Liputan6.com, Jakarta Perubahan iklim telah dikaitkan dengan berbagai macam dampak, termasuk dalam ranah kesehatan. Sebuah studi pun telah menambah bukti baru yang memvalidasi dampak perubahan iklim (climate change) pada kesehatan manusia.
Studi yang dipublikasikan dalam Nature Climate Change itu menemukan cuaca ekstrem dari perubahan iklim berperan dalam membuat sebagian besar virus dan bakteri menjadi lebih kuat.
Baca Juga
Alhasil, lebih dari 58 persen atau lebih dari 200 penyakit yang dapat menyerang manusia menjadi lebih buruk, seperti dikutip Euro News, Selasa (25/7/2023).
Advertisement
Setidaknya dari 375 penyakit yang dianalisis, 218 di antaranya terbukti dipengaruhi oleh adanya perubahan iklim.
Para peneliti dari Mamoa's University of Hawaii tersebut mengungkapkan bahwa semua peristiwa perubahan iklim yang ekstrem lebih umum terjadi.
Bahkan, semakin diperparah karena adanya pemanasan global yang berdampak pada banyak penyakit, khususnya yang dipicu oleh virus, bakteri, hewan, jamur, dan tumbuhan.
Patogen Jadi Lebih Dekat
Para peneliti menjelaskan, perubahan iklim membawa patogen menjadi lebih dekat dengan manusia. Hal itu terjadi lewat adanya suhu yang lebih hangat, lingkungan yang semakin lembap, hingga peningkatan curah hujan.
Sebab, peningkatan curah hujan dapat mendukung perkembangbiakan nyamuk, kutu, burung, dan mamalia yang bertanggung jawab atas penyebaran beberapa virus dan bakteri seperti demam berdarah, Lyme disease, dan malaria.
Berdasarkan kondisi cuaca ekstrem jugalah, perpindahan masyarakat dari satu tempat ke tempat lainnya menjadi semakin mudah. Padahal, beberapa daerah merupakan tempat yang rentan untuk manusia karena patogen meningkat.
Perubahan Iklim Bikin Imunitas Melemah
Patogen diperkirakan tumbuh menjadi lebih kuat agar bisa beradaptasi dengan cuaca yang berubah-ubah.Di sisi lain, respons sistem kekebalan tubuh manusia alias imunitas justru semakin melemah.
Menurut para peneliti, melemahnya imunitas manusia disebabkan karena adanya tekanan tambahan dari kondisi yang berbahaya, situasi hidup yang tidak aman, dan akses yang tidak pasti pada layanan kesehatan.
"Mengingat konsekuensi yang semakin meluas dari pandemi COVID-19, sangat menakutkan untuk menemukan adanya kerentanan kesehatan yang sangat besar akibat emisi gas rumah kaca," ujar Camilo Mora, profesor geografi di College of Social Sciences (CSS) sekaligus penulis utama studi.
Advertisement
Pentingnya Soroti Dampak Perubahan Iklim
Lebih lanjut Mora mengungkapkan bahwa dari peningkatan konsekuensi itu jugalah, penting untuk menyoroti dampak perubahan iklim. Termasuk dalam hal mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Ada terlalu banyak penyakit dan jalur penularannya, membuat kita perlu berpikir bahwa kita benar-benar perlu beradaptasi dengan perubahan iklim," kata Mora.
"Ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara global," sambungnya.
Dampak Positif Perubahan Iklim Lebih Sedikit
Studi yang sama turut menjelaskan bahwa meski ada 218 penyakit yang menjadi lebih buruk karena perubahan iklim, ada pula penyakit lain yang tidak bisa bertahan hidup di suhu yang panas.
Sayangnya, kuantitas penyakit itu tidak bisa mengimbangi banyaknya penyakit yang diperparah karena perubahan iklim. Terlebih, manusia dinilai belum bisa beradaptasi dengan sebegitu cepatnya pada dampak perubahan iklim itu.
"Kami berharap masyarakat untuk bisa beradaptasi, tapi itu bukan pilihan realistis. Dunia perlu mengurangi emisi gas rumah kaca yang mendorong perubahan iklim untuk mengurangi risiko ini," pungkas Mora.
Advertisement