Liputan6.com, Jakarta Diabetes tipe 2 tidak hanya bisa menyerang orang dewasa tapi juga anak-anak. Menurut President of Indonesian Pediatric Society Prof. Aman Bhakti Pulungan anak yang mengalami diabetes bisa ditandai dengan akantosis nigricans.
Akantosis nigricans adalah kondisi kulit gelap di sebagian area tubuh seperti leher, belakang leher, ketiak, dan jari-jemari.
Baca Juga
Jika anak mengalami gejala ini ditambah tubuhnya gemuk, maka Aman mengimbau orangtua untuk memeriksakan gula darah anaknya.
Advertisement
“Kalau ada anak lehernya hitam, ketiaknya hitam, tangannya hitam, di belakang leher hitam, anaknya gemuk, cek gula darah, pastikan ini anak tidak diabetes,” kata Aman dalam temu media bersama Prodia di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa 28 Maret 2023.
Executive Director International Pediatric Association ini menambahkan, jika anak masih gemuk maka dianjurkan melakukan cek gula darah minimal satu tahun sekali. Pasalnya, 75 persen anak dengan akantosis nigricans mengalami diabetes.
“Ketika dia masih gemuk, minimal satu tahun sekali cek gula darah, kalau bisa enam bulan sekali. Ini sangat terkait, hampir 75 persen anak dengan tanda ini akan menjadi diabetes,” ujar Aman.
Kulit gelap sendiri salah satunya dihasilkan dari diabetes tipe 2 yang mana pankreas memproduksi insulin dalam kadar yang cukup, tapi tubuh tidak dapat menggunakannya secara efektif (resistensi insulin).
Peningkatan jumlah insulin menyebabkan sel-sel kulit di beberapa bagian tubuh berganti lebih cepat. Kondisi ini membuat bagian kulit tertentu berwarna lebih gelap dibandingkan warna kulit di sekitarnya.
Diabetes Tipe 1 pada Anak Meningkat 70 Kali Lipat
Sebenarnya, diabetes yang kerap dijumpai pada anak adalah tipe 1. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan, sejak 2010 hingga 2023 kasus diabetes melitus tipe-1 (DM tipe-1) pada anak meningkat 70 kali lipat.
Peningkatan kasus ini semakin memprihatinkan lantaran minimnya pemahaman terkait skrining, deteksi, pencegahan dini, dan penanganannya.
Menurut Aman, terdapat dua kategori diabetes yang umumnya dijumpai. Yaitu diabetes mellitus tipe 1 (DM tipe-1) dan diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe-2).
Diabetes tipe 1 disebabkan genetik dan autoimun yang bisa terjadi pada anak karena salah satu atau kedua orangtua memiliki diabetes. Sedangkan, diabetes tipe 2 biasanya terjadi akibat gaya hidup yang tidak sehat, berat badan yang berlebihan, dan kurangnya aktivitas fisik yang biasanya terdiagnosis pada usia pubertas atau lebih dewasa.
Advertisement
Tiga Gejala Diabetes Paling Umum
Aman pun menyampaikan bahwa peran orangtua sangat penting dalam memerhatikan kondisi kesehatan anak. Orangtua dapat mendeteksi gejala diabetes yang paling umum seperti:
- Poliuri (meningkatnya frekuensi buang air kecil dengan volume banyak)
- Polidipsi (lebih sering merasakan haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya)
- Polifagi (meningkatnya nafsu makan namun tidak disertai stamina).
“Walaupun diabetes bukan penyakit menular, tapi penyakit ini dapat mengakibatkan berbagai komplikasi dan gangguan pada tumbuh kembang anak,” ujar Aman.
Rata-Rata Anak Terkena Diabetes di Usia 5 - 9 Tahun
Aman menambahkan, banyak orangtua tidak menyadari bahwa pemeriksaan kesehatan dibutuhkan untuk mencegah terjadinya risiko kesehatan anak termasuk diabetes.
“Masih banyak orangtua yang belum sadar bahwa diabetes juga dapat menyerang anak-anak. Berdasarkan data global rata-rata usia anak yang terkena diabetes mellitus yaitu sekitar lima hingga sembilan tahun dan 10 hingga 14 tahun.”
“Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada usia di luar itu. Untuk menghindari risiko terburuk, gejalanya perlu dideteksi sejak dini,” tambahnya.
Advertisement