Perokok Lebih Berisiko Alami Nyeri Tulang Belakang, Kok Bisa?

Ada beberapa kelompok yang memiliki risiko lebih besar alami nyeri tulang belakang. Salah satunya perokok. Apa hubungannya?

oleh Chelsea Anastasia diperbarui 30 Mei 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi rokok/dok. Pascal Unsplash
Ilustrasi Perokok Berisiko Lebih Tinggi Alami Nyeri Tulang Belakang/dok. Pascal Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Kesehatan tulang belakang makin sering menjadi perbincangan. Terlebih banyak orang dewasa muda sudah ada yang merasakan nyeri tulang belakang.

Ada beberapa penyebab seseorang alami nyeri tulang belakang. Salah satunya adalah pekerjaan banyak orang yang mengharuskan duduk selama berjam-jam.

Meskipun banyak orang mengaku kerap mengalami, ternyata ada kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami nyeri tulang belakang. Salah satunya adalah orang dengan kebiasaan merokok.

Hal ini diungkapkan oleh dokter spesialis ortopedi dan traumatologi di RS EMC Alam Sutera, Jephtah Tobing.

“Orang yang punya kebiasaan merokok itu punya risiko untuk terkena nyeri punggung lebih tinggi,” katanya dalam siaran langsung Healthy Monday Liputan6.com pada Senin, (29/5/2023).

Jephtah mengungkap, hal ini mengingat kebiasaan merokok dapat mengganggu aliran darah. Padahal, otot, tulang, dan saraf mendapatkan nutrisi dari pembuluh darah.

“Ibarat supply system, pembuluh darah itu yang memberi makanan,” tutur pria tamatan Monash University, Australia tersebut.

Dengan begitu, organ tubuh tak dapat berjalan dengan baik jika persediaan nutrisinya tidak bagus. 

“Stres oksidatif dari rokok itu membuat pembuluh darah tidak bagus, sehingga otot-ototnya, ligamen-ligamennya, dan organ-organ lain di tulang belakang tidak mendapat makanan. Sehingga, rentan terjadi keluhan nyeri di tulang belakang tersebut,” lanjut Jephtah.

Stres oksidatif merupakan kondisi yang dapat terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup antioksidan untuk menetralkan radikal bebas, seperti mengutip Klikdokter.

Perokok Pasif Juga Berisiko

Ilustrasi cedera tulang belakang
Ilustrasi cedera tulang belakang. Photo by Toa Heftiba on Unsplash

Tak berbeda, menurut Jephtah, perokok pasif pun memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami nyeri tulang belakang.

“Stres oksidatif itu dari pembakaran, dari asap rokok. Jadi, untuk perokok pasif kurang lebih efeknya sama,” ujarnya.

Kelompok Lain yang Paling Berisiko Nyeri Tulang Belakang

Selain perokok, Jephtah juga mengungkap dua kelompok orang lainnya yang berisiko tinggi untuk mengalami nyeri tulang belakang.

“Pertama, mereka yang tak beraktivitas fisik secara rutin atau tidak berolahraga secara teratur,” katanya.

Sementara itu, yang kedua adalah orang-orang dengan berat badan berlebih dan obesitas.

“Atau yang kalau misal kita ukur tinggi dan berat badannya, indeks massa tubuhnya itu antara berat badan berlebih (overweight) atau obesitas,” dia menambahkan.

Kelainan Bentuk Tulang Belakang

dr. Jephtah Tobing dalam siaran langsung Healthy Monday Liputan6.com pada Senin, (29/5/2023).
dr. Jephtah Tobing dalam siaran langsung Healthy Monday Liputan6.com pada Senin, (29/5/2023).

Jephtah juga menerangkan beberapa jenis kelainan bentuk tulang belakang skoliosis, antara lain:

Skoliosis kongenital

Skoliosis jenis ini merupakan bawaan dari lahir.

“Masyarakat pasti lumayan sering dengar tentang skoliosis ini, seperti tulang punggungnya bengkok, bentuk S-nya jadi ke kiri dan ke kanan,” katanya.

Skoliosis neuromuskular

Kemudian, Jephtah menuturkan, skoliosis neuromuskular adalah skoliosis yang disebabkan oleh penyakit neuoromuskular, seperti sistem saraf atau sistem otot.

Skoliosis idiopatik

Sementara itu, skoliosis idiopatik tidak dapat diketahui secara pasti penyebabnya. “Munculnya pun bisa dari usia di bawah 10 tahun, atau antara 10–18 tahun,” tutur Jephtah.

Teknologi Augmented Reality untuk Penanganan Masalah Tulang Belakang

Ilustrasi  Cedera Saraf Tulang Belakang
Ilustrasi Cedera Saraf Tulang Belakang. Foto Cottonbro dari Pexels.

Dengan beragamnya masalah tulang belakang, RS EMC menyadari pentingnya teknologi yang unggul untuk pasien operasi tulang belakang.

Oleh sebab itu, pada kesempatan yang sama, RS EMC mengenalkan inovasi augmented reality (AR) yang membantu dalam proses pemasangan implan dengan presisi seperti robot. 

Tak hanya itu, presisi juga seperti GPS yang menyediakan peta pembantu dokter pada saat tindakan operasi.

Melansir laman EMC, adapun beberapa kondisi yang bisa menggunakan teknologi AR pada saat operasi, antara lain:

  1. Nyeri pada punggung bagian bawah dan kaki.
  2. Spondylosis, yaitu penuaan atau degenerasi tulang belakang.
  3. Spinal stenosis, yaitu penyempitan ruang di tulang belakang yang dapat menekan sumsum tulang belakang dan akar saraf yang keluar dari setiap ruas tulang belakang.
  4. Degenerative disc disease, yaitu kondisi di mana bantalan sendi di tulang belakang sudah mulai terjadi degenerasi.
  5. Skoliosis.
  6. Spinal Instability (spondylolisthesis), yaitu kondisi tulang belakang yang menyebabkan nyeri punggung bawah.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya