Liputan6.com, Jakarta Tubuh gemuk pada anak acap kali tak dianggap sebagai ancaman obesitas karena buah hati terlihat ceria dan baik-baik saja.
“Namun di balik senyuman cerianya, terkadang kita tidak sadar akan kondisi kesehatan yang mungkin menyerang, meski terlihat baik-baik saja. Salah satu kondisi yang sering dikeluhkan pada anak usia muda yaitu obesitas,” kata dokter spesialis anak konsultan endokrinologi anak Eka Hospital Cibubur, Dana Nur Prihadi dalam keterangan pers, Jumat (2/6/2023).
Baca Juga
Dana menjelaskan, obesitas adalah kondisi dimana jumlah lemak yang didapatkan tidak sebanding dengan jumlah yang dibakar. Sehingga menyebabkan penumpukan lemak dan membuat anak menjadi kelebihan berat badan.
Advertisement
Meski dikenal banyak menyerang orang dewasa dan lanjut usia, faktanya obesitas juga bisa terjadi pada anak-anak. Bahkan beberapa kasus terjadi pada anak yang masih berumur di bawah 5 tahun (balita).
Berdasarkan data WHO, prevalensi dalam obesitas anak telah mencapai:
- Sebanyak 12,7 persen di antara anak usia 2 hingga 5 tahun
- Sebanyak 20,7 persen di antara anak usia 6 hingga 11 tahun
- Sebanyak 22,2 persen di antara anak usia 12 hingga 19 tahun.
“Hal tersebut membuat obesitas kerap menjadi permasalahan yang serius untuk anak-anak. Ditambah kondisi ini seringkali dibiarkan tanda-tandanya karena kebanyakan dari anak-anak belum memahami apa itu obesitas sepenuhnya dan merasa tidak ada yang salah dari tubuhnya,” ujar Dana.
Peran Orangtua Sebagai Pendeteksi Pertama
Maka dari itu, lanjut Dana, itulah mengapa peran orangtua sangat penting sebagai pendeteksi pertama.
Deteksi pertama perlu dilakukan untuk melihat tanda-tanda apakah anak mengalami obesitas. Karena meski tidak terlihat, obesitas dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan di kemudian hari.
Agar bisa mendeteksi kondisi anak, orangtua perlu mengetahui ciri-ciri obesitas. Menurut Dana, obesitas memiliki ciri-ciri yang bervariasi dan tidak menentu, karena tidak semua anak yang kelebihan berat badan dikategorikan sebagai obesitas.
Kondisi tersebut baru bisa didiagnosis oleh dokter dengan menghitung body mass index atau indeks massa tubuh menggunakan rumus, serta melihat usia dan kesehatan fisik anak.
“Akan tetapi, sebaiknya Anda tidak mendiagnosis obesitas dengan menghitung indeks massa tubuh sendiri. Karena massa otot yang tinggi juga bisa menghasilkan indeks massa tubuh yang tinggi dan butuh pemeriksaan lanjut dengan dokter terkait.”
Advertisement
6 Gejala Obesitas pada Anak yang Perlu Diwaspadai
Anak-anak yang memiliki obesitas mungkin akan menunjukan beberapa gejala yang bisa diwaspadai, seperti:
- Sesak napas
- Postur tubuh yang buruk
- Mendengkur saat tidur
- Sakit punggung
- Gampang lelah
- Mudah berkeringat.
4 Penyebab Obesitas pada Anak
Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko anak mengalami obesitas, yaitu:
Genetik
Jika orangtua atau keluarga memiliki riwayat obesitas, maka ada kemungkinan bahwa anak juga akan mengalami obesitas. Terutama jika keluarga terbiasa dengan gaya hidup yang tidak sehat.
Pola Makan Tidak Teratur
Anak akan memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami obesitas jika mereka memiliki pola makan yang tak teratur sejak dini. Makanan tinggi akan kalori, gula, hingga lemak dapat meningkatkan risiko anak mengidap obesitas.
Kurangnya Aktivitas Fisik
Cara yang paling efektif untuk membakar kalori berlebih adalah dengan melakukan aktivitas fisik. Sehingga jika anak tidak terbiasa untuk melakukan aktivitas fisik, ini dapat meningkatkan risiko mereka untuk mengidap obesitas
Pengaruh Psikologis
Anak dengan kondisi psikologis yang terganggu bisa saja mengembangkan kebiasaan yang bisa menyebabkan obesitas.
Penelitian mengungkap, anak yang memiliki tingkat stres dan kecemasan tinggi bisa saja membuat mekanisme menenangkan diri dengan mengkonsumsi makanan berlebih yang dapat meningkatkan risiko obesitas.
Advertisement