Mengenal Kista Ovarium seperti Dialami Kiky Saputri, Cara Mendeteksi dan Penanganan

Kista ovarium apakah bisa dicegah? Ketahui lebih dalam tentang kista ovarium

oleh Rahil Iliya Gustian diperbarui 20 Mar 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2024, 16:00 WIB
Kiky Saputri
Kista ovarium membuat Kiky Saputri harus menjalani pengangkatan ovarium kirinya pada awal Maret kemarin. (Foto: Dok. Instagram @kikysaputrii)

Liputan6.com, Jakarta Artis Kiky Saputri sudah mengetahui memiliki kista di luar dinding rahim sebelum hamil. Saat itu, ukuran kista sebesar 3,8 cm. 

Usai keguguran, Kiky berharap kista menyusut. Namun, ia mendapati rasa sakit perut teramat sangat di awal Maret. Ternyata, kista tersebut membesar menjadi 5,1 cm yang membuat dokter meminta agar kista tersebut diangkat karena sudah menyelimuti ovarium kiri Kiky.

Kista ovarium adalah struktur yang tumbuh sepanjang ovarium atau indung telur yang bentuknya seperti balon atau bola yang isinya cairan.

Seorang perempuan bisa mengetahui ada tidaknya kista di ovarium lewat pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang dilakukan oleh dokter obstetri dan ginekologi (obgin). 

“Jadi biasanya pemeriksaan kandungan yang sifatnya fisik, tentunya oleh dokter kandungan (obgin). Pemeriksaan dari dokter obgin adalah USG,” kata Dr.dr. Hariyono Winarto, Sp.OG(K).

Menurut Hariyono, pemeriksaan dengan USG sangat baik karena dapat memeriksa apakah kista berpotensi ganas atau tidak.

“USG ini sangat baik sekali karena dengan USG ini kita mempunyai standar bagaimana caranya untuk memeriksa apakah kista ini perkiraannya lebih ke arah ganas atau tidak,” kata Hariyono dalam akun Youtube RS Pelni.

Hariyono juga menambahkan bahwa pemeriksaan dengan USG biasanya digabungkan dengan pemeriksaan darah. Keduanya tidak bisa berdiri sendiri.

Di beberapa fasilitas kesehatan yang lebih baik pemeriksaan kista sudah bisa melakukan MRI.

“Nah MRI itu mungkin kita perlu pada saat kita benar benar ingin melihat secara keseluruhan di rongga perut seperti apa, apalagi kalau kista nya sudah besar.”

Penanganan Kista Ovarium

Hariyono menjelaskan jika seorang perempuan dengan kista ovarium tidak mengeluhkan nyeri, dokter obgin akan mengevaluasi terlebih dahulu.

Dokter akan memprediksi jenis kista tersebut termasuk kista normal atau kista patologi.

"Jadi ada kista yang alami, normal, kista itu akan timbul dan hilang lagi. Lalu, ada kista merupakan penyakit atau patologi, yang penyakit ini biasanya yang memerlukan tindakan tapi ini tergantung pada pemeriksaan," kata Hariyono.

Penting untuk mengetahui jenis kista agar bisa mengetahui bagaimana penanganannya. Hariyono juga menambahkan kalau kista infeksi, penanganannya masih bisa dengan obat-obatan dulu, misalnya antibiotik.

Bila kista sampai membuat wanita mengalami nyeri parah tak tertahankan serta pecah atau menimbulkan nyeri akut butuh operasi. 

"Jika kista pecah itu perlu operasi atau jika menimbulkan nyeri yang akut," kata Hariyono.

 

Penyebab Kista Muncul

 

Mengutip dari WebMD, kemungkinan besar penyebab kista bergantung pada beberapa hal, termasuk siklus menstruasi. Jika masih mengalami menstruasi, beberapa penyebab umum kista ovarium meliputi:

  • Ovulasi. Sebagian besar kista fungsional terjadi ketika folikel tumbuh sebagaimana mestinya, tetapi tidak pecah untuk melepaskan sel telur.   
  • Endometriosis. Orang yang menderita endometriosis, terutama pada stadium lanjut, dapat mengembangkan kista endometrioma.
  • Penyakit radang panggul (PID). Anda mungkin mengalami kista berisi nanah pada atau di dekat indung telur jika mengalami infeksi panggul.
  • Pertumbuhan sel yang tidak normal. Sel-sel dalam indung telur tumbuh dengan cara yang tidak normal.

Tips Mencegah Kista Ovarium

Secara umum, Hariyono memberikan beberapa tips untuk mencegah kista ovarium dengan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat.

“Untuk kista ovarium, karena sebenarnya belum ada cara deteksi dininya, sebaiknya kita hidup dengan pola hidup yang lebih sehat,” jelasnya.

Pola hidup sehat yang dimaksud yaitu memperhatikan pola makan, konsumsi makanan yang bergizi, dan hindari makanan processed food.

“Artinya, makanlah secukupnya, hindari processed food. Secukupnya itu berarti gizinya juga harus baik,” kata Hariyono.

Selain itu Hariyono menambahkan untuk istrirahat cukup, hindari stress dan juga olahraga yang cukup.

“Pencegahannya bisa dilakukan sejak dini dengan menerapkan gaya hidup yang sehat. Jika ada waktu untuk diperiksa, mungkin itu saat yang baik juga,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya