Gempa Jepang Sebabkan 13 Orang Meninggal dan Banyak Warga Terjebak di Reruntuhan Bangunan

Dikabarkan sedikitnya 13 orang tewas akibat gempa Jepang dahsyat pada 1 Januari 2024 kemarin.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 02 Jan 2024, 10:39 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2024, 10:39 WIB
Gempa Besar di Jepang Picu Tsunami
Sebuah kendaraan berada di bawah sebuah bangunan yang runtuh akibat gempa bumi di Shikamachi, prefektur Ishikawa, Jepang, Selasa (2/1/2024). (Kyodo News via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Pasca gempa Magnitudo 7,4 melanda Jepang, otoritas di negara tersebut bergegas menilai kerusakan yang terjadi pada hari ini, Selasa, 2 Januari 2024. Dikabarkan, sedikitnya sedikitnya 13 orang tewas akibat gempa dahsyat pada 1 Januari kemarin.

Beberapa korban meninggal dikonfirmasi karena terjebak atau terkubur dalam reruntuhan bangunan. Sejumlah bangunan yang runtuh di Prefektur Niigata, Toyama, Fukui dan Gifu itu pun disebut menyebabkan banyak orang terluka, dilansir The Japan Times

Otoritas di Ishikawa mengonfirmasi, korban tewas meliputi korban pria dan wanita usia 50-an, seorang wanita usia 30-an di Kota Nanao, seorang pria 70-an tahun di Kota Hakui, dan pria 90-an tahun di Kota Shika.

Delapan orang lainnya dipastikan tewas di Kota Wajima. Lalu setidaknya 7 orang terluka dan banyak lainnya masih terjebak di reruntuhan.

Gempa tersebut menyebabkan runtuhnya beberapa bangunan, memicu kebakaran besar di kawasan wisata populer dan memicu peringatan tsunami selama jangka waktu yang lama.

Gempa Jepang berkekuatan Magnitudo 7,6, yang pada pusatnya dinilai sebagai gempa tingkat 7 tertinggi pada skala intensitas shindo Jepang, melanda Semenanjung Noto di Prefektur Ishikawa pada Senin sore, saat negara tersebut memperingati Tahun Baru.

Gempa tersebut memicu peringatan tsunami besar yang jarang terjadi dan bahwa gelombang setinggi 5 meter dapat melanda. Namun pada pukul 10.00 pagi pada hari Selasa, semua peringatan tersebut telah dicabut. 

Meski kekhawatiran akan tsunami besar seperti yang pernah melanda Jepang pada 2011 tidak terjadi, gempa besar kemarin telah menyebabkan kerusakan yang luas dan jumlah korban jiwa kemungkinan akan bertambah. 

 

Berpacu dengan Waktu Selamatkan Korban di Reruntuhan

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan Jepang tengah menghadapi “berpacu dengan waktu” untuk menyelamatkan mereka yang terdampak serangkaian gempa bumi besar yang melukai puluhan orang, menewaskan belasan korban dan memicu kebakaran yang menghancurkan rumah-rumah.

Polisi dan pihak berwenang setempat pada Selasa pagi melaporkan kasus-kasus jenazah yang berhasil ditarik dari reruntuhan bangunan, sementara yang lain masih terjebak.

“Kita harus menyelamatkan mereka secepat mungkin, terutama mereka yang terjebak di bawah bangunan yang runtuh,” kata Fumio Kishida dalam pertemuan darurat bencana.

Seribu personel militer telah dikirim ke daerah yang paling parah dilanda bencana di semenanjung Noto yang relatif terpencil di negara tersebut. Hanya saja operasi penyelamatan terhambat oleh jalan-jalan yang rusak parah dan diblokir dan salah satu bandara di daerah tersebut terpaksa ditutup karena landasan pacu yang retak. 

 

Lebih dari 100 Rumah Hancur di Wajima

Di kota Wajima, api masih berkobar pada hari Selasa pukul 07.00 pagi waktu setempat dan pemadam kebakaran melaporkan lebih dari 100 rumah dan bangunan lainnya hancur total, dilansir Guardian.

Daerah yang terkena dampak paling parah adalah di sekitar jalan Asachi-dori, sebuah distrik yang populer dengan pengunjung dan terkenal dengan banyak bangunan kayunya. Penyebab dan jumlah korban saat ini masih belum jelas.

Gempa tersebut, yang terbesar berkekuatan Magnitudo 7,6 pada kedalaman dangkal 10 km, terjadi di pantai barat pulau utama Jepang pada hari Senin dan mengguncang bangunan di Tokyo, sekitar 300 km jauhnya.

Pusat gempa berada di semenanjung yang menjorok ke Laut Jepang, dan korban jiwa serta cedera terkonsentrasi di sana. Seorang wanita berusia lima puluhan dipastikan meninggal di kota Nanao, di mana lebih dari 30 orang dibawa ke rumah sakit. Penduduk lain di daerah tersebut dilaporkan ditemukan tidak sadarkan diri atau diyakini terjebak di bawah reruntuhan atau hilang.

 

Perjalanan Kereta dan Pesawat Ditangguhkan

Badan meteorologi mengatakan gempa susulan dapat menghantam daerah yang terkena dampak selama beberapa hari ke depan, dan penduduk di daerah pesisir diberitahu untuk tidak kembali ke rumah mereka, meskipun peringatan tsunami telah dicabut.

Lembaga penyiaran publik Jepang, NHK TV, awalnya memperingatkan bahwa aliran air bisa mencapai ketinggian lima meter dan orang-orang dievakuasi ke gedung olahraga, sekolah, dan bangunan umum lainnya.

Kereta cepat dan penerbangan masuk dan keluar wilayah tersebut semuanya ditangguhkan pada Selasa pagi. Bagian jalan raya utama tetap ditutup dan pasokan air terputus karena pipa pecah di beberapa daerah, menurut NHK. Jaringan telepon seluler di wilayah tersebut juga rusak namun layanannya berangsur pulih.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya