WHO Kehilangan Komunikasi dengan RS Al-Shifa Usai Serangan Bertubi-Tubi

Bagian unit perawatan intensif (ICU) RS Al-Shifa mengalami kerusakan dari bombardir serangan, sementara area tempat para warga mengungsi di rumah sakit juga menglami kerusakan.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 12 Nov 2023, 23:19 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2023, 23:18 WIB
Pilu Warga Gaza Meratapi Korban Serangan Israel
Anggota keluarga Palestina Abu Dayer menangis di rumah sakit Al-Shifa setelah kematian anggota keluarga dalam serangan udara Israel di Kota Gaza, Senin (17/5/2021). Tercatat ada 212 penduduk Jalur Gaza, Palestina yang kehilangan nyawa di antaranya 61 korban merupakan anak-anak. (MAHMUD HAMS/AFP)
Warga Palestina terluka dalam ledakan di rumah sakit Ahli Arab, menunggu untuk dirawat di rumah sakit Al-Shifa, di Kota Gaza, pada 17 Oktober 2023. (Abed Khaled/ AP)
Warga Palestina terluka dalam ledakan di Al-Ahli Arabi Baptist hospital atau RS Al-Ahli Arabi Baptist, menunggu untuk dirawat di rumah sakit Al-Shifa, di Kota Gaza, pada 17 Oktober 2023. (Abed Khaled/ AP)

 

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah kehilangan komunikasi dengan kontak-kontaknya di Rumah Sakit Al-Shifa di utara Gaza, Palestina. Sebelumnya dilaporkan bahwa rumah sakit tersebut menghadapi serangan berulang yang terus bermunculan. Pihak WHO pun menduga, kontak mereka ada dalam puluhan ribu pengungsi yang mencari perlindungan.

"Kami berasumsi kontak kami bergabung dengan puluhan ribu pengungsi yang mencari perlindungan di lingkungan rumah sakit dan melarikan diri dari daerah tersebut," demikian bunyi pernyataan WHO yang dikutip dari siaran pers resmi, Minggu, 12 November 2023.

WHO juga melaporkan, RS Al-Shifa yang merupakan kompleks rumah sakit terbesar di Gaza, telah diserang berkali-kali dalam 48 jam terakhir. Serangan tersebut menyebabkan beberapa orang tewas dan banyak korban terluka.

Bagian unit perawatan intensif (ICU) RS Al-Shifa mengalami kerusakan dari bombardir serangan, sementara area tempat para warga mengungsi di rumah sakit juga menglami kerusakan. Bahkan, seorang pasien yang diintubasi meninggal dunia ketika listrik padam.

Laporan terakhir mengatakan, rumah sakit dikelilingi oleh tank Israel. Staf rumah sakit melaporkan mereka kekurangan air bersih dan berisiko fungsi-fungsi penting yang tersisa seperti ICU, ventilator, dan inkubator akan segera mati karena kekurangan bahan bakar. Hal tersebut membahayakan nyawa pasien.

WHO sangat prihatin terhadap keselamatan para petugas kesehatan, ratusan pasien yang sakit dan terluka, termasuk bayi yang memerlukan alat bantu hidup, dan para pengungsi yang masih berada di rumah sakit di Gaza. Jumlah pasien rawat inap dilaporkan hampir dua kali lipat dari kapasitasnya, bahkan setelah pembatasan layanan untuk perawatan darurat yang menyelamatkan nyawa.

WHO menyebut, pasien yang mencari layanan kesehatan tidak boleh merasa takut.

"Dan yang telah bersumpah untuk merawat mereka tidak boleh dipaksa mempertaruhkan nyawa mereka sendiri untuk memberikan layanan. 

 

 

WHO Serukan Gencatan Senjata

WHO pun kembali menyerukan agar kedua negara yang berkoflik untuk gencatan senjata karena hanya itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa dan mengurangi kadar penderiaan. Rumah-rumah sakit, pasien, staf kesehatan, serta warga yang berlindung di fasilitas kesehatan dilindungi oleh Konvensi Jenewa serta Hukum Humaniter Internasional.

WHO juga menyerukan evakuasi medis yang berkelanjutan, tertib, tanpa hambatan dan aman bagi pasien yang terluka parah dan sakit ke Mesir melalui Perbatasan Rafah.

"Semua sandera harus menerima perawatan medis medis yang sesuai dan dibebaskan tanpa syarat," seru WHO.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya