Banyak Kasus Rabies pada Manusia Terlambat Ditangani, Dokter Jelaskan Siapa Kelompok Rentannya

Sebagian besar kasus rabies pada manusia disebabkan karena pasien terlambat untuk memeriksakan kondisi ke fasilitas kesehatan.

oleh Diviya Agatha diperbarui 05 Jun 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2023, 10:00 WIB
FOTO: Pemberian Vaksin Anti-Rabies Gratis untuk Hewan Peliharaan
Rabies menjadi salah satu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia lewat gigitan. Dokter pun menyebut jikalau kebanyakan kasus rabies pada manusia memang terlambat ditangani. Foto diambil saat warga membawa anjing untuk disuntik vaksin antirabies secara gratis di kawasan Tebet, Jakarta. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak puluhan tahun lalu, rabies masuk dalam daftar penyakit paling menakutkan yang dapat menular dari hewan ke manusia. Penularan rabies ke manusia sendiri terjadi lewat gigitan hewan yang terinfeksi.

Hal itu turut dikonfirmasi oleh pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI yang menemukan jikalau 95 persen kasus rabies pada manusia memang terjadi karena gigitan anjing yang terinfeksi.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes RI, Dr Imran Pambudi mengungkapkan bahwa sebagian besar kasus rabies pada manusia disebabkan karena pasien terlambat untuk memeriksakan kondisi ke fasilitas kesehatan atau faskes.

Banyak Orang Sepelekan Gigitan Anjing

Seringkali, pasien menyepelekan gigitan anjing, terutama yang tidak menimbulkan luka. Kemudian kepanikan baru muncul saat anjing yang menggigit mereka tiba-tiba mati dan diduga terkena rabies.

"Mereka merasa, 'Ah, ini gigitannya kecil kok. Enggak sampai berdarah kok. Anjingnya juga anjing tetangga yang biasa main dengan saya kok'. Jadi menyepelekan," ujar Imran saat konferensi pers bersama Kemenkes RI ditulis Minggu, (4/6/2023).

"Sehingga mereka datang pada kondisi yang seringnya itu di atas satu bulan setelah digigit," tambahnya.

Imran mengungkapkan bahwa pada gigitan anjing rabies yang terlambat ditangani, sulit untuk para tenaga kesehatan bisa memeriksa secara sigap soal kondisi anjing yang bersangkutan.

"Artinya kalau sudah satu bulan, kita tidak tahu hewannya seperti apa dan rata-rata mereka baru panik bawa ke faskes setelah tahu anjing yang menggigit itu mati," kata Imran.

Kelompok Manusia yang Dianggap Lebih Rentan Kena Rabies

Kementan Uji Coba Penggunaan Vaksin Oral Rabies sebagai Langkah Memperkuat Kapasitas Pengendalian
Anak-anak dianggap lebih rentan terkena gigitan anjing terinfeksi rabies. Sebab, ukuran tubuh anak kecil memberikan kemudahan untuk anjing menjangkaunya. (Foto:Dok.Kementerian Pertanian RI)

Lebih lanjut Imran mengungkapkan bahwa pada dasarnya tidak ada kelompok yang benar-benar paling rentan maupun paling aman dari infeksi rabies.

Hanya saja, anak-anak masuk dalam kategori rentan karena ukuran tubuhnya yang memang lebih kecil dibandingkan orang dewasa. Sehingga, lebih mudah terkena gigitan tak terduga oleh anjing liar.

"Tidak ada orang yang punya kekebalan terhadap rabies. Tapi anak-anak itu semakin rentan karena dia kecil, pendek, jadi dia kalau tergigit lebih dekat dengan kepala. Jadi dia lebih vulnerable," ujar Imran.

Seperti diketahui, gigitan dari anjing yang mengalami rabies bisa menimbulkan kerusakan pada saraf manusia. Imran mengungkapkan, letak gigitannya turut berpengaruh dalam menentukan soal risiko kerusakan sarafnya.

"Prinsipnya kalau lokasi gigitannya semakin dekat dengan saraf itu prognosisnya lebih buruk, karena dia akan cepat sampai ke saraf tadi," kata Imran.

Hal Lain yang Bisa Dilakukan untuk Cegah Penularan Rabies

Pemberian Vaksin Anti Rabies Gratis untuk Hewan Peliharaan
Seekor anjing saat disuntikan vaksin anti rabies secara gratis di kawasa Tebet, Jakarta, Sabtu (31/10/2020). Pemberian Vaksin Rabies gratis tersebut untuk menghindari dan mengantisipasi penyebaran penyakit rabies kepada hewan peliharaan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dalam kesempatan yang sama, Imran mengungkapkan bahwa perlu adanya manajemen tersendiri yang bisa mengontrol atau mencegah penularan rabies.

"Tidak bisa kita membiarkan anjing-anjing berkeliaran di luar. Apalagi tidak ada pemiliknya. Setelah ketangkap, maka harus dilakukan vaksinasi," kata Imran.

Imran pun memberi contoh seperti adanya Peraturan Gubernur Bali tahun 2015. Dari peraturan itu, ada larangan agar anjing-anjing tidak boleh berkeliaran tanpa ada pemilik.

"Kalau di sana ada hewan liar yang kemudian tidak ada pemiliknya, itu akan ditangkap. Ditaruh shelter. Kalau dalam dua minggu tidak ada pemiliknya, dia akan dimusnahkan," ujar Imran.

Namun, menurut Imran, penting untuk tetap mementingkan SOP tertentu agar tidak melanggar kesejahteraan hewan jikalau ada peraturan seperti yang diterapkan di Bali.

Penularan Rabies ke Manusia dari Gigitan Anjing

Vaksinasi Rabies Gratis untuk Hewan Peliharaan
Warga membawa anjing peliharaannya untuk disuntikkan vaksin rabies di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta, Selasa (7/6/2022). Vaksin rabies yang diberikan secara gratis ini juag untuk mewujudkan Jakarta menjadi wilayah zona bebas rabies. (merdeka.com/Imam Buhori)

Akhir Mei 2023 lalu, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) NTT juga sudah melaporkan adanya 46 kasus rabies yang tertular ke manusia.

Sejauh ini sepanjang 2023, data milik iSIKHNAS (sistem informasi kesehatan hewan Indonesia) melaporkan adanya 234 kasus rabies pada hewan dari 10 provinsi berbeda di Indonesia.

Provinsi yang dimaksud diantaranya ada Bali, Jambi, Kalimantan Selatan, Lampung, NTB, NTT, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Utara.

Infografis 6 Desa Wisata yang Wajib Dikunjungi
Infografis 6 Desa Wisata yang Wajib Dikunjungi (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya