Pneumonia Masuk 10 Kasus Rawat Inap Terbanyak, Kenali Lebih Dalam Penyakit Radang Paru Ini

Penyakit pneumonia atau radang paru menjadi salah satu dari sepuluh kasus rawat inap terbanyak di Indonesia berdasarkan data statistik JKN 2016-2021.

oleh Rahil Iliya Gustian diperbarui 30 Apr 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2024, 08:30 WIB
Konferensi Pers Pembaruan Rekomendasi Jadwal Imunisasi Dewasa Tahun 2024 oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)
Konferensi Pers Pembaruan Rekomendasi Jadwal Imunisasi Dewasa Tahun 2024 oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pada Senin, 29 April 2024 di Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta Saat ini di Indonesia, penyakit pneumonia menjadi salah satu dari sepuluh kasus rawat inap terbanyak, berdasarkan data statistik Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2016-2021. Diperkiraan biaya pengobatan rata-rata lebih dari Rp18 juta untuk rawat inap selama enam hari.

"Penyakit pneumonia ini merupakan sepuluh besar dari penyakit yang ada di Indonesia, dimana penularannya itu bisa timbul dari berinteraksi dengan banyak orang," kata dokter Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC, Anggota Bidang Pengembangan Profesi dan Penelitian PAPDI pada konferensi pers di Jakarta, Senin, 30 Maret 2024.

Tingkat keparahan penyakit pneumonia yaitu sebesar 7,6%. Pneumonia memiliki tingkat keparahan tertinggi dengan Crude Fatality Rate (CFR) tertinggi dibandingkan penyakit lain di Indonesia di tahun 2010.

"Radang paru itu disebut sebagai pneumonia, jadi kalau paru-paru itu merah, bengkak dan kemudian timbul masalah seperti batuk atau sesak, itu disebut sebagai radang," kata Ceva dalam acara Konferensi Pers Pembaruan Rekomendasi Jadwal Imunisasi Dewasa Tahun 2024 oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pada Senin, 29 April 2024 di Jakarta.

Sebenarnya ada hal yang bisa dilakukan untuk menekan kasus dan sebagai upaya pencegahan terhadap pneumonia yakni dengan melakukan vaksinasi PCV. 

Selama ini kita mengenal bahwa vaksin PCV untuk anak. Namun, dalam rekomendasi terbaru dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) tahun 2024 menambahkan vaksin Pneumokokal Konjugat 15-valent (PCV15) untuk populasi dewasa, guna menekan angka penularan pneumonia.

"Pemberian vaksin merupakan langkah penting dalam upaya perlindungan kesehatan masyarakat. PAPDI berkomitmen untuk terus menyediakan rekomendasi vaksin yang terkini dan berbasis bukti ilmiah untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat," kata Ketua Umum Pengurus Besar PAPDI, Dr. dr. Sally Aman Nasution SpPD, K-KV, FINASIM, FACP  di kesempatan yang sama.

Penyebab dan Gejala Pneumonia

PAPDI Umumkan Pembaruan Rekomendasi Jadwal Vaksinasi Dewasa 2024, dr. Ceva W. Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC
dr. Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC, selaku Anggota Bidang Pengembangan Profesi dan Penelitian PAPDI dalam kegiatan konferensi pers Pembaruan Rekomendasi Jadwal Vaksinasi Dewasa oleh PAPDI, di Jakarta (29/4). (Foto: dok. PAPDI)

Pneumonia menyerang bagian kantung udara di paru-paru yang menyebabkan peradangan sehingga membuat oksigen sulit masuk kedalam aliran darah. Pneumonia disebabkan oleh berbagai virus, bakteri, dan jamur. 

"Penyebab pneumonia bisa disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur, yang bisa menyerang semua golongan umur (lebih rentan pada anak-anak dan lansia)," kata Ceva.

Salah satu penyebab penyakit ini yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae (Pneumokokus), memiliki lebih dari 100 serotipe dan beberapa diantaranya menyebabkan infeksi parah seperti Serotipe 3, 22F, dan 33F.

Berikut ini Ceva menjelaskan beberapa gejala pneumonia:

  • Demam
  • Kesulitan bernapas
  • Nyeri dada
  • Batuk
  • Nyeri Kepala
  • Nafsu makan menurun
  • Lemas dan Lesu

 

Tentang Bakteri Streptococcus Pneumoniae (Pneumokokus)

Konferensi Pers Pembaruan Rekomendasi Jadwal Imunisasi Dewasa Tahun 2024 oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)
Konferensi Pers Pembaruan Rekomendasi Jadwal Imunisasi Dewasa Tahun 2024 oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pada Senin, 29 April 2024 di Jakarta.

Bakteri Streptococcus Pneumoniae (Pneumokokus), yaitu salah satu dari bakteri tipikal yang memiliki serotipe lebih dari 90.

"Yang disebut sebagai pneumokokus sebagai salah satu penyebab yang sering ditemukan itu ternyata punya serotipe atau varian yang banyak, paling tidak ada lebih dari 90 serotipe, dimana sebanyak 20-30 itu menunjukkan keparahan yang signifikan," kata Ceva.

Masa inkubasi atau waktu berkembang kuman pneumokokus biasanya sekitar 1 sampai 3 hari (spesifik untuk pneumonia pneumokokus). Umumnya terjadi pada anak kecil, tetapi dewasa juga tidak boleh dilupakan karena sebanyak 10% terjadi pada dewasa.

Tidak hanya pneumonia, infeksi pneumokokus juga dapat menyebabkan infeksi serius lainnya, seperti:

  • Meningitis (Infeksi Selaput Otak dan Sumsum Tulang Belakang)
  • Sinus (Sinusitis)
  • Otitis Media (Infeksi Telinga Tengah)
  • Bakteremia (Infeksi Darah)

Faktor Risiko yang Mempengaruhi Terjadinya Pneumonia Pneumokokus

Konferensi Pers Pembaruan Rekomendasi Jadwal Imunisasi Dewasa Tahun 2024 oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)
Konferensi Pers Pembaruan Rekomendasi Jadwal Imunisasi Dewasa Tahun 2024 oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pada Senin, 29 April 2024 di Jakarta.

Ada berbagai faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya pneumonia pada dewasa, seperti faktor umur dimana dewasa sehat berusia ≥65 tahun memiliki risiko meningkat terhadap penyakit pneumokokus dibandingkan dengan dewasa muda berusia 18–64 tahun.

Selain itu faktor lainnya yaitu pekerjaan, gaya hidup, kondisi kesehatan, atau karena bepergian. Ceva mengatakan bahwa risiko pneumonia juga semakin tinggi apabila memiliki latar belakang medis atau faktor risiko perilaku tertentu seperti berikut ini:

  • Asma (4x risiko)
  • Diabetes mellitus (4x risiko)
  • Penyakit jantung kronis (4x risiko)
  • Merokok (5x risiko)
  • Konsumsi alkohol meningkat (8x risiko)
  • Penyakit hati kronis (9x risiko)
  • Penyakit paru-paru kronis (10x risiko)
  • Hidup dengan HIV (17x risiko)
  • Kondisi imunokompromi lainnya (9x risiko)

 

 

Langkah-langkah Pencegahan Pneumonia

Ilustrasi suntik vaksin campak (AP/Seth Wenig)
Ilustrasi suntik vaksin untuk mencegah pneumonia (AP/Seth Wenig)

Langkah sederhana untuk mencegah pneumonia ini bisa dilakukan dengan menghindari kontak dengan orang sakit dan menerapkan pola hidup sehat.

"Sebagaimana COVID-19 yang memberikan jarak sekitar 2 meter. Terapkan juga pola hidup sehat dalam artian gizi yang tercukupi," kata Ceva.

Ceva juga menyarankan untuk sering mencuci tangan karena semua infeksi saluran pernapasan itu berkaitan dengan penyebaran dari hidung, mulut dan tangan.

Selain itu, bisa dengan melakukan vaksinasi PCV yang direkomendasikan PAPDI untuk diberikan ke masyarakat dewasa. Berbagai studi menunjukkan bahwa vaksinasi pneumonia pada orang dewasa dapat membantu menurunkan risiko dari penyakit berbahaya ini.

Ada dua Jenis Vaksin Pneumokokkus, yaitu:

  1. Pneumococcal polysaccharide vaccines (PPSVs). Vaksin yang terbuat dari kapsulpolisakarida bakteri (23 serotipe).

  2. Pneumococcal conjugate vaccines (PCVs). Vaksin yang terbuat dari kapsulpolisakarida bakteri yangdikonjugasikan dengan protein carrier (10, 13, atau 15 serotipe).

Infografis Yuk Kenali Perbedaan Vaksin, Vaksinasi dan Imunisasi Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Yuk Kenali Perbedaan Vaksin, Vaksinasi dan Imunisasi Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya