Liputan6.com, Jakarta - Anak pertama pasangan Anang Hermansyah dan Ashanty, Arsy Hermansyah, dilarikan ke rumah sakit usai mengalami kecelakaan ketika mencoba bermain di permainan monkey bar. Sebuah wahana yang mengharuskan anak memanjat dan biasanya terdapat di taman bermain.
"Arsy lagi main monkey bar yang gini gini gini (menirukan gerakan gelantungan). Nah, Arsy kan sudah bisa yang satu, Arsy mau coba yang kedua. Sudah yang kedua, tangan kirinya enggak kuat," kata Arsy mencerita kronologis yang dialaminya dikutip dari kanal Youtube 'The Hermansyah A6' yang tayang dua hari lalu.
Baca Juga
"Terus mau yang ketiga, langsung tangan kirinya jatuh. Licin banget itu. Terus Arsy jatuh enggak bisa napas, sesek," dia menambahkan.
Advertisement
Tulang Belakang Arsy Hermansyah Crack
Melihat kondisi Arsy, Ashanty pun bergegas membawa anak perempuannya yang kini disibukkan dengan jadwal menyanyi ke rumah sakit. Di sana ada dokter langganannya dari kecil.
"Tapi enggak ada CT scan dan MRI, cuma ada X-ray," kata Ashanty. Dari hasil pemeriksaan, dokter menemukan adanya retakan (crack) pada tulang belakang Arsy.
Guna menghindari dampak serius dan kondisinya bisa terus dipantau, Arsy Hermansyah pun menjalani CT scan. Ashanty, mengatakan,"Arsy harus CT scan karena takutnya kenapa-kenapa.".
Sejarah Terciptanya Permainan Monkey Bar
Monkey bar yang semula diberi nama gym hutan (jungle gym) ditemukan pertama kali hingga akhirnya dipatenkan pada 1920 oleh seorang pengacara di Chicago bernama Sebastian Hinton. Dia adalah anak dari ahli matematika ternama, Charles Howard Hinton.Â
Junglegym lahir setelah Sebastian melihat anak-anak di taman kanak-kanak (TK) yang dibangun oleh istrinya, Carmelita Chase, bermain di luar rumah.
Â
Sebastian Bangun Monkey Bar untuk Para Murid di TK Milik Sang Istri
Sebastian dan Carmelita menikah pada 1916 dan dikaruniai tiga orang anak. Setelah berumahtangga, wanita yang dikenal cantik, pintar, dan multi talenta memutuskan mencurahkan sebagian besar waktu serta tenaganya ke TK yang dibangunnya tepat di sebrang jalan apartemen mereka.
Dalam buku 'Notbale American Women' yang ditulis Susan Ware dijelaskan bahwa Carmelita bertekad menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak-anak di sekolahnya. Dia tidak ingin pengalaman suram yang pernah dialaminya semasa sekolah dulu dirasakan murid-muridnya.
Di TK yang dibangun Carmelita menganut program pengajaran yang diberi nama pendidikan progresif. Di dalamnya terdapat aturan memasukkan lebih banyak aktivitas di luar ruangan seperti hiking, berkemah, bertani, hingga memelihara hewan ke dalam aktivitas sehari-hari.
Ide Awal Terciptanya Monkey Bar
Saat melihat para murid di sekolah istrinya bermain di luar rumah mereka di kawasan Winnetka, Illinois pada 1920, Sebastian seperti memeroleh wahyu untuk membangun sesuatu yang bisa mereka panjat.
Dikutip dari situs Un Remembered History pada Senin 31 Juli 2023, Sebastian lalu membayangkan struktur tiga dimensi yang mirip dengan kubis geometris yang pernah dibuat ayahnya.
Struktur Monkey Bar Sudah Ada Sejak Dia Kecil
Dikutip dari situs Smith Sonian Mag, dijelaskan ketika dirinya masih kecil, Charles telah membangun struktur serupa yang terbuat dari bambu dengan tujuan mengajarkan Sebastian dan saudara-saudaranya memvisualisasikan ruang dalam tiga dimensi saat mereka bergerak melalui struktur.
Dengan cara seperti ini, diharapkan Sebastian dan saudara-saudaranya bisa memperoleh pemahaman intuitif tentang ruang tiga dimensi melalui permainan dan pemahaman sudut x, y, dan z. Setiap anak mencoba menjadi yang pertama memegang persimpangan yang ditunjukkan.
Â
Â
Advertisement
Menulis Ide Awal tentang Monkey Bar di Serbet
Sebastian dilaporkan menuliskan semua ide terkait 'Junglegym' di serbet dan menyempurnakan rencana pengajuan paten.
Merefleksikan pengalaman ini bertahun-tahun kemudian, Sebastian membayangkan varian desain ayahnya berupa bingkai taman bermain logam kubik yang dibuat seperti 'puncak hutan tempat pasukan anak-anak dapat bermain dengan cara yang mirip dengan pasukan monyet'.
Kemudian pada 23 Oktober 1923, Sebastian diberi penghargaan pertama dari serangkaian paten di Amerika Serikat untuk 'gym hutan' miliknya, dan lahirlah monkey bar.
Saat akan menyerahkan hak paten, Sebastian mengatakan bahwa wahanan bermain yang dibuatnya memiliki alasan ilmiah dan akan berguna ke depannya.
"Mendaki adalah metode penggerak alami yang dirancang untuk dipraktikkan oleh pendahulu evolusioner (manusia)," begitu kata Sebastian yang dilanjutkannya dengan,"Dan karena itu hampir cocok untuk anak-anak.".
Penelitian Terkait Monkey Bar
Penelitian telah dari lahir dari ide-ide Sebastian. Dalam beberapa dekade terakhir, para antropolog telah menunjukkan bahwa bermain dan memanjat adalah perilaku universal di antara primata muda.
Peneliti lain telah menemukan banyak bukti terkait hobi mendaki di tulang fosil nenek moyang manusia.
Selanjutnya, patah tulang yang sembuh pada kera yang masih hidup menunjukkan seringnya jatuh, tetapi sebagian besar tidak fatal.
Â
Â
Pro dan Kontra Terkait Monkey Bar
Meski begitu hingga hari ini penemuan Sebastian terus memicu perdebatan tentang kesehatan anak-anak. Sebagian disebabkan monkey bar berisiko mengakibatkan lebih banyak cedera daripada wahana bermain lain yang ada di taman bermain. Sejumlah penelitian mengklaim bahwa setengah juta anak dilarikan ke ruang gawat darurat rumah sakit di AS dari 2009 hingga 2014 gara-gara kecelakaan di monkey bar.
Namun, di sisi lain, banyak psikolog yang berfokus pada tumbuh kembang anak berpendapat bahwa permainan yang berisiko sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat pada anak-anak. Hal ini disebabkan pengambilan risiko membantu anak-anak mengatur ketakutan mereka, memberikan semacam cetak biru untuk merespons secara efektif.Â
Dengan kata lain, menumbuhkan 'naluri monyet' bermanfaat bagi anak-anak, sebagaimana yang dikatakan Sebastian saat mengajukan paten pertama kali.
Advertisement