Liputan6.com, Jakarta - Seorang teman, biasanya selalu memberikan dukungan baik dalam hal yang menyenangkan dan kurang baik. Pertemanan yang tulus bisa mendukung kehidupan teman.Â
Lain halnya jika bertemu dengan seorang fake friend alias teman palsu. Teman seperti ini hanya baik di depan alias bermuka dua.
Baca Juga
Tapi, apa itu fake friend?
Advertisement
Menurut Aimee Daramus, PsyD, seorang psikolog klinis di Clarity Clinic, Chicago menyebut, fake friend atau teman palsu, adalah mereka yang pura-pura peduli dan bertindak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Teman seperti ini, tidak mendukung secara tulus, dan jauh dari rasa setia kawan.
Daramus mengatakan ada ciri seseorang disebut sebagai teman palsu bisa dideteksi seperti dilansir dari Verywell Health pada Kamis (21/9/2023).
- Menghilang ketika kita butuh bantuan.
- Persepektif, pendapat, perbincangan hanya versinya yang dianggap benar.
- Tidak bisa diandalkan
- Menjelek-jelekkan orang lain di belakang.
- Mempermalukan seseorang di tempat umum.
- Hanya bisa mengkritik, tanpa memberikan solusi.
- Iri, baik iri pada pencapaian atau kesuksesan orang lain
- Melihat keuntungan seseorang sebelum memulai pertemanan.
- Kerap memanipulasi.
- Melewati batas atau mengganggu privasi.
Jika menemukan seseorang dengan ciri-ciri di atas, sebaiknya perlahan-lahan menjauh. Sebelum nantinya kita menjadi sasaran empuk untuk dirinya bergantung.
Penyebab Seseorang Menjadi Fake Friend
Ada faktor-faktor tertentu yang membuat mereka terbentuk menjadi seorang fake friend seperti disampaikan Daramus.
Terlalu Egois
Berdasarkan sifat egois itu, membuat mereka memanfaatkan temannya untuk mencapai keinginannya sendiri. Â Tanpa pikir panjang akibat yang ditanggung oleh temannya tersebut.
Merasa Rendah Diri
Orang yang punya harga diri yang rendah atau merasa tidak mampu bisa jadi menggunakan pertemanan yang palsu untuk cara meningkatkan harga dirinya.Â
Orang yang seperti ini mencari perhatian dan pengakuan dari orang lain agar dia merasa lebih baik tentang dirinya sendiri.
Narsisme
Perlu diketahui, nasisme ini adalah kondisi di mana seseorang merasa dirinya paling penting, sangat membutuhkan perhatian, dan kekaguman berlebihan. Sehingga, mereka abai dan kurang empati kepada orang lain, karena menganggap dirinyalah yang paling penting.
Psikopat
Gangguan mental juga menjadi penyebab, seseorang menjadi fake friends.
Daramus menjelaskan orang psikopat ditandai dengan kurangnya empati, perilaku manipulatif, dan pengabaian terhadap hak dan perasaan orang lain.
Trauma Masa Kecil
Trauma masa lalu, membuat seseorang menjadi fake friend. Mereka melakukan itu dengan tujuan untuk bertahan hidup.
Biasanya ia terpaksa melakukan ini, karena enggan kembali ke masa lalu yang buruk.
Advertisement
Jenis Fake Friend
Jenis-jenis seorang teman palsu harus diketahui, untuk kita memperlakukan mereka kembali.
The fair-weather friend
Teman jenis ini tidak bisa ditemukan ketika keadaan kita sedang sulit.
The opportunist
Para oportunis selalu mencari keuntungan ketika menjalin hubungan pertemanan. Mereka berkeliaran ketika mencari bantuan. Sebaliknya, mereka akan menghilang ketika dimintai bantuan.
The flatterer
Tipe ini suka menyanjung namun tidak tulus. Kita bisa merasakannya, jika sanjungan itu terasa berlebihan didengar.
The competitor
Sosok ini memandang pencapaian kita sebuah ancaman untuk dirinya. Karena mempunya sifat egois, membuat mereka enggan memuji, yang ada hanya meremahkan upaya dan pencapaian seseorang.
Jenis Fake Friend
The gossip
Tipe ini sering mencapuri urusan orang lain. Tak segan-segan mereka bisa menyebarkan rumor, untuk menjatuhkan reputasi seseorang.
The user
Orang seperti ini benar-benar mengeksploitasi kebaikan seseorang, untuk mengambil keuntungannya.
Seperti meminjam uang atau barang, tapi tidak dikembalikan lagi.
The validation seeker
Mereka sangat membutuhkan perhatian, validasi, dan pujian dari seseorang, untuk meningkatkan harga dirinya.
The energy vampire
Layaknya vampir yang menguras darah, tipe ini justru menguras emosi seseorang.
The drama magnet
Tipe ini tumbuh subur di tengah kekacauan dan konflik.
The manipulator
Sosok menggunakan rasa bersalah dan manipulasi untuk mengendalikan seseorang, dan mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Advertisement