3 Mitos Bayi Tabung atau IVF Paling Sering Didengar Dokter, Ini Fakta Sesungguhnya

Masih banyak mitos yang beredar seputar bayi tabung atau IVF yang bikin pasangan dengan gangguan kesuburan maju mundur melakukannya. Ketahui faktanya berikut.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 21 Jul 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2024, 21:00 WIB
Ilustrasi kehamilan. ibu hamil
Ilustrasi kehamilan lewat bayi tabung atau IVF ini mitos paling sering beredar di masyarakat. (Image by prostooleh on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) merupakan salah satu cara bagi pasangan untuk memiliki anak bagi yang sulit hamil secara alami. Bayi tabung adalah salah satu cara mendapatkan kehamilan pada pasangan dengan gangguan kesuburan yang mempertemukan sperma dan sel telur di luar tubuh manusia.

Beberapa tahun terakhir, makin banyak pasangan yang sulit hamil mencoba cara ini. Namun, masih banyak mitos yang beredar seputar bayi tabung atau IVF. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan fertilitas dan endokrinologi reproduksi, Upik Anggraheni mengungkapkan tiga mitos seputar bayi tabung yang paling ia sering dengar dari pasien.

Mitos 1: Bayi dari Program IVF Harus Dilahirkan Caesar

Upik mengatakan ini adalah tidak benar. Tidak semua bayi yang didapatkan dari kehamilan lewat bayi tabung mesti dilahirkan secara caesar.

"Jika tidak memiliki kelainan atau masalah apapun ya boleh dilahirkan normal. Dokter akan menyampaikan ke pasian apa saja risiko selama persalinan," kata Upik.

2. Anak Pertama Lewat Bayi Tabung, Anak Kedua Harus Bayi Tabung

Faktanya bila anak pertama didapatkan lewat IVF belum tentu anak kedua didapatkan dengan cara yang sama.

"Sekarang banyak pasangan muda yang memilih langsung bayi tabung biar cepat (hamil). Setelah melahirkan dia lupa KB, lalu dia bisa untuk hamil secara alami. Itu mungkin sekali," kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Lalu, pasien dengan riwayat PCOS bila sudah berhasil sekali hamil, maka kehamilan selanjutnya bakal lebih mudah. Ini artinya kehamilan yang terjadi secara alami bisa terjadi.

Mitos 3: Bayi dari IVF Gampang Sakit-Sakitan

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan fertilitas dan endokrinologi reproduksi, Upik Anggraheni sering mendengar soal mitos tentang bayi tabung atau IVF. (Foto: Benedikta Desideria/Liputan6.com)
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan fertilitas dan endokrinologi reproduksi, Upik Anggraheni dari RSPI IVF Centre sering mendengar soal mitos tentang bayi tabung atau IVF. (Foto: Benedikta Desideria/Liputan6.com)

Ada yang mengatakan bayi dari program IVF bakal lahir cacat dan sakit-sakitan. Dengan tegas Upik membantah hal tersebut.

"Bayi keluaran bayi tabung dan alami hasilnya sama. Tergantung dari genetik orangtuanya, kan sama-sama berasal dari sel benih ayah dan ibu kan," katanya.

 

Bila Pasangan Mau IVF Dengar Mitos soal Bayi Tabung

kanker serviks
ilustrasi dokter/Photo by rawpixel.com from Pexels

Upik menjelaskan bahwa masih banyak sebenarnya mitos soal bayi tabung yang beredar di masyarakat. Jika pasangan berencana memiliki bayi tabung tapi ragu dengan mitos-mitos yang ada segera konsultasikan dengan dokter.

"Bila dengar mitos mitos bayi tabung yang lain bisa ditanyakan langsung ke dokter yang merawat ya," kata wanita yang sehari-hari praktik di RS Pondok Indah - IVF Centre Jakarta ini.

Kapan Prosedur Bayi Tabung atau IVF Dilakukan?

Ilustrasi bayi baru lahir
Ilustrasi bayi tabung. Foto: Freepik.

Bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) adalah salah satu cara mendapatkan kehamilan pada pasangan dengan gangguan kesuburan dengan cara mempertemukan sel telur dan sel sperma di luar tubuh manusia.

Setelah terjadi pembuahan, 1-3 embrio akan ditanam kembali ke rahim calon ibu.

Prosedur bayi tabung dilakukan pada pasangan dengan beberapa masalah kesuburan diantaranya:

- Faktor Sperma 

- Sumbatan di kedua saluran telur

- Endometriosis

- Gangguan pematangan telur

- Unexplained atau hal-hal yang tidak mampu diketahui penyebabnya

Program bayi tabung bisa dilakukan untuk wanita di bawah usia 46 tahun. Namun, ada juga beberapa kasus ada wanita dengan usia 48 tahun ingin berusaha memiliki anak dan berhasil.

Angka keberhasilan program bayi tabung di dunia pada wanita di bawah 35 tahun mencapai 44,45 persen. Lalu, pada usia 35-37 di 32,4 persen. Semntara itu di Indonesia tepatnya di program bayi tabung di RSPI pada 2023, angka keberhasilan IVF di usia kurang dari 35 tahun di 39,7 persen. Lalu pada usia 35-37 persen di 36,8 persen.

 

Infografis Journal
Fakta Olahraga Dapat Membantu Gangguan Kesehatan Mental (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya