Studi Ungkap Bahasa Pertama yang Dikenalkan pada Anak Pengaruhi Cara Kerja Otak

Sebuah studi menunjukkan bagaimana bahasa pertama seseorang dapat memengaruhi cara otak membangun koneksi antara berbagai pusat pemrosesan informasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Apr 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2023, 07:00 WIB
Ilustrasi Kesehatan Otak
Ilustrasi Kesehatan Otak (sumber: unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi menunjukkan bagaimana bahasa pertama seseorang dapat memengaruhi cara otak membangun koneksi antara berbagai pusat pemrosesan informasi, menurut Live Science.

Perbedaan yang diamati dalam struktur jaringan bahasa ini terkait dengan karakteristik linguistik dalam bahasa asli peserta penelitian yaitu Jerman dan Arab. Penelitian ini dipublikasikan secara online pada bulan Februari lalu di jurnal NeuroImage.

"Jadi perbedaan yang kami temukan bukan karena latar belakang etnis yang berbeda tetapi sepenuhnya karena bahasa ibu yang digunakan," ujar seorang peneliti di Institut Max Planck yang memimpin penelitian Alfred Anwander kepada Live Science.

Meskipun jaringan bahasa tumbuh menjadi salah satu jaringan terkuat di otak, saat seseorang baru lahir, koneksinya masih lemah.

Ketika seseorang belajar berbicara, hubungan antara berbagai wilayah otak yang bertanggung jawab untuk berbagai jenis pemrosesan bahasa, seperti mengenali kata-kata dari suara serta menafsirkan makna kalimat menguat, jelas Anwander.

Beberapa bahasa mungkin lebih berkontribusi pada beberapa jenis pemrosesan bahasa ketimbang yang lain. Oleh sebab itu, para peneliti ingin melihat bagaimana perbedaan-perbedaan ini mempengaruhi pembentukan koneksi di otak.

Penelitian sebelumnya fokus pada daerah otak yang aktif selama pemrosesan bahasa. Ini terutama terletak di belahan kiri, meskipun kedua sisi otak berperan dalam pemrosesan pendengaran, dan bagian yang berhubungan dengan stres dan intonasi dalam pengucapan kata-kata berada di belahan kanan. 

Hubungan Bahasa Ibu dan Cara Kerja Otak

ilustrasi malas berpikir menyebabkan sistem kinerja otak menurun/pexels
ilustrasi malas berpikir menyebabkan sistem kinerja otak menurun/pexels

Seorang peneliti di Institute for Neuroscience and Medicine di Forschungszentrum Jülich di Jerman Patrick Friedrich—yang tidak tergabung dalam penelitian ini—mencatat bahwa di antara peserta dengan bahasa ibu yang berbeda, jaringan bahasa otak bisa "kurang atau lebih universal".

Kendati demikian, para ilmuwan telah mengamati perbedaan dalam bagaimana otak memproses bahasa kedua.

"Saya pikir penelitian ini benar-benar menarik karena untuk pertama kalinya dapat menunjukkan perbedaan struktural yang bergantung pada pengalaman asli daripada bahasa yang dipelajari di kemudian hari," kata Friedrich.

Penelitian ini melibatkan 94 peserta dengan setengahnya hanya berbicara bahasa Jerman, dan yang lainnya hanya berbicara bahasa Arab setelah pindah ke Jerman tidak lama sebelumnya.

Meskipun para peserta berbicara bahasa yang berbeda dan tumbuh dalam budaya yang berbeda, penelitian menunjukkan bahwa untuk faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi cara kerja otak, seperti usia dan tingkat pendidikan, hasilnya ekuivalen.

Identifikasi dengan MRI

Ilustrasi otak, kreatif, ide, gagasan, cerdas
Ilustrasi otak, kreatif, ide, gagasan, cerdas. (Photo by EKATERINA BOLOVTSOVA: https://www.pexels.com/photo/arranged-paper-clips-around-an-eraser-6192337/)

Dalam penelitian ini, para peserta diminta melakukan pemindaian otak dengan menggunakan "MRI difusi," yang melacak mobilitas terarah molekul air untuk mengidentifikasi struktur seperti akson, yang dapat bergerak dengan mudah oleh air.

Pemindaian menunjukkan bahwa dibanding seseorang yang berbicara bahasa Arab, penutur asli bahasa Jerman menunjukkan peningkatan konektivitas di wilayah kiri yang terlibat dalam pemrosesan bahasa.

Anwander mencatat bahwa bahasa Jerman dianggap rumit secara sintaksis, yang berarti arti kalimat lebih bergantung pada tata bahasa yang digunakan ketimbang urutan kata.

Dengan demikian, kata-kata yang maknanya saling bergantung bisa saja posisinya terpisah jauh (satu di awal kalimat, yang lain di akhir kalimat).

Daerah pemrosesan sintaksis sebagian besar berada di bagian frontal belahan kiri, sehingga masuk akal jika konektivitas yang lebih tinggi berada di belahan, katanya menjelaskan.

Sebaliknya, Anwander menggambarkan bahasa Arab sebagai semantik yang kompleks, yaitu meski urutan kata kalimat cenderung sama,mungkin sulit untuk memahami makna tiap-tiap kata.

Para peneliti mengamati peningkatan konektivitas antara belahan kiri dan kanan untuk penutur bahasa Arab yang mencerminkan hal ini.

Pengaruh Perbedaan Bahasa Ibu

Ekspresi Berpikir
Ilustrasi Ekspresi Berpikir Credit: pexels.com/Sandara

Selain itu, ada kemungkinan bahwa jaringan bahasa yang dibentuk oleh bahasa pertama seseorang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif non-linguistik lainnya, kata Anwander.

Misalnya, ingatan penutur bahasa Jerman mungkin dipengaruhi oleh keharusan mendengar seluruh kalimat sebelum menguraikan maknanya.

Lebih lanjut, seorang profesor psikologi emeritus di University College London David Green mengatakan bahwa hal-hal yang dilakukan saat bercakap, seperti bagaimana seseorang menggerakkan tubuh, juga dapat membentuk jaringan otak.

Meski studi yang dilakukan menunjukkan hasil yang luar biasa, tetapi ini tidak mencakup semua wilayah otak yang terlibat dalam pemrosesan bahasa, serta ukuran aktivitas otak yang dapat dibandingkan antar individu.

"Kita perlu memahami macam-macam cara otak menyelesaikan tugas yang diberikan serta sifat dari variasi itu pada semua individu," katanya.

Kendati demikian, Anwander melihat potensi untuk penelitian seperti ini, dan bertanya-tanya apakah mungkin untuk memprediksi bahasa asli seseorang melalui pemindaian otak.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis Virus Corona Covid-19 Bukan dari Laboratorium Wuhan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Virus Corona Covid-19 Bukan dari Laboratorium Wuhan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya