Liputan6.com, Jakarta Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, Eva Susanti mengatakan bahwa ada kebiasaan seseorang yang rentan alami tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Eva menuturkan bahwa perilaku masyarakat yang dapat meningkatkan faktor risiko hipertensi adalah merokok, aktivitas fisik kurang, kurangnya makan sayur dan buah, serta mengonsumsi makanan asin.
Baca Juga
Selain itu, stres dan faktor keturunan juga menyebabkan faktor risiko hipertensi seperti disampaikan Presiden Indonesian Society of Hypertension (InaSH, 2019-2021) Tunggul D. Situmorang.
Advertisement
Melihat risiko di atas maka melakukan aktivitas fisik termasuk berolahraga serta mengonsumsi makanan sehat amat dianjurkan.
“Proporsi penderita hipertensi umur 18-59 tahun yang melakukan aktivitas fisik kurang 1,9 kali lebih tinggi dibandingkan penderita hipertensi yang melakukan aktivitas fisik cukup,” kata Eva.
Lalu, proporsi penderita hipertensi umur 18-59 tahun dengan obesitas sentral atau yakni kondisi kelebihan lemak pada perut 3,4 kali lebih tinggi dibandingkan penderita hipertensi yang tidak obesitas sentral.
Sementara itu, proporsi penderita hipertensi umur di atas 60 tahun dengan obesitas sentral sama dengan penderita hipertensi yang tidak obesitas sentral.
Bila sudah mengalami hipertensi tetap bisa dibantu dikontrol dengan menjalankan perilaku hidup sehat dengan PATUH. Apa itu PATUH? Eva menerangkan PATUH adalah Periksa kesehatan secara rutin dan ikut anjuran dokter, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet dengan gizi seimbang, Upayakan aktivitas fisik dengan aman, Hindari asap rokok, alkohol, dan zat karsinogenik lainnya.
Hipertensi Dapat Sebabkan Komplikasi, Termasuk Gagal Ginjal
Tunggul juga mengatakan, hipertensi atau darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi penyakit stroke, kebutaan penyakit gagal jantung dan juga gagal ginjal. Kabar baiknya, darah tinggi atau hipertensi dapat diturunkan dengan berolahraga secara teratur, mengatur pola makan yang sehat, mengurangi konsumsi garam, konsumsi obat, dan menghindari stres.
“Ada begitu banyak pilihan-pilihan obat, begitu banyaknya obat-obatan, sehingga harus sudah tahu persis bagaimana mekanisme kerjanya, dipakai untuk siapa, dan harus digunakan dengan cara yang baik dan benar,” kata Tunggul.
Advertisement
Upaya Kemenkes Kendalikan Hipertensi pada Masyarakat
Peran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam pengendalian hipertensi adalah berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang faktor risiko hipertensi.
Selain itu, Kemenkes juga menyosialisasikan pentingnya gaya hidup sehat, deteksi dini, penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat, termasuk layanan diagnosis dan tata laksana/protokol serta pengobatan penyakit hipertensi agar hiperetensi terkendali.
Kemenkes juga berfokus pada pengembangan SDM, melakukan integrasi terhadap semua sistem/aplikasi dalam SATU SEHAT, pemberdayaan masyarakat, serta dukungan terhadap riset-riset inovatif.