DBD Meningkat di Indonesia Jelang Lebaran, Ini Kemungkinan Penularan yang Bisa Terjadi di Momen Idul Fitri

Demam berdarah dengue adalah salah satu ancaman utama kesehatan masyarakat di dunia dan kasusnya naik di Indonesia jelang Lebaran.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 16 Apr 2024, 14:40 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2024, 15:38 WIB
DBD Melonjak Jelang Lebaran, Ini Kemungkinan Penularan yang Bisa Terjadi di Momen Idul Fitri
DBD Melonjak Jelang Lebaran, Ini Kemungkinan Penularan yang Bisa Terjadi di Momen Idul Fitri. (Liputan6.con/Bam Sinulingga)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus demam berdarah dengue (DBD) tengah meningkat di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan RI hingga minggu ke-11 tahun 2024 menunjukkan kasusnya mencapai 35.556. Sementara kasus kematiannya mencapai 290 orang.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), DBD adalah salah satu ancaman utama kesehatan masyarakat di dunia. Termasuk di Indonesia yang merupakan salah satu negara hiper-endemis. 

Demam berdarah dengue juga dikenal sebagai penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk dengan penyebaran tercepat dan merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang besar. 

Penambahan kasus DBD kali ini terjadi menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di mana momen tersebut tidak lepas dari budaya pulang ke kampung halaman atau mudik. Hal ini perlu menjadi perhatian, mengingat seorang individu tidak hanya berisiko terkena DBD, tapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.

Ketika seekor nyamuk menggigit seseorang yang memiliki virus dengue dalam darahnya, nyamuk tersebut akan terinfeksi virus dengue. Nyamuk yang terinfeksi kemudian dapat menularkan virus tersebut kepada orang yang sehat dengan menggigit mereka.

"DBD tidak dapat menyebar secara langsung dari satu orang ke orang lain, diperlukan nyamuk untuk penularan virus demam berdarah," kata Pendiri dan Presiden Direktur Alodokter Suci Arumsari dalam keterangan pers, Kamis, 28 Maret 2024.

Risiko DBD Lebih Tinggi di Daerah Padat Penduduk

Suci menambahkan, risiko DBD lebih tinggi di daerah yang padat penduduknya seperti daerah pemukiman perkotaan. Termasuk taman dan tempat bermain yang berada di dalamnya, di mana terdapat kemungkinan yang lebih tinggi untuk menemukan Aedes aegypti.

Daerah padat penduduk lebih berisiko karena nyamuk dengue dapat terbang beberapa ratus meter untuk mencari wadah berisi air sebagai tempat bertelur. Dan beberapa nyamuk per rumah tangga dapat menyebabkan wabah DBD yang besar.

“Untuk itu, penerapan 3M Plus (menguras bak air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang tidak terpakai, juga mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk) menjadi kunci penting dalam pencegahan DBD, serta mempertimbangkan pencegahan inovatif melalui vaksinasi.”

Kolaborasi Lawan DBD

Kolaborasi Lawan DBD
Kolaborasi Lawan DBD. Foto: Alaodokter.

Melihat situasi DBD yang mengalami kenaikan, PT Takeda Innovative Medicines dan Alodokter mengumumkan kolaborasi.

Kerja sama dijalin kedua perusahaan sebagai bentuk komitmen, serta partisipasi aktif dalam memerangi DBD di Indonesia.

Kolaborasi tersebut direfleksikan ke dalam serangkaian kegiatan dan inisiatif. Baik yang ditujukan kepada tenaga kesehatan, masyarakat umum, maupun karyawan, untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran virus dengue.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, menyampaikan apresiasi terhadap komitmen yang ditunjukkan oleh Alodokter untuk bersama-sama mengedukasi tentang bahaya dan pencegahan DBD.

“DBD adalah penyakit yang mengancam jiwa dan sampai saat ini tidak ada pengobatan khusus untuk DBD – menjadikan tindak pencegahan sebagai kunci. Oleh karena itu, kami menyambut baik kemitraan dengan Alodokter sebagai sumber informasi kesehatan terpercaya, untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengetahuan tenaga kesehatan tentang DBD, pencegahannya, serta penanganannya.”

Kemitraan juga dibangun dengan Kementerian Kesehatan melalui kampanye bersama #Ayo3MplusVaksinDBD. Kampanye ini mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menerapkan 3M Plus secara konsisten guna membatasi populasi nyamuk. Serta berkonsultasi dengan dokter mengenai intervensi inovatif melalui vaksinasi.

Perbanyak Edukasi DBD

Andreas juga menggarisbawahi perlunya lebih banyak edukasi tentang DBD dan intervensi inovasi dalam pencegahan DBD.

“Masih banyak kesalahpahaman terkait risiko, tingkat keparahan, dan pencegahan dengue. Di Indonesia, semua orang berisiko terkena DBD, tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, atau gaya hidupnya.”

DBD terutama memberikan dampak pada populasi usia aktif dan merupakan penyebab utama kematian bagi anak-anak. Perlindungan melalui vaksinasi direkomendasikan oleh asosiasi medis tidak hanya untuk anak-anak tetapi juga orang dewasa.

“Oleh karena itu, marilah kita terus memperkaya diri kita dengan pengetahuan tentang DBD dan pencegahannya melalui sumber-sumber yang terpercaya, untuk melindungi diri kita sendiri dan orang-orang yang kita cintai. Bersama kita dapat memerangi DBD dan mencapai tujuan pemerintah Indonesia yaitu 'Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030',” tutup Andreas.

Infografis Heboh Pelepasan Nyamuk Wolbachia Tekan Kasus DBD. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Heboh Pelepasan Nyamuk Wolbachia Tekan Kasus DBD. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya