Jelang Ramadhan, Anak yang Sedang Puasa Apa Boleh Imunisasi?

Jelang bulan Ramadhan, timbul tanya, apa anak yang sedang puasa tetap boleh menjalankan imunisasi?

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 11 Mar 2024, 09:17 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2024, 13:00 WIB
Pro Kontra Imunisasi Anak di Sumsel, Keraguan hingga Penolakan Layanan Puskesmas
Program imunisasi anak yang dilakukan di berbagai Sekolah Dasar (SD) di Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Jakarta - Imunisasi menjadi hal penting dalam mencegah anak terjangkit penyakit seperti pneumonia dan diare.

Jelang bulan Ramadhan, timbul tanya, apa anak yang sedang puasa tetap boleh menjalankan imunisasi?

Hal ini mendapat tanggapan dari Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Piprim Basarah Yanuarso. Menurutnya, puasa tidak menghalangi pelaksanaan imunisasi atau vaksinasi.

“Boleh (imunisasi) enggak ada masalah. Saya kita puasa dan vaksinasi enggak ada halangan,” kata Piprim menjawab Health Liputan6.com, dalam acara National Immunization Champion Workshop, Jumat (8/3/2024).

Kecuali, lanjut Piprim, jika anak sedang sakit. Menurutnya, anak sakit tidak dianjurkan puasa dan tidak pula dianjurkan vaksinasi.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ikut mendorong pelaksanaan imunisasi untuk anak-anak. Baginya, imunisasi dapat menjaga anak-anak tetap sehat dan merupakan cara mencegah timbulnya penyakit.

“Lebih baik promotif preventif daripada kuratif, lebih baik beresin masalahnya di hulu maupun di hilir, lebih baik sekarang daripada telat gitu kan. Nah program yang promotif preventif itu buat anak-anak kalau saya ngeliatnya satu itu mesti diedukasi keluarganya,” kata Budi.

Selain imunisasi, Budi juga mendorong masyarakat untuk rajin melakukan skrining untuk mengetahui apakah ada penyakit atau tidak.

 

 

14 Imunisasi untuk Anak

Budi menambahkan, imunisasi bagi anak di Indonesia ada 14 jenis dengan fungsi masing-masing.

“Imunisasi sendiri di Indonesia tadinya 11 antigen. Waktu saya masuk, atas rekomendasi teman-teman ahli dinaikin jadi 14 antigen, kita tambahnya tiga.”

“Satu PCV itu buat pneumonia, kemudian rotavirus itu buat diare, kemudian HPV itu untuk kanker serviks. Nah dua dari tiga yaitu PCV dan rotavirus kita berikan karena kita lihat nih anak-anak kita paling banyak meninggalnya gara-gara apa? Balita kita kematiannya tinggi, itu lagi mau nurunin.”

Salah satu penyebab utama kematian tinggi pada balita adalah infeksi. Salah satu infeksi yang tinggi adalah pneumonia dan diare. Padahal, kedua hal ini ada vaksinasinya.

“Jadi balik lagi untuk bisa anak-anak kita sehat intervensinya itu harus preventif. Preventif itu salah satunya adalah imunisasi. Nah, imunisasi itu harus diberikan secara lengkap untuk melindungi anak-anak kita supaya nanti daya tahan tubuhnya lebih siap,” ucap Budi.

 

Butuh Keterlibatan Semua Pihak

Lebih lanjut Piprim mengatakan, keterlibatan berbagai pihak termasuk ulama dalam kampanye imunisasi anak menjadi hal penting.

“Saya kira keterlibatan para ulama terhadap vaksinasi sangat penting sekali, keyakinan akan keharusan imunisasi itu kan ada di fatwa majelis ulama ya,” ucap Piprim.

Piprim menambahkan, dalam workshop ini, salah satu hal yang dibahas adalah terkait halal haram vaksin.

“Ini menjadi isu yang terus-menerus, enggak selesai-selesai. Kita akan membahas masalah itu, bagaimana menjelaskan ke masyarakat sebetulnya pandangan dari sudut agama, enggak hanya Islam, dari sudut agama-agama lain juga seperti apa tentang imunisasi ini.”

“Dan tidak ada satu agama pun yang menolak dilakukannya imunisasi ini,” jelasnya.

 

Libatkan Kelompok Guru

Selain ulama, kelompok guru dan masyarakat lain juga memiliki peran penting dalam kampanye imunisasi. Dengan kata lain, edukasi soal imunisasi tak hanya bisa disebarkan oleh dokter atau tenaga kesehatan saja, tapi juga oleh berbagai lapisan masyarakat lain.

“Ini supaya imunisasi itu bukan hanya miliknya dokter tapi awareness-nya itu juga dibantu penyebarannya oleh kelompok masyarakat. Saya kira ini akan sangat efektif kalau menyebarkan (edukasi) imunisasi dengan bahasa mereka,” ujar Piprim.

Piprim menilai, jika guru-guru ikut terlibat dalam kampanye imunisasi di sekolah maka hasilnya akan jauh lebih efektif.

“Apalagi (imunisasi) HPV ini nanti di usia sekolah ya, nanti akan jauh lebih efektif dibanding dokter aja (yang kampanye). Jadi dokternya, guru-gurunya, orangtuanya, perkumpulan orangtua muridnya itu saya kira perlu dilibatkan semua.”

Partisipasi semua pihak di berbagai sektor pada gilirannya dapat membuat semua masyarakat menerima imunisasi tanpa ragu-ragu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya