Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa asap rokok yang dihirup ibu dapat merugikan bayi.
"Bila bayi masih di dalam perut ibu, terus ibunya menghirup asap rokok, maka bayinya akan kekurangan oksigen, dan dilahirkan dalam kondisi lebih kecil. Jadi, hampir semua perempuan perokok, bayinya pasti kecil," ujar Hasto dalam program Percepatan Penurunan Stunting (PPS) bagi Mitra di wilayah Kabupaten Sleman, Jumat 26 Januari 2024.
Baca Juga
"Akibat ibu hamil menghisap asap rokok, maka berat bayinya kurang dari 2,5 kilogram, lahir kecil, dan stunting. Jadi, kalau ibu hamil kena asap secara pasif, jelas yang dirugikan bayinya," tambahnya.
Advertisement
Dampak ini bisa terjadi karena rokok mengandung berbagai zat berbahaya termasuk karbon monoksida (CO) yang bisa masuk ke dalam darah.
"Kalau kita sedot rokoknya, (asap) rokok mengandung karbon monoksida (CO) yang berbahaya bagi kesehatan. Kalau CO-nya masuk di dalam darah, kemudian darah tidak bisa mengikat oksigen, akhirnya tubuh kita kekurangan oksigen,” jelas Hasto.
Dokter kandungan itu juga memaparkan tentang rokok di asbak yang dibiarkan menyala, sehingga asapnya menyebar ke mana-mana.
"Itu juga bahaya karena asapnya berada dalam ruangan di mana racunnya 50 kali lipat dibandingkan asap yang sudah dihisap. Kenapa yang di asbak lebih berlipat-lipat racunnya? Karena racunnya belum dihisap si perokok," papar Hasto.
Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan
Selain soal dampak asap rokok, Hasto juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
"Allah menciptakan manusia dan ubun-ubun manusia menutup di 1000 HPK. Allah memberikan pesan, sempurnakanlah menyusui sampai 24 bulan, karena begitu 24 bulan ubun-ubunnya menutup. Jadi, otak sudah sulit bertambah kalau sudah 24 bulan.”
"Maka, mencegah stunting sejak 1000 HPK sangat penting, sejak dalam kandungan. Kemudian jarak usia anak selanjutnya 3 tahun, lalu sampai 6 bulan tidak boleh dikasih makanan tambahan hanya Air Susu Ibu (ASI) eksklusif," katanya.
Advertisement
3 Kerugian Stunting
Sementara, Praktisi Kesehatan dan Tenaga Ahli BKKBN Riyo Kristian Utomo menjelaskan soal tiga kerugian stunting.
"Kerugian stunting ya tiga ini: pendek, tidak cerdas, dan sakit-sakitan,” kata Riyo dalam kegiatan yang sama.
Hadir pula Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo. Ia menyampaikan upaya yang telah dilakukan jajarannya dalam program Percepatan Penurunan Stunting (PPS).
"Kami telah membentuk tim percepatan penurunan stunting (TPPS), mulai dari tingkat kabupaten hingga kelurahan. Saat ini jumlahnya 2.088 orang."
Di samping TPPS, dibentuk pula 104 kader pembangunan manusia untuk tim pendamping keluarga (TPK) stunting.
"Salah satu strategi kami dalam penurunan stunting adalah menggunakan konsep pentahelix yang melibatkan pemerintah sebagai regulator, akademisi, dunia usaha, organisasi masyarakat,” ujar Kustini.
Upaya Penurunan Stunting di Sleman
Upaya berikutnya yang dilakukan Kabupaten Sleman untuk menurunkan stunting adalah dengan program Dapur Sehat Atasi Stunting atau Dashat yang berlokasi di Kampung Keluarga Berkualitas.
“Saat ini semua kelurahan di Kabupaten Sleman telah menjadi Kampung Keluarga Berkualitas atau Kampung KB," ucap Kustini.
Menilik progress for stunting berdasarkan e-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) tahun 2022, prevalensi stunting di Kabupaten Sleman sebesar 6,88 persen, turun menjadi 4,51 persen di tahun 2023.
Atas capaian tersebut, Kabupaten Sleman berhasil meraih penghargaan Manggala Karya Kencana dan sembilan penghargaan di tingkat nasional pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) 2023.
Advertisement