Liputan6.com, Jakarta Kebanyakan wanita tentu ingin memiliki proses kehamilan dan melahirkan yang menyenangkan. Namun, faktanya, masa-masa kehamilan dan setelah melahirkan tidak selalu berjalan dengan mulus lantaran baby blues bisa terjadi.
Belum lagi, baby blues bisa berkembang menjadi Postpartum Depression (PPD) dan membuat kondisi kesehatan mental ibu berisiko semakin terpuruk.
Baca Juga
Berkaitan dengan hal tersebut, penting bagi para suami untuk tahu apa yang bisa dilakukan ketika istri mengalami baby blues dan Postpartum Depression.
Advertisement
Sebab, menurut psikolog klinis dewasa Nuran Abdat Management yang berpraktik di Brawijaya Clinic Kemang & RS UMMI Bogor, Nuran Abdat, menikah harusnya dilakukan bukan sekadar untuk melegalkan hawa nafsu.
"Saya selalu sharing ke teman-teman, kalau berani menikah berarti berani bekerja sama, karena menikah bukan sekadar untuk melegalkan hawa nafsu belaka," ujar Nuran saat media briefing yang dilakukan bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ditulis Sabtu, (19/8/2023).
Ajak Istri Cerita dan Berkeluh Kesah
Sehingga, Nuran menambahkan, hal pertama yang bisa dilakukan suami adalah mengajak istri untuk bercerita. Komunikasinya pun perlu dijalin dengan saling menghargai satu sama lain.
"Sebagai suami, akan sangat bijaksana bila kita bersama istri, 'Yuk, kita sering-sering sharing'. Discuss, buka obrolan. Komunikasinya sendiri bukan sekadar ngobrol tapi tidak menghargai," kata Nuran.
"Berkomunikasi dan juga belajar saling menghargai dalam komunikasi, karena kalau diajak komunikasi tapi dilecehkan secara verbal, ya itu kan enggak menyenangkan. Sama saja bohong, mendingan enggak usah diajak ngobrol kalau kayak begitu," sambungnya.
Suami Istri Bisa Belajar Kerja Sama untuk Evaluasi
Lebih lanjut Nuran mengungkapkan bahwa suami bisa mengajak istri untuk melakukan evaluasi. Sesederhana menanyakan bagaimana yang terjadi selama satu hari menjaga anak usai melahirkan.
"Sering-seringlah bekerja sama untuk evaluasi. Setidaknya evaluasi yang paling dini adalah evaluasi kita dalam menjadi orangtua baru," ujar Nuran.
"Misalnya, (suami bertanya ke istri) 'Gimana sih hari ini yang kamu rasain dari tadi pagi waktu aku kerja?'. Barangkali istri baru melahirkan jadi belum atau tidak bekerja. Tanya, 'Dari tadi ngapain saja?'. Jadi pulang kita tahu bahwa kita akan intimate session sama pasangan kita," sambungnya.
Advertisement
Hubungi Istri Lebih Sering dan Beri Perhatian
Selain itu, jika suami tengah bekerja di luar, Nuran menyarankan untuk menjalin komunikasi dengan lebih sering. Bisa menghubungi lewat telepon atau pesan singkat, misalnya.
"Sekadar chatting atau kirim voice note, call sebentar. Hanya untuk menyapa saja. Enggak sampai lima menit kok telepon itu. (Misal) 'Hai, mau nyapa mamanya dong'," kata Nuran.
Jika memungkinkan, Nuran menyarankan agar suami juga bisa memperhatikan istri dengan mengirimkan makanan.
Hal itu lantaran ketika masa-masa baby blues dan Postpartum Depression, ibu mungkin akan lupa untuk memerhatikan dirinya sendiri termasuk dalam hal makan.
Sekilas Soal Baby Blues dan Postpartum Depression
Dalam kesempatan yang sama, Nuran mengungkapkan bahwa penting untuk memahami jikalau Postpartum Depression sendiri bukan hal sembarangan.
"Kalau dilihat dari namanya, Postpartum Depression, tentu ini bukan hal yang main-main. Bukan sekadar tidak nyaman atau vulnerable alias rentan. Tapi kerentanan yang tidak terprediksi atau tidak terlihat cukup aman dari awal, hingga membuat seorang terlena dalam mengatasi PPD," kata Nuran.
Pada masa baby blues dan Postpartum Depression, emosi ibu bisa naik turun secara signifikan. Itulah mengapa perhatian termasuk dari suami menjadi hal yang sangat penting.
Advertisement