Liputan6.com, Jakarta - Jennifer Henderson dari Cincinnati, Ohio, berhasil mendapatkan kembali indera penciuman dan perasanya setelah dua tahun terkena efek long covid.
Sebelumnya, Jennifer tidak bisa mencium atau merasakan dengan benar selama 2 tahun gegara Long COVID.
Baca Juga
Long COVID adalah gejala sisa yang masih dirasakan pasien COVID-19 sekalipun sudah dinyatakan negatif. Gejalanya beragam dan bisa berlangsung dalam waktu yang lama.
Advertisement
Indera penciuman dan perasa Henderson kembali normal setelah diobati dengan suntikan pereda nyeri.
Jennifer terinfeksi Virus Corona pada Januari 2021. Wanita berumur 54 tahun itu mengaku mengalami beberapa gejala long COVID, seperti yang dia jelaskan kepada Cleveland Clinic.
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Kehilangan kemampuan mencium dan merasakan
Meskipun sebagian besar gejala Long COVID hilang setelah seminggu, Jennifer masih tidak dapat mencium atau merasakan dengan benar.
Indera Penciuman Kembali Usai Long COVID 2 Tahun
Setelah sembilan bulan, indera penciuman dan perasaannya kembali, tapi terdistorsi sehingga dia tidak dapat merasakan atau mencium dengan benar.
Ia merasakan pisang seperti terbuat dari logam, bawang putih seperti bensin, dan daging ayam seperti daging yang sudah busuk. Hal ini disebut disgeusia, melansir Insider.
Selain itu, dia tidak dapat mencium parfum, bunga, atau gel aftershave suaminya. Kondisi ini disebut parosmia.
"Ini mengerikan. Kebanyakan orang tidak mengerti bagaimana hal itu mempengaruhi Anda, dengan dua indera besar Anda hilang," katanya.
Takut Alami Anosmia Selamanya
Setelah hampir dua tahun mengalami perubahan indra penciuman dan perasaan, Jennifer menerima dosis pertama pengobatan pada Desember 2022.
Sebuah video menunjukkan dia menangis setelah pengobatan membuatnya bisa mencium dan merasakan kopi untuk pertama kalinya sejak terkena COVID-19.
Sebelum itu, Jennifer mengaku senang pergi makan di luar dan mencoba resep baru di rumah.
Namun, setelah kehilangan kemampuan mencium dan merasakan, dia takut untuk makan dan mengatakan sebagian besar makanan terasa tidak enak.
"Teman-teman suka bertanya di mana kita akan makan malam dan saya hanya merespons dengan mengangkat bahu," katanya.
Dia merasa sedih ketika melihat foto-foto lamanya dan mengingat bahwa dulu dirinya normal.
Jennifer juga khawatir apakah dia akan mengalami hal ini selamanya. Dia mencoba berbagai obat alternatif seperti akupunktur, tetapi tidak ada yang membantu.
Advertisement
Mengetahui Pengobatan Long COVID dari Support Group
Jennifer kemudian menemukan kelompok dukungan di Facebook untuk orang yang mengalami gejala serupa. Dari situlah dia mengetahui tentang pengobatan untuk mengatasi nyeri yang disebut Stellate Ganglion Block (SGB).
Diketahui bahwa pengobatan ini telah digunakan untuk membantu orang yang menderita long covid agar bisa mencium dan merasakan kembali.
SGB adalah serangkaian suntikan anestesi lokal ke sistem saraf yang dianggap bisa mengurangi gejala long covid.
Ahli obat nyeri yang merawat Henderson, Christina Shin, mengatakan,"Sistem saraf dan sistem kekebalan tubuh kita saling terhubung. Beberapa mengusulkan bahwa pasien long covid menderita overaktivasi sistem saraf simpatis atau peradangan sistem saraf mereka.".
Dia juga menjelaskan bahwa dengan menyuntikkan obat ke kumpulan saraf di leher, bisa membantu memblokir sinyal rasa sakit dan mengurangi gejala long covid.
Belum Tentu Pengobatan Long COVID Berhasil pada Semua Orang
Menurut Shin, pengobatan ini tidak berhasil untuk semua orang. Beberapa orang mendapatkan indera mereka kembali seiring waktu.
Namun, untuk beberapa orang seperti Jennifer, hasilnya terasa langsung.
Henderson telah mendapat dua suntikan tambahan sejak pengobatan pertamanya. Setiap suntikan berhasil memberikan peningkatan pada kedua inderanya, termasuk kemampuan untuk mencium parfum favoritnya lagi.
Dalam video yang merekam pengobatan pertamanya, Henderson mengaku bahwa dia merasa seperti mendapatkan hidupnya kembali.
"Anda merasa seperti Anda berada dalam kotak ini. Selama dua tahun, dua indera hilang sepenuhnya. Sekarang saya merasa seperti saya mendapatkan hidup saya kembali,” kata Jennifer.
Advertisement