Liputan6.com, Jakarta - Ukuran organ intim kerap kali jadi hal yang sensitif bagi sebagian pria. Begitu sensitifnya hingga muncul fenomena sindrom penis kecil atau penile dysmorphic disorder (PDD).
Orang dengan sindrom penis kecil atau PDD tidak memiliki penis yang sangat kecil. Sebaliknya, mereka sangat cemas dengan ukuran penis mereka.
Baca Juga
Memiliki penis kecil bukanlah diagnosis medis. Sangat jarang, penis seseorang cukup kecil sehingga mengganggu fungsi seksual, dan dokter menyebutnya sebagai mikropenis. Orang dengan mikropenis memiliki penis yang setidaknya 2,5 standar deviasi lebih kecil dari rata-rata penis.
Advertisement
PDD merupakan salah satu jenis gangguan dismorfik tubuh (BDD), yaitu kelainan yang mengubah persepsi seseorang terhadap tubuhnya. BDD dapat memicu kecemasan yang sangat besar pada seseorang terhadap penampilannya.
Penderita sindrom penis kecil merasa malu dan cemas dengan ukuran penis. Mereka mungkin secara keliru percaya bahwa mereka memiliki mikropenis, meskipun ukuran penis mereka normal.
Statistik ukuran penis rata-rata
Perkiraan ukuran penis rata-rata bervariasi. Banyak orang percaya bahwa penis pada umumnya memiliki panjang 6 inci, namun hal ini tidak benar dan menyesatkan, sehingga berpotensi memicu kecemasan pada mereka yang khawatir memiliki penis kecil.
Analisis data tahun 2014 dari 15.521 pria menemukan hal berikut tentang ukuran penis:
- Rata-rata penis yang tidak ereksi adalah 9,16 sentimeter (cm), atau panjang 3,61 inci.
- Rata-rata penis yang ereksi memiliki panjang 13,12 cm (5,17 inci).
- Penis yang lebih panjang dari 6 inci saat ereksi jarang terjadi, dengan panjang penis ini berada pada persentil ke-90.
Dilansir Medical News Today, penelitian lain berupaya mengukur apa yang dianggap sebagai mikropenis. Sebuah studi tahun 2014 mendefinisikan mikropenis sebagai penis yang panjangnya kurang dari 7 cm (sekitar 2,75 inci) ketika lembek dan diregangkan.
Lebih lanjut, penelitian terhadap lebih dari 52.000 pria dan wanita heteroseksual menemukan bahwa 85 persen wanita merasa puas dengan ukuran penis pasangannya. Sebagai perbandingan, hanya 55 persen pria yang puas dengan ukuran penisnya.
Gejala PDD
Seringkali orang merasa khawatir bahwa penis mereka mungkin tidak cukup besar, terutama ketika mereka merasakan tekanan dari media dan melihat alat kelamin pria yang lebih besar dalam pornografi.
Namun, penderita sindrom penis kecil sangat mengkhawatirkan ukuran penis.
Beberapa gejala sindrom penis kecil atau PDD antara lain:
- terus-menerus membandingkan ukuran penis mereka dengan ukuran penis orang lain, termasuk yang ada di media
- keyakinan bahwa penis itu luar biasa kecil, meskipun ada bukti sebaliknya
- persepsi yang menyimpang tentang ukuran penis
- menempatkan nilai yang luar biasa tinggi pada ukuran penis
- merasa malu atau malu dengan ukuran penis
- kesulitan berhubungan seks dengan pasangan karena kekhawatiran akan ukuran penis
- berkurangnya fungsi seksual, termasuk ereksi atau orgasme
Beberapa orang dengan sindrom penis kecil memiliki gejala BDD lainnya. Ini mungkin termasuk:
- keasyikan obsesif dengan penampilan
- perilaku berulang atau kompulsif yang berkaitan dengan penampilan, seperti berdandan atau membeli pakaian
- tekanan kronis tentang penampilan
- depresi atau kecemasan tentang penampilan
Meskipun sindrom penis kecil dan BDD mungkin tampak merupakan kondisi yang sama, terdapat perbedaan mendasar. Sindrom penis kecil bukanlah diagnosis medis, padahal dokter dapat mendiagnosis seseorang menderita BDD.
Advertisement
Cara Mengatasi PDD
Bagi orang-orang dengan kecemasan ringan hingga sedang tentang ukuran penis, meneliti data rata-rata ukuran penis atau bertanya kepada dokter tentang apa yang dimaksud dengan mikropenis dapat membantu.
Jika seseorang mengkhawatirkan performa seksualnya, mereka mungkin merasa nyaman karena kepastian dan dukungan dari pasangannya. Penelitian menunjukkan bahwa mayoritas wanita heteroseksual merasa puas dengan ukuran penis pasangannya.
Perawatan medis dapat membantu pria dengan BDD atau kecemasan terhadap ukuran penis. Beberapa pilihan pengobatan meliputi:
- Terapi perilaku kognitif (CBT): Jenis terapi ini membantu orang memahami bagaimana pikiran memengaruhi perasaan dan perilakunya, dan dapat membantu mereka menemukan cara untuk mengurangi kecemasan.
- Memahami dan mengatasi pemicunya. Bagi sebagian orang, pemicu tertentu – seperti pornografi atau masalah hubungan – dapat menyebabkan kecemasan terhadap ukuran penis. Beberapa orang dapat mengurangi gejala dengan mengidentifikasi pemicunya dan berupaya mengelolanya.
- Terapi seks atau konseling pasangan. Ketika kecemasan terhadap ukuran penis memengaruhi hubungan atau kemampuan seseorang untuk berhubungan seks, terapi dapat membantu pasangan bekerja sama untuk mengatasi kecemasan tersebut.