Hari Gizi Nasional 2024: MP-ASI Kaya Protein Hewani Senjata Perangi Stunting yang Masih Tinggi

Tema Hari Gizi Nasional 2024: MP-ASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 25 Jan 2024, 17:59 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2024, 14:49 WIB
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Lovely Daisy MKM, Tengah Menjelaskan Pentingnya MP-ASI Kaya Protein Hewani untuk Mencegah Stunting (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Lovely Daisy MKM, Tengah Menjelaskan Pentingnya MP-ASI Kaya Protein Hewani untuk Mencegah Stunting (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Di peringatan Hari Gizi Nasional 2024, fokus utama pemerintah jatuh pada Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang kaya akan protein hewani sebagai langkah strategis dalam menghadapi permasalahan stunting di Indonesia. 

Sehingga pemerintah sepakat untuk mengangkat tema 'MP-ASI Kaya Akan Protein Hewani Cegah Stunting' dengan slogan 'MP-ASI Berkualitas untuk Generasi Emas' pada perayaan Hari Gizi Nasional tahun ini.

"Di bawah tema kita cantumkan 'Bila berat badan tidak naik segera periksa ke dokter di puskesmas' karena ini penting sekali," kata Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Lovely Daisy MKM.

Kenapa harus protein hewani? Sudah banyak studi yang menyatakan bahwa ada bukti kuat antara stunting dan indikator konsumsi pangan yang berasal dari hewan seperti daging, ikan, telur, susu, serta produk turunnya kayak keju dan yogurt. 

"Penelitian lain juga menunjukkan bahwa konsumsi pangan berasal dari protein hewani lebih dari satu jenis, lebih menguntungkan daripada konsumsi pangan berasal dari hewani tunggal," ujar Lovely.

Lantas, jika seorang anak diketahui menderita stunting, apakah dapat 'diselamatkan' dengan pemberian protein hewani yang rutin? Lalu, berapa lama upaya ini harus dilakukan?

"Ini faktornya banyak tergantung stunting-nya sudah seberapa parah," kata Lovely menjawab pertanyaan Health Liputan6.com dalam temu media di Gedung Kemenkes RI, Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan pada Kamis, 25 Januari 2024, siang. 

"Kalau anak stunting itu kan macam-macam. Ada stunting hanya berat badan tidak baik, ada anak stunting berat badan kurang, ada anak stunting dengan gizi kurang, ada juga anak stunting dengan penyakit menular. Itu beda-beda penyembuhannya," tambah Lovely. 

Sehingga dikatakannya kalau anak sudah terlanjur stunting, tidak semua bisa sembuh kembali seperti semula. 

"Jadi, kalau misalnya dengan gizi buruk, anak stunting itu akan lebih lama untuk pemulihannya. Minimal gizi buruknya dulu yang diatasi," katanya. 

Lebih lanjut Lovely menjelaskan bahwa stunting sebenarnya lebih merujuk pada tinggi badan yang kurang. Sementara, kata dia, penambahan tinggi badan itu lebih lama prosesnya dibandingkan status gizinya. "Dari buruk menjadi tidak buruk itu bisa lebih cepat," katanya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Anak Stunting dengan Penyakit Penyerta

Belum lagi jika anak yang stunting tersebut memiliki penyakit lain, proses penyembuhannya akan memakan waktu lebih lama lagi. 

"Tapi kalau tidak ada penyakit lain dan tergantung pada status gizinya tadi, gizi buruk itu akan lebih lama dan tidak semua akan bisa sembuh untuk anak stunting," kata Lovely. 

Ketika ditanya pada tahap apa anak stunting bisa diselamatkan, Lovely berujar,"Mungkin kalau di stunting yang diselamatkan itu otaknya. Jadi, kalau tinggi badan mungkin kalau ngejar agak lama, tapi kalau otaknya perlu diselamatkan."

Lovely kemudian menjelaskan bahwa perkembangan otak dimulai sejak anak dalam kandungan. Saat lahir, otak anak sudah tumbuh sebesar 25 persen. 

"Kemudian di usia dua tahun sudah hampir 85 persen. Nah, kalau di bawah 2 tahun, kita bisa menemukan itu dan masih ada peluang ita untuk memperbaiki," katanya.

"Tapi kalau menjadi optimal seperti anak yang enggak stunting, itu enggak bisa karena terlanjur ada gangguan dari otak," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya