Liputan6.com, Jakarta Daerah Gunungkidul, DI Yogyakarta termasuk salah satu daerah yang seringkali kejadian temuan kasus antraks yang ditularkan dari hewan ternak seperti sapi kepada manusia. Kasus antraks di Gunungkidul baru-baru ini ditemukan pada 2023, sebelumnya terjadi juga di tahun 2022 dan 2019.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu menerangkan, adanya temuan kasus antraks di Gunungkidul terus dilakukan surveilans dan pelacakan kontak erat.
Baca Juga
Sampel atau spesimen dari masyarakat setempat juga masih diperiksa di laboratorium. Kemenkes juga bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menangani kasus antraks.
Advertisement
"Ya, kami melakukan yang paling penting penguatan surveilans. Penguatan surveilans itu yang positif, kita lacak kontaknya," terang Maxi di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta pada Rabu, 5 Juli 2023.
"Kemudian diobati dikirim ke rumah sakit. Dan tentu koordinasi dengan Kementan untuk (penanganan) hewannya."
Kasus Meninggal karena Antraks
Seperti diketahui, Kemenkes melaporkan tiga kasus meninggal karena antraks di Gunungkidul dan 93 lainnya positif. Ketiga kasus meninggal ini sama-sama berdomisili di Kecamatan Semanu.
Sementara data Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menunjukkan perbedaan. Dinas kesehatan setempat memastikan jumlah warga yang meninggal karena paparan penyakit antraks hanya satu orang saja, bukan tiga orang sebagaimana laporan Kemenkes.
Pasien positif antraks merupakan warga Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul meninggal pada 4 Juni 2023.
3 Orang Meninggal Bergejala Antraks
Maxi Rein Rondonuwu menambahkan, tiga kasus meninggal karena antraks di Gunungkidul terlihat bergejala antraks. Namun, tetap menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
"Ya ada tiga orang hari ini yang sudah kami terima, ketiganya itu yang meninggal. Kalau dari gejala dia meninggal ya memang kelihatan positif untuk antraks, tapi untuk hasil labnya itu kan menuunggu," tambahnya.
Koordinasi Lintas Sektor
Adanya kejadian antraks ini pun, Kemenkes sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat dan Kementan.
"Kami koordinasi sudah dengan dinas kesehatan termasuk di lintas sektor ya, terutama Kementan untuk melakukan tindak lanjut penanganan antraks ini," sambung Maxi.
Advertisement
Gejala Antraks di Gunungkidul
Dua kasus dari tiga orang yang meninggal karena antraks di Gunungkidul mengalami beberapa gejala. Dua kasus ini masih tercatat sebagai suspek.
Pada kasus suspek pertama yang meninggal merupakan seorang lansia berusia 73 tahun. Ia mengeluhkan gejala mengalami demam, pusing, dan batuk pada 29 Mei 2023 dan sempat dirawat di rumah sakit setempat pada 1 Juni 2023.
Lansia tersebut dirujuk ke rumah sakit karena mengalami kaku leher bagian belakang. Kemudian tanggal 4 Juni 2023 meninggal dunia.
Kasus suspek kedua antraks di Gunungkidul merupakan lansia berusia 78 tahun. Pada awalnya, ia mengeluhkan mual dan badan membengkak.
Sebagaimana laporan yang diterima Kemenkes, lansia ini juga mengonsumsi daging sapi yang sama seperti pada kasus suspek berusia 73 tahun. Sayangnya, pada tanggal 29 Mei 2023 saat dirawat di rumah sakit setempat.
Namun, nyawanya tak tertolong. Ia mengembuskan napas terakhir pada tanggal 29 Mei 2023.
3 Jenis Antraks pada Manusia
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama membeberkan manifestasi penyakit antraks pada manusia ada tiga jenis. Pertama adalah antraks kulit. Ini merupakan jenis antraks yang paling sering terjadi, tetapi tidak berbahaya.
"Kata antraks memang bermakna "arang" dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam," jelasnya melalui pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com pada Rabu, 5 Juli 2023.
Antraks Pencernaan dan Paru
Kedua adalah antraks pencernaan serta yang ketiga adalah antaks paru atau pernapasan, yang juga pada sebagian kasus dapat menjadi berat.
"Ini juga menyebabkan syok serta meningitis dan bahkan kematian," lanjut Tjandra Yoga.
Advertisement