Liputan6.com, Jakarta Setiap tanggal 10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia. Momen ini selalu jadi kesempatan untuk menggaungkan kembali segala hal seputar penyakit satu ini.
Lupus adalah penyakit autoimun yang ternyata memiliki banyak jenis. Dr Astrid Wulan Kusumoastuti mengungkapkan bahwa umumnya penyakit lupus akan terbagi menjadi empat jenis.
Baca Juga
Seperti Systemic Lupus Erythematosus (SLE), Skin Lupus, Drug-induced Lupus, dan Neonatal Lupus.
Advertisement
"Untuk skin lupus, dibagi lagi menjadi tiga yakni akut, kronis, dan subakut," ujar Astri mengutip keterangannya pada laman Klikdokter, Rabu (10/5/2023).
Lantas, apa sajakah perbedaan diantara keempatnya? Berikut penjelasannya.
1. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Autoimun SLE umumnya lebih dikenal dengan sebutan penyakit lupus. Jenis penyakit lupus yang satu ini banyak memengaruhi sistem organ dalam tubuh pasiennya.
Saat terkena autoimun SLE, sistem daya tahan tubuh seseorang kemudian akan menyerang sel dan jaringan tubuhnya sendiri.
SLE akan ditandai dengan peradangan kronis terutama pada ginjal, persendian, sel darah, otak, jantung, paru-paru, dan kulit. Sistem kardiovaskuler dan saraf kemudian menjadi bagian lainnya yang dapat ikut terpengaruh.
Hingga kini, sebagian besar penyebab lupus sendiri belum diketahui secara pasti. Namun, kemunculannya dikaitkan dengan kombinasi antara faktor genetik dan faktor dari lingkungan.
2. Skin Lupus
Berbeda dengan SLE, skin Lupus yang bisa terjadi justru pada orang yang tidak mengalami SLE. Meski begitu, masih ada sekitar lima persen atau lebih pasien dengan skin lupus mengembangkan SLE di kemudian hari.
Gejala lupus untuk jenis skin lupus biasanya berupa munculnya lesi dengan bentuk atau pola yang khas.
3. Drug-Induced Lupus
Lupus juga dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu. Itulah mengapa lupus jenis ini disebut dengan Drug-Induced Lupus.
Kondisi satu ini terjadi pada orang yang tidak mengalami SLE. Namun, lupus jenis drug-induced bersifat sementara dan akan mereda dalam beberapa bulan setelah pengobatan berhenti.
Sejauh ini, obat yang diketahui menyebabkan gejala mirip lupus seperti hydralazine dan methyldopa (obat hipertensi), procainamide (obat penyakit jantung), dan D-penicillamine (obat keracunan logam).
4. Lupus Neonatal
Umumnya, lupus neonatal dapat terjadi pada bayi dari wanita dengan autoantibodi tertentu, yakni anti-Ro, anti-La, dan anti-RNP.
Neonatal lupus akan menyebabkan gejala pada kulit bayi dan mereda dengan sendirinya. Ada pula 1 hingga 2 persen bayi dengan neonatal lupus yang mungkin mengalami penyumbatan jantung bawaan.
Advertisement
Gejala Penyakit Lupus
Hingga kini, sebagian besar penyebab lupus belum diketahui secara pasti. Namun, kemunculannya dikaitkan dengan kombinasi antara faktor genetik dan faktor dari lingkungan.
Lupus pun menjadi salah satu penyakit yang terkadang sulit dikenali. Pasalnya, gejala lupus atau autoimun SLE sangat bervariasi dan dapat menyerupai beberapa kondisi klinis lainnya.
Gejala yang cukup khas pada lupus adalah munculnya ruam pada wajah yang menyerupai sayap kupu-kupu, biasanya muncul pada bagian pipi. Namun, tidak semua pasien mengalami gejala yang satu ini.
Selain itu, kelelahan berat juga menjadi gejala SLE lainnya yang cukup sering ditemui. Aktivitas sehari-hari bisa menimbulkan kelelahan, sehingga beberapa pasien merasa kualitas hidupnya ikut terpengaruh.
Faktor Risiko Penyakit Lupus
Dalam hal faktor risiko, Astrid menyebut bahwa jenis kelamin menjadi salah satu yang sering terjadi. Menurutnya, lupus lebih sering terjadi pada wanita.
"Faktor risiko lupus yaitu jenis kelamin, lebih sering terjadi pada wanita. Usia, biasanya 15 hingga 45 tahun, dan ras lebih sering pada Afrika-Amerika, Hispanik, dan Asia-Amerika," kata Astrid.
Selain itu, lupus bisa terjadi pula karena faktor riwayat keluarga atau faktor genetik. Artinya, seseorang memiliki risiko lupus yang tinggi apabila lahir dari keluarga yang pernah mengalami penyakit tersebut.
Advertisement