9 Gejala Baby Blues pada Ibu Baru Melahirkan

Kerap menangis, suasana hati mudah berubah, gampang cemas adalah beberapa gejala baby blues yang bisa dialami 80 persen pada ibu baru melahirkan.

dr Dinda Fath Faathiren
Direview oleh: dr Dinda Fath Faathiren

dr Dinda Meraih Gelar Medical Bachelor, Bachelor of Surgery (M.B.B.S) dan Merampungkan Program Post Graduate Obstetric and Gynecology di Suzhou University, Suzhou, China pada 2014. Lalu Menjadi Dokter Adaptasi di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 13 Jan 2024, 21:13 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2023, 17:00 WIB
Gejala Baby Blues
Baby blues memengaruhi suasana hati dan perasaan negatif pada ibu baru melahirkan. (Foto: Unsplash/Jenna Norman)

Liputan6.com, Jakarta Ibu berinisial LN di Jakarta Selatan diduga mengalami baby blues. Dalam video yang beredar ibu tersebut  menenggelamkan bayinya yang berumur tiga bulan ke dalam ember. Disebut-sebut ibu tersebut merasa kewalahan karena selain mengurus si bayi juga mengurus anaknya yang umur 3 dan 4 tahun.

Baby blues adalah kondisi kala ibu baru melahirkan mengalami suasana hati yang berubah-ubah, mudah menangis, cemas, sulit tidur. Itu adalah gejala seorang ibu baru melahirkan mengalami baby blues seperti mengutip MayoClinic.

Kondisi baby blues terjadi pada sekitar 80 persen ibu baru melahirkan. Perasaan sedih itu biasanya dimulai 2-3 hari sesudah melahirkan yang berlangsung kira-kira hingga satu hingga dua minggu sesudahnya.

Berikut gejala ibu dengan baby blues:

  • Suasana hati berubah-ubah
  • Cemas
  • Sedih
  • Gampang marah
  • Merasa kewalahan
  • Sering menangis
  • Konsentrasi berkurang
  • Masalah nafsu makan
  • Sulit tidur

Namun, bagi sebagian ibu baru melahirkan ada yang mengalami perasaan yang lebih lagi sedihnya dan ebih lama. Itu dikenal dengan istilah postpartum depression.

Baby Blues Tak Hanya Usai Melahirkan Pertama

Ibu yang pernah mengalami baby blues usai melahirkan anak pertama punya risiko mengalami kondisi yang sama di persalinan yang kedua dan seterusnya. Terlebih bila kondisi yang dialami ibu sama saat melahirkan anak pertama kali.

Misalnya pada saat melahirkan anak pertama kondisi yang dialami kurang persiapan dan tidak mendapat dukungan keluarga. Bila usai melahirkan anak kedua masih saja kondisinya sama, risiko ibu mengalami baby blues masih ada.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penyebab Baby Blues

Dalam sebuah kesempatan beberapa waktu lalu, psikolog klinis Vera Itabiliana mengungkapkan ada beberapa faktor yang bisa membuat ibu mengalami baby blues. Pertama, perubahan dari hamil kemudian melahirkan.

"Secara fisik berubah, lalu kehilangan kebebasan. Ada juga faktor hormonal yang berubah," kata Vera.

Selain itu, ibu baru melahirkan juga berekspektasi yang indah-indah saat memiliki anak. Dan ternyata saat dijalani, ekspektasi tidak sesuai dengan realita.


Baby Blues Tak Tertangani Bisa Jadi Postpartum Depression

Ilustrasi baby blues syndrome
Ilustrasi baby blues syndrome. (Photo Copyright by Freepik)

Di kesempatan berbeda, psikolog klinis dewasa yang berpraktik di Brawijaya Clinic Kemang & RS UMMI Bogor, Nuran Abdat menjelaskan bahwa baby blues menjadi cikal bakal dari terjadinya Postpartum Depression (PPD).

"Baby blues ini ternyata adalah cikal bakal atau kemungkinan-kemungkinan seseorang dapat menghadapi Postpartum Depression. Artinya baby blues bisa meningkatkan potensi ibu hamil atau melahirkan untuk memunculkan PPD," kata Nuran.

Postpartum Depression risikonya meningkat hingga tiga kali lipat jika ibu hamil mengalami baby blues.


Bila Istri Alami Baby Blues

Nuran mengatakan bila alami baby blues, hal pertama yang bisa dilakukan suami adalah mengajak istri untuk bercerita. Komunikasinya pun perlu dijalin dengan saling menghargai satu sama lain.

"Sebagai suami, akan sangat bijaksana bila kita bersama istri, 'Yuk, kita sering-sering sharing'. Discuss, buka obrolan. Komunikasinya sendiri bukan sekadar ngobrol tapi tidak menghargai," kata Nuran.

"Berkomunikasi dan juga belajar saling menghargai dalam komunikasi, karena kalau diajak komunikasi tapi dilecehkan secara verbal, ya itu kan enggak menyenangkan. Sama saja bohong, mendingan enggak usah diajak ngobrol kalau kayak begitu," sambungnya.

Suami bisa mengajak istri untuk melakukan evaluasi. Sesederhana menanyakan bagaimana yang terjadi selama satu hari menjaga anak usai melahirkan.

"Sering-seringlah bekerja sama untuk evaluasi. Setidaknya evaluasi yang paling dini adalah evaluasi kita dalam menjadi orangtua baru," ujar Nuran.

Ia juga mengingatkan agar suami rajin bertanya kondisi istri sehingga membuat merasa diperhatikan. 

Infografis Journal
Infografis 10 Daftar Pahlawan Nasional Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Tri Yasnie)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya