Liputan6.com, Jakarta - Tujuan seseorang melakukan program diet berbeda-beda. Ada yang ingin menurunkan berat badan atau justru ingin menambah. Terpenting adalah nyaman dengan pola makan tersebut.
Namun, masih banyak orang yang bingung dengan jenis diet apa yang sesuai untuk dirinya. Tidak perlu terlalu pusing melihat berbagai alternatif jenis diet yang ditawarkan di internet atau pun buku. Melalui artikel ini, kita bisa mengetahui berbagai jenis diet beserta manfaat dan tujuannya.
Advertisement
Baca Juga
Berikut jenis-jenis diet yang populer seperti dilansir dari Best Life pada Jumat, 14 Desember 2023.
Advertisement
1. Diet DASH
Dietary Approaches to Stop Hypertension atau biasa dikenal DASH ini adalah diet yang menyarankan konsumsi makanan rendah lemak jenuh dan kolesterol. Selain itu, diet ini juga menyarankan untuk konsumsi buah dan sayur dengan jumlah empat sampai lima porsi per hari.
Pola makan sehat ini bertujuan untuk memperbaiki tekanan darah tinggi dengan membatasi daging merah, garam, tambahan gula, dan lemak.
“Diet DASH diperlukan komitmen seumur hidup untuk kesehatan dan kebugaran tubuh. Manfaatnya sepadan dengan usaha yang dilakukan,” lanjut ahli gizi, Amy Fox.
Berikut cara melakukan diet DASH.
1. Whole grains/gandum utuh (6 sampai 8 sajian per hari)
2. Ganti nasi putih dengan nasi beras merah.
3. Bila ingin makan pasta, pilih pasta dari gandum utuh.
4. Ganti roti tawar dengan roti gandum tanpa menambahkan keju, coklat atau mentega.
5. Sayuran dan buah-buahan (4 sampai 5 sajian per hari)
Perlu diketahui, DASH tidak hanya sekadar mencegah hipertensi saja, melainkan juga mengurangi risiko penyakit lainnya, seperti jantung, diabetes, stroke, kanker, batu ginjal dan osteoporosis.
2. Diet Vegetarian
Diet vegetarian merupakan pola makan tanpa daging. Biasanya mencakup makanan sereal, kacang-kacangan, sayuran dan buah-buahan, dengan atau tanpa produk susu serta telur.
Diet vegetarian cocok untuk membantu menurunkan berat badan, risiko obesitas, serta penyakit kronis seperti diabetes tipe dua, jantung, dan kanker.
Ada pun beberapa jenis diet vegetarian antara lain, vegan, lacto-vegetarian, dan lacto-ovo-vegetarian. Kesamaan dari ketiga jenis diet tersebut adalah tidak mengonsumsi daging-dagian.
Nah, tak hanya menurunkan, diet vegetarian juga cocok untuk orang yang ingin menambah berat badan.
Banyak makanan vegetarian yang secara alami tinggi lemak. Vegetarian mengonsumsi beberapa produk hewani, termasuk susu dan telur. Kedua makanan ini tidak hanya padat kalori, tetapi juga tinggi lemak. Sehingga bisa menambahkan berat badan seseorang, mengutip dari Livestrong.com pada Kamis, (14/12/2023).
Walaupun banyak manfaat dari diet jenis ini perlu diketahui pula efek sampingnya. Studi menunjukkan bahwa vegetarian berisiko lebih tinggi kekurangan protein, kalsium, zat besi, yodium, dan vitamin B12.
Kekurangan nutrisi pada mikronutrien utama ini dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan, kelemahan, anemia, pengeroposan tulang, dan masalah tiroid.
Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi bila ingin menjalankan diet ini.
Advertisement
3. Diet Mediterania
Sudah tidak asing lagi bukan? Yup! Pola makan ini sering kali disarankan oleh dokter untuk pasien yang mengalami penyakit tertentu seperti jantung.
Diet Mediterania adalah jenis pola makan tradisional orang-orang di sekitar Laut Tengah tepatnya Yunani. Diet ini berfokus pada konsumsi makanan sehat seperti buah, sayuran, biji-bijian, dan ikan.
Penerapan pola makannya sangat mudah untuk diikuti dan terjangkau. Diet Mediterania telah terbukti memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.
Pola diet ini membantu mencegah berkembangnya penyakit jantung dan kardiovaskular. Selain itu, diet juga bertujuan untuk mencapai atau menjaga berat badan yang terkontrol.
Seperti halnya diet apapun, membatasi atau sepenuhnya menghilangkan kelompok makanan tertentu bisa berdampak negatif pada kesehatan.
Salah satu efek samping dari diet Mediterania adalah kenaikan berat badan. Hal ini bisa terjadi jika seseorang mengonsumsi banyak makanan berlemak seperti minyak zaitun dan kacang-kacangan.
Selain itu tingkat zat besi yang rendah karena tidak cukup makan daging. Jika memutuskan untuk mengikuti diet ini, pastikan untuk mengonsumsi beberapa makanan kaya zat besi atau vitamin C, yang membantu tubuh menyerap zat besi.
4. Diet Keto
Diet keto atau ketogenik adalah sebuah pola makan rendah karbohidrat yang diimbangi dengan asupan tinggi lemak dan protein dalam jumlah sedang. Diet ini memaksa tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi utama. Sehingga memicu proses pembakaran lemak yang disebut ketosis.
Hal tersebut diketahui bermanfaat untuk menurunkan berat badan dan mengurangi risiko masalah kesehatan tertentu seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Namun, rupanya terdapat sejumlah efek samping yang perlu dipertimbangkan sebelum menerapkan program diet keto.
Diet keto menyebabkan orang yang menjalaninya mengalami kondisi ketosis. Ketosis merupakan proses alami ketika tubuh kehilangan karbohidrat sebagai sumber energi utama sehingga menggunakan cadangan lemak untuk menggantikannya.
Proses tersebut akan menghasilkan keton, yaitu produk yang dihasilkan dari metabolisme lemak. Kondisi ini memang cukup normal dialami tubuh, namun kadar keton yang terlalu banyak justru dapat berdampak buruk pada kesehatan karena dapat menyebabkan dehidrasi dan membuat senyawa kimia dalam darah kehilangan keseimbangan. Bahkan, kondisi ini dapat memicu komplikasi serius, seperti gangguan ginjal, hati, hingga lemak darah.
“Kurangnya buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dapat menyebabkan minimnya asupan nutrisi. Sehingga sering kali orang yang menerapkan diet ini mengalami sakit kepala, kelelahan, masalah pencernaan, dan flu,” jelas ahli diet Chrissy Arsenault, RDN.
Advertisement
5. Diet Vegan
Ini adalah pola makan yang menggantikan semua produk hewani dengan buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, serta alternatif daging dan susu nabati.
“Pola makan vegan yang kaya akan buah dan sayur juga dapat membantu seseorang memenuhi kebutuhan nutrisi penting. Selain itu bermanfaat untuk melancarkan pencernaan, karena keduanya kaya akan vitamin, mineral, dan serat,” jelas Arsenault.
Namun Arsenault mengatakan, ia tidak merekomendasikan diet ini kepada kliennya. Sebab di balik itu, menurutnya diet ini juga dapat membuat seseorang kekurangan nutrisi.
“Saya lebih merekomendasikan pola makan vegetarian daripada vegan, sehingga risiko kekurangan nutrisi lebih rendah. Namun, bagi mereka yang termotivasi kuat terhadap pola makan nabati, vegan dapat mencukupi nutrisi dan menawarkan manfaat kesehatan,” tambahnya.
Pada dasarnya, vegetarian dan vegan adalah gaya hidup yang mengutamakan konsumsi makanan bersumber nabati. Lantas, apa perbedaan dari keduanya?
Vegetarian adalah pola makan tanpa mengonsumsi makanan dari hewan, seperti daging, ikan, maupun kerang-kerangan karena mereka menentang pembunuhan hewan untuk dimakan.
Namun, vegetarian masih bisa mengonsumsi susu dan telur selama berasal dari hewan yang dipelihara dengan baik.
Sementara itu, sebagian orang menganggap gaya hidup vegan merupakan gaya hidup vegetarian namun dengan versi yang lebih ekstrem. Orang yang menerapkan gaya hidup vegan menghindari konsumsi makanan maupun produk dalam bentuk apa pun yang dibuat dari hewan.