3 Vaksin Tambahan untuk Imunisasi Rutin Anak dalam Tranformasi Kesehatan Indonesia

Kementerian Kesehatan menargetkan agar 95 persen anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 10 Feb 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2024, 17:00 WIB
Anak-Anak Saat Divaksin Campak Hingga Polio
Perawat dibantu kader Posyandu memberikan vaksin campak, vaksin pentabio berisi vaksin DPT, Hepatitis B dan Haemophilus Influenzae dan Imunisasi Polio terhadap anak di RW 09, Kelurahan Pondok Benda, Tangerang Selatan, Senin (14/12/2020). (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia terus memperkuat upaya preventif di layanan primer dengan tujuan untuk meningkatkan layanan kesehatan masyarakat di tingkat dasar guna melindungi mereka dari penyakit.

Salah satu program utama dalam transformasi kesehatan ini adalah penambahan jenis imunisasi rutin anak dari 11 menjadi 14 jenis antigen vaksin.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr. Maxi Rein Rondonuwu, D.H.S.M, MARS, menyatakan bahwa program-program nasional seperti imunisasi harus dilaksanakan secara menyeluruh. Kementerian Kesehatan menargetkan agar 95 persen anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

"Kita perlu memperluas imunisasi menjadi 14 antigen dan itu menjadi program nasional karena tujuan kita adalah 95 persen anak-anak harus mendapatkan imunisasi dasar lengkap," ujar Maxi pada Kamis (1/2/2024).

Dalam perluasan imunisasi ini, ada tiga vaksin tambahan, yaitu Human Papillomavirus Vaccine (HPV) untuk mencegah kanker, Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) untuk mencegah pneumonia, dan Rotavirus Vaccine (RV) untuk mencegah diare. Kementerian Kesehatan juga memberikan imunisasi polio suntik dosis kedua atau IPV2 untuk meningkatkan perlindungan dari polio.

Dengan tambahan ini, 14 jenis vaksin yang diberikan pada imunisasi rutin meliputi BCG (Bacillus Calmette-Guérin) untuk mencegah tuberkulosis (TB), DPT-Hib untuk mencegah difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenzae tipe b.

Selain itu, ada imunisasi hepatitis B, MMR dan MR untuk mencegah campak rubella, OPV atau vaksin polio tetes serta IPV dan IPV2 atau vaksin polio suntik, vaksin TT, DT, dan td untuk mencegah difteri tetanus, vaksin Japanese Encephalitis (JE) untuk mencegah radang otak, serta HPV, PCV, dan Rotavirus. 

 

Perlindungan dari Kanker Serviks

Perlindungan dari kanker serviks juga menjadi fokus, di mana kanker ini bisa dicegah dengan imunisasi HPV. Kementerian Kesehatan mencatat bahwa sekitar lebih dari 103 juta perempuan berusia 15 tahun ke atas di Indonesia berisiko terkena penyakit kanker serviks.

Selain itu, sekitar 36.000 perempuan terdiagnosis kanker serviks setiap tahunnya dan sekitar 70 persen di antaranya berada pada stadium lanjut. Angka kematian akibat kanker serviks pun tinggi, mencapai sekitar 21.000 kematian pada tahun 2020.

 

Perlindungan dari Pneumonia, Diare, dan Polio

Untuk mencegah pneumonia dan diare, penyebab kematian balita yang tinggi di Indonesia, Kementerian Kesehatan memperluas imunisasi PCV dan Rotavirus. Imunisasi PCV telah diberikan secara nasional sejak tahun 2022, sementara imunisasi Rotavirus diperluas di seluruh Indonesia sejak tahun 2023.

Perlindungan dari polio juga diperkuat dengan pemberian tambahan imunisasi polio suntik dosis kedua atau IPV2, yang diberikan secara nasional sejak tahun 2023.

Dengan adanya program-program ini, Kementerian Kesehatan berharap dapat meningkatkan akses dan perlindungan kesehatan masyarakat Indonesia, terutama anak-anak.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya