan target Hb yang lebih tinggi.
"Sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien," ujarnya.
"Sedangkan transfusi darah memiliki banyak risiko apabila dilakukan kepada pasien cuci darah, seperti kelebihan besi, kelebihan cairan, risiko infeksi hepatitis B, C dan HIV, dan risiko lainnya," Afiatin menambahkan.
Oleh sebab itu, lanjut Afiatin, disarankan sebisa mungkin hindari transfusi darah untuk mengurangi risiko efek samping.
Â
Â
Advertisement
Kegiatan Etana di Hari Ginjal Sedunia
Etana melakukan berbagai kegiatan edukasi Kesehatan di rumah sakit dan Unit Hemodialisis yang tersebar di Indonesia dengan target peserta pasien hemodialisa, keluarga pasien, tenaga kesehatan dan dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam memperingati Hari Ginjal Sedunia
Randy Stevian, Head of Sales & Marketing PT Etana Biotechnologies Indonesia mengatakan bahwa Etana terus berupaya melayani pasien untuk menyediakan produk biofarmasi yang berkualitas tinggi dan harga terjangkau.
"Salah satunya melalui produk epoetin alfa yang dapat membantu pasien yang sedang menjalani hemodialisa. Melalui webinar ini kami berharap dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya pasien hemodialisa dalam meningkatkan kualitas hidup untuk menjaga dan melindungi kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan bangsa," ujarnya.