Remaja Hobi Makan Junk Food, Studi Ungkap Dampaknya pada Kesehatan Otak

Masa remaja adalah masa ketika otak sedang berkembang sehingga mereka bertanya-tanya tentang dampak pola makan junk food yang tidak sehat terhadap perkembangan otak

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 19 Apr 2024, 11:00 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2024, 11:00 WIB
Ilustrasi junk food
Ilustrasi junk food (Sumber: Pixabay/RitaE)

Liputan6.com, Jakarta - Penelitian terbaru dari University of Southern California mengungkap, remaja yang mengonsumsi junk food tinggi lemak dan gula dapat menderita kerusakan otak jangka panjang – khususnya gangguan memori.

Dalam penelitian, para peneliti di universitas tersebut memberi tikus makanan tinggi lemak, kemudian menjalankan riset melalui serangkaian tes memori dan melacak tingkat neurotransmitter yang terkait dengan memori dan pembelajaran.

“Apa yang kami lihat tidak hanya dalam makalah ini, namun dalam beberapa penelitian terbaru kami lainnya, adalah jika tikus-tikus ini tumbuh dengan pola makan junk food, maka mereka akan mengalami gangguan ingatan yang tidak kunjung hilang,” tutur profesor ilmu biologi di USC Dornsife College of Letters, Arts and Sciences, Scott Kanoski melalui siaran pers USC yang dikutip New York Post.

“Jika Anda (kemudian) menerapkan pola makan sehat pada mereka, sayangnya efek ini akan bertahan hingga masa dewasa,” tambahnya.

Studi ini menggunakan penelitian yang sudah ada mengenai penyakit Alzheimer. Menurut Asosiasi Alzheimer, penyakit tersebut sejenis demensia yang memengaruhi pemikiran, perilaku, dan ingatan.

Orang dengan Alzheimer memiliki tingkat neurotransmitter otak yang lebih rendah yang disebut asetilkolin, yang berperan penting dalam pergerakan otot tak sadar, gairah, pembelajaran, dan perhatian.

Untuk mengetahui dampak pola makan terhadap kesehatan otak, tim peneliti mempelajari kadar asetilkolin pada tikus yang menjalani diet berlemak dan bergula dibandingkan dengan tikus dalam kelompok kontrol dengan melacak respons otak mereka terhadap aktivitas pengujian memori seperti menemukan objek baru di lokasi berbeda.

Hasilnya, tikus pada kelompok kontrol mampu mengenali objek baru sedangkan tikus pada kelompok junk food tidak dapat mengingatnya.

 

Otak Masih Berkembang pada Masa Remaja

Kanoski mengatakan bahwa masa remaja adalah masa ketika otak sedang berkembang sehingga mereka bertanya-tanya tentang dampak pola makan Barat yang tidak sehat terhadap perkembangan otak – dan apakah dampaknya dapat dibalik atau tidak.

“Namun sayangnya, beberapa hal yang mungkin lebih mudah dibalikkan pada masa dewasa, kurang dapat diubah jika terjadi pada masa kanak-kanak,” jelas Kanoski.

 

Obat Tertentu Bisa Bantu Perbaiki Kerusakan Otak

Dalam penelitian lainnya, Kanoski mengatakan mereka mampu membalikkan kerusakan memori ketika memberikan tikus obat tertentu yang meniru asetilkolin.

Ketika obat diberikan ke bagian otak yang mengontrol memori, yang disebut hipokampus, memori tikus dipulihkan.

Perlu Penelitan Lebih Lanjut

Kanoski mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui bagaimana kerusakan dapat diperbaiki tanpa pengobatan.

Junk food lebih dari buruk bagi kesehatan otak. Sebuah penelitian yang dilakukan awal tahun ini menemukan hubungan antara makanan ultra-olahan dan lebih dari 30 komplikasi kesehatan, termasuk depresi, gangguan tidur, dan kematian terkait penyakit kardiovaskular.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya