Liputan6.com, Jakarta Beberapa pasangan pernah menggunakan air liur atau ludah sebagai alternatif pelumas saat bercinta. Tanpa pikir panjang, ludah dikeluarkan dari mulut dengan harapan bisa menjadi pelumas yang alami.
Terlebih lagi, ludah dianggap bukan sesuatu yang berbahaya untuk dilibatkan dalam sesi bercinta. Tetapi, benarkah demikian?
Baca Juga
"Ketika sedang tidak ada pelumas, ada pasien yang memberi tahu saya bahwa mereka menggunakan air liur," ujar penulis PCOS SOS: A Gynecologist's Lifeline to Naturally Restore Your Rhythms, Hormones, and Happiness, dr Felice Gersh mengutip Health, Kamis (27/7/2023).
Advertisement
Bahkan, menurut studi yang dipublikasikan dalam Sexual and Reproductive Health Matters pada 2022 lalu menemukan bahwa memang ada orang yang lebih suka menggunakan ludah daripada pelumas.
Sayangnya, menambah sensasi bercinta dengan ludah sebagai pelumas tidak dianjurkan. Berikut beberapa alasan di baliknya.
1. Infeksi Menular Seksual
Gersh mengungkapkan bahwa menggunakan ludah dapat meningkatkan risiko penularan infeksi menular seksual (IMS).
"Setiap IMS di tenggorokan atau mulut dapat ditularkan ke alat kelamin melalui air liur," ujar Gersh.
Misalnya, seseorang yang memiliki herpes dapat menularkan IMS pada pasangannya selama hubungan seks vaginal, anal, atau oral. Seperti diketahui, dua cara penularan herpes genital dapat terjadi termasuk dengan kontak melalui air liur atau kulit di area mulut.
"Kencing nanah, klamidia, HPV, sifilis, dan trikomoniasis juga semuanya bisa menular ke alat kelamin melalui air liur," kata Gersh menambahkan.
Begitu pun saat Anda melihat ada sariawan di sekitar mulut seseorang. Menurut Gersh, virus dari sariawan itu bisa ikut menular.
2. Air Liur Bisa Sebabkan Infeksi atau Iritasi
Lebih lanjut Gersh mengungkapkan bahwa bakteri yang ada pada air liur sangat berbeda dengan bakteri yang ada pada vagina. Sebab, air liur mengandung enzim pencernaan.
"Ketika Anda memasukkan bakteri dan enzim ini ke dalam vagina Anda, hasilnya dapat mengganggu mikrobioma vagina dan membuat Anda rentan terhadap infeksi jamur atau bakteri vaginosis," kata Gersh.
Belum lagi, kedua infeksi tersebut bisa berkembang lebih jauh saat keseimbangan jamur dan bakteri yang ada di vagina menghilang.
"Menggunakan air liur sebagai pelumas memberikan badai sempurna untuk mengubah ekosistem vagina yang cukup untuk memicu salah satu infeksi ini," ujar Gersh.
Advertisement
3. Timbulkan Rasa Gatal dan Terbakar
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Obstetrics and Gynecology tahun 2020 menambah satu lagi alasan mengapa air liur atau ludah tidak cocok menjadi pelumas untuk sesi bercinta Anda.
Peneliti menemukan bahwa air liur terkadang bisa memicu proses peradangan yang menyebabkan rasa gatal dan terbakar.
Jadi, Anda mungkin bisa sedikit membayangkan rasa tidak nyaman seperti gatal dan terbakar yang muncul pada alat kelamin.
Kualitas Pelumas dan Air Liur Berbeda
Di samping risiko IMS atau infeksi vagina, Gersh menyebut bahwa air liur tetap tidak disarankan untuk dijadikan sebuah pelumas.
"Itu tidak memiliki kualitas bawaan yang dapat menjadikannya pelumas yang baik. Konsistensinya berbeda. Air liur tidak licin, menguap, dan mengering lebih cepat. Lebih jauh lagi, dapat mengiritasi," kata Gersh.
Pelumas khusus sudah dirancang untuk menciptakan rasa halus atau licin yang sangat mirip dengan pelumasan alami yang dihasilkan tubuh.
"99,9 persen orang pernah menggunakan ludah sebagai pelumas. Tapi itu bukan yang terbaik atau ternyaman," pungkas Gersh.
Advertisement