Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Insomnia Berpengaruh pada Kepuasan Seksual, Begini Tips Atasi Gangguan Tidur

Lebih dari separuh wanita yang berjuang melawan insomnia mengalami kesulitan mencapai orgasme dan mengalami kepuasan seksual yang lebih rendah.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 22 Feb 2024, 21:14 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2024, 21:14 WIB
Tidur
Jika Anda mengalami kesulitan tertidur atau tidur sepanjang malam, ini bisa menjadi tanda insomnia. (Foto: Ilustrasi AI)

Liputan6.com, Jakarta - Penelitian baru menyebut, insomnia pada wanita dikaitkan dengan kurangnya kepuasan seksual.

Penelitian yang diterbitkan dalam Elevier's Journal of Psychosomatic Research pada akhir 2023 lalu, menemukan bahwa lebih dari separuh wanita yang berjuang melawan insomnia mengalami kesulitan mencapai orgasme dan mengalami kepuasan seksual yang lebih rendah secara keseluruhan, dibandingkan dengan kurang dari sepertiga wanita yang tidak merasa puas dan tidak mengalami kualitas tidur yang buruk.

Pria dengan insomnia juga melaporkan masalah seksual, namun tidak sebanyak masalah yang dihadapi wanita. Laki-laki yang kurang tidur menyumbang 23 persen orang yang melaporkan masalah mencapai klimaks dan ketidakpuasan secara keseluruhan, sementara hanya 12,5 persen laki-laki dengan masalah tersebut tidak melaporkan sebagai penderita insomnia.

“Perempuan mempunyai tingkat disfungsi seksual dan insomnia dua kali lipat dibandingkan laki-laki,” Dr Wilfred Pigeon dari Universitas Rochester, New York mengatakan kepada The Sun tentang temuan penelitian tersebut.

Namun, “adanya insomnia klinis sangat terkait dengan fungsi seksual yang lebih buruk baik pada pria maupun wanita,” jelasnya. 

Para peneliti di Amerika Serikat dan Kanada bekerja sama dengan 1.266 orang dewasa dengan usia rata-rata 45 tahun untuk melakukan penelitian tersebut.

Insomnia didefinisikan sebagai gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan tertidur, tetap tertidur, dan mendapatkan tidur yang berkualitas, menurut National Heart, Lung and Blood Institute.

Diperkirakan 50 hingga 70 juta orang di AS terus mengalami gangguan tidur, dilansir New York Post.

 

Upayakan Istirahat Berkualitas

Para ahli mengatakan Anda sebaiknya mengupayakan istirahat berkualitas selama enam hingga delapan jam setiap malam. Namun hal ini sering kali lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

Untungnya, para ahli baru-baru ini berbagi solusi untuk empat masalah tidur yang umum: sulit tidur, sulit tertidur, merasa lelah karena tidur yang cukup, dan jet lag.

Mereka yang awalnya sulit tidur mungkin ingin melakukan rutinitas relaksasi yang mencakup meredupkan lampu, meletakkan ponsel cerdas, dan mematikan TV untuk mendapatkan istirahat yang sebenarnya.

Masalahnya juga mungkin adalah tidur terlalu dini, yang dapat menyebabkan kecemasan dan stres.

“Kebiasaan terbaik adalah tidur ketika Anda merasa mengantuk,” kata Emmanuel Selama, seorang profesor neurologi di Icahn School of Medicine di Mount Sinai kepada The Post.

 

Terapi untuk Redakan Kecemasan

Hal-hal seperti terapi untuk meredakan cemas dan obat tidur yang dijual bebas seperti melatonin juga berpotensi membantu, meskipun suplemen dan obat-obatan harus dikonsumsi dengan hati-hati.

Mereka yang terbangun di tengah malam atau terlalu dini mungkin sebenarnya mengalami depresi dan bisa mendapatkan bantuan dari terapi.

Atau, makanan pedas sebelum tidur bisa jadi penyebabnya.

“Jika Anda terbangun lebih dari 20 menit, Anda ingin meninggalkan kamar tidur, keluar dan mungkin melakukan sesuatu yang menenangkan seperti teka-teki silang atau membaca buku yang mungkin tidak terlalu menarik,” kata Thea Gallagher, asisten klinis. profesor di departemen psikiatri di NYU Langone Health.

Ia menambahkan bahwa kebiasaan paling sehat adalah hanya menggunakan kamar tidur untuk tidur.

 

Perhatikan Kemungkinan Sleep Apnea

Lalu ada pula individu yang melaporkan merasa lelah setelah tidur lebih dari delapan jam. Penyebabnya mungkin adalah sleep apnea, suatu kelainan yang menyebabkan orang berhenti bernapas saat tidur.

Kondisi ini mudah diatasi, penderitanya harus menggunakan mesin CPAP (continuous positive airway pressure), meskipun alat ini mungkin rumit dan memerlukan waktu untuk membiasakan diri.

Pilihan pengobatan lainnya termasuk pelindung mulut khusus atau pembedahan.

Orang yang sering bepergian mungkin akan mengalami gangguan tidur akibat jet lag. Tetap menyesuaikan diri dengan waktu setempat adalah pilihan terbaik Anda, menurut seorang ahli.

“Selama belum terlalu lama [katakanlah 24 jam] sejak terakhir kali Anda tidur, masuk akal untuk melanjutkannya,” kata Shah, seraya menekankan bahwa kopi dan kesibukan dapat membantu.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya