Banyak Bocil Cuci Darah di RSCM, Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Gagal Ginjal pada Anak?

Geger Bocil Cuci Darah di RSCM, Dokter Memberikan Sejumlah Tips Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Gagal Ginjal pada Anak agar Terhindar dari Cuci Darah atau Hemodialisis.

oleh Aditya Eka PrawiraBenedikta Desideria diperbarui 26 Jul 2024, 08:35 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2024, 08:09 WIB
Ilustrasi Bocil Cuci Darah di Rumah Sakit Gara-Gara Penyakit Gagal Ginjal by AI
Ilustrasi Bocil Cuci Darah di Rumah Sakit Gara-Gara Penyakit Gagal Ginjal by AI

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini, media sosial ramai membahas isu banyaknya bocil yang menjalani cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Namun, apakah benar bahwa jumlah anak yang menjalani cuci darah di RSCM sangat tinggi? 

Menurut dokter spesialis anak konsultan nefrologi di RSCM, dr Eka Laksmi Hidayati, sekitar 60 anak menjalani dialisis secara rutin di RSCM, dengan 30 di antaranya menjalani hemodialisis (cuci darah).

Eka menjelaskan bahwa RSCM merupakan rumah sakit rujukan utama untuk pasien anak, terutama dari luar Pulau Jawa. Hal ini menyebabkan konsentrasi pasien yang membutuhkan layanan dialisis di RSCM menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan rumah sakit lainnya. 

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K) menambahkan bahwa tidak ada laporan lonjakan kasus gagal ginjal di Indonesia.

"Secara nasional tidak dilaporkan lonjakan kasus gagal ginjal siginifikan sebagaimana tahun lalu di mana ada kasus EG/DEG," kata Piprim dalam rekaman video yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis, 25 Juli 2024.

Pada periode 2022-2023, terdapat ratusan kasus keracunan obat sirup yang mengandung EG dan DEG, yang menyebabkan 326 kasus gagal ginjal anak atau Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) per 5 Februari 2023. Namun, Piprim menegaskan bahwa situasi saat ini berbeda.

Piprim juga menjelaskan isu tentang banyaknya bocil cuci darah di RSCM. Faktanya, RSCM memiliki unit khusus untuk dialisis anak, yang memang hanya menangani pasien anak-anak.

"Di RSCM, ada unit dialisis khusus anak. Sementara di rumah sakit lain fasilitas tersebut belum tersedia, sehingga unit khusus di RSCM berisi anak-anak yang mengalami gangguan ginjal terminal," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Gagal Ginjal pada Anak?

Ilustrasi Bocil Cuci Darah di Rumah Sakit Gara-Gara Penyakit Gagal Ginjal by AI
Ilustrasi Bocil Cuci Darah di Rumah Sakit Gara-Gara Penyakit Gagal Ginjal by AI

Penyakit gagal ginjal pada anak merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian khusus. Untuk mencegah terjadinya gangguan ginjal pada anak, ada beberapa langkah sederhana tapi efektif yang dapat diterapkan.

Berikut adalah beberapa cara untuk menjaga kesehatan ginjal anak dan mencegah penyakit gagal ginjal, seperti yang disampaikan Piprim.

1. Biasakan Minum Air Putih

Pastikan anak minum air putih setiap hari. Untuk anak dengan berat badan 20 kg, diperlukan sekitar 1,5 liter air per hari. Air putih membantu menjaga fungsi ginjal tetap optimal.

 


2. Hindari Minuman Manis

Jangan berikan anak minuman manis yang tinggi gula. Minuman manis, baik yang mengandung gula maupun pemanis buatan seperti sirup jagung, dapat berkontribusi pada kerusakan ginjal. Hindari softdrink yang banyak dijual di minimarket.


3. Batasi Asupan Garam

Batasi pemberian garam pada anak. Anak di bawah usia satu tahun sebaiknya diberikan garam sesedikit mungkin. Seiring bertambahnya usia, anak boleh diberi garam dalam jumlah terbatas.


4. Konsumsi Obat Harus Atas Anjuran Dokter

Jangan sembarangan memberikan obat pada anak. Beberapa obat tertentu bisa berpotensi membahayakan ginjal. Pastikan obat yang diberikan selalu atas anjuran dokter.


5. Segera Atasi Obesitas

Jika anak mengalami obesitas, segera tangani berat badan berlebih tersebut. Obesitas bisa menjadi penyebab penyakit degeneratif di kemudian hari, seperti diabetes dan penyakit metabolik lainnya.


6. Biasakan Olahraga

Ajak anak berolahraga sejak dini. Olahraga yang teratur baik untuk sirkulasi darah dan kesehatan organ tubuh, termasuk ginjal. Orang tua juga harus memberi contoh agar anak semangat berolahraga.

Dengan menerapkan tips-tips tersebut, diharapkan anak-anak dapat terhindar dari penyakit gagal ginjal dan tidak perlu menjalani prosedur cuci darah di kemudian hari. Kesehatan ginjal adalah hal yang sangat penting untuk dijaga, terutama pada usia anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.


Apa Penyebab Utama Cuci Darah pada Anak?

Cuci darah, atau hemodialisis, pada anak umumnya dilakukan untuk mengatasi gagal ginjal yang parah, ketika ginjal tidak lagi mampu menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik.

Pimprim menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan anak memerlukan cuci darah. Salah satu penyebab utamanya adalah adanya kelainan bawaan kongenital. "Pada kasus ini, anak tersebut sudah sejak lahir memiliki kelainan pada ginjal atau ada kista," kata dr Piprim.

Selain faktor kelainan bawaan, gaya hidup tidak sehat juga dapat menyebabkan anak perlu menjalani cuci darah, terutama pada anak dengan obesitas. Menurut Pimprim, obesitas pada anak dapat memicu inflamasi derajat rendah yang berlangsung secara kronis.

"Ditambah dengan faktor lain seperti hipertensi, kondisi ini dapat merusak ginjal dan lama-kelamaan menyebabkan ginjal rusak sehingga memerlukan cuci darah," katanya.


Penyakit Gagal Ginjal Itu Seperti Apa?

Ilustrasi Bocil Cuci Darah di Rumah Sakit Gara-Gara Penyakit Gagal Ginjal by AI
Ilustrasi Bocil Cuci Darah di Rumah Sakit Gara-Gara Penyakit Gagal Ginjal by AI

Gagal ginjal adalah kondisi ketika ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik dalam menyaring limbah dari tubuh. Akibatnya, produk limbah dan zat beracun dapat menumpuk dalam darah.

Gagal ginjal dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu akut dan kronis, seperti dikutip dari kidshealth.org pada Jumat, 26 Juli 2024.

1. Gagal Ginjal Akut

Gagal ginjal akut, juga dikenal sebagai cedera ginjal akut, terjadi secara tiba-tiba. Penyebabnya bisa meliputi infeksi bakteri, cedera, syok, gagal jantung, keracunan, atau overdosis obat. Untuk menangani gagal ginjal akut, dokter akan fokus pada pengobatan penyebab yang mendasarinya. Beberapa anak mungkin memerlukan dialisis untuk membantu fungsi ginjal mereka.

 


2. Gagal Ginjal Kronis

Gagal ginjal kronis terjadi ketika fungsi ginjal menurun secara bertahap seiring waktu. Pada anak-anak dan remaja, penyebabnya bisa meliputi:

  • Masalah bawaan sejak lahir
  • Gagal ginjal akut yang tidak membaik
  • Penyakit ginjal kronis
  • Tekanan darah tinggi yang berkepanjangan

Jika gagal ginjal kronis ditemukan sejak dini, pengobatan dapat dilakukan untuk memperlambat penurunan fungsi ginjal. Pengobatan biasanya melibatkan obat-obatan, pengendalian tekanan darah, dan diet khusus. Dalam beberapa kasus, transplantasi ginjal mungkin diperlukan untuk menggantikan ginjal yang tidak berfungsi.


Apa Saja Terapi Gagal Ginjal?

Ilustrasi Bocil Cuci Darah di Rumah Sakit Gara-Gara Penyakit Gagal Ginjal by AI
Ilustrasi Bocil Cuci Darah di Rumah Sakit Gara-Gara Penyakit Gagal Ginjal by AI

Jika ginjal anak mengalami kerusakan parah hingga gagal berfungsi, anak tersebut memerlukan terapi penggantian ginjal untuk tetap sehat, seperti dikutip dari situs National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. Ada tiga jenis terapi utama yang dapat dipertimbangkan, di antaranya:

1. Transplantasi Ginjal

Transplantasi ginjal seringkali merupakan solusi utama untuk gagal ginjal pada anak. Beberapa anak mungkin menjalani transplantasi ginjal sebelum memulai dialisis, sebuah prosedur yang dikenal sebagai transplantasi preemptif. Anak-anak lainnya mungkin memulai dialisis untuk menjaga kesehatan mereka sampai transplantasi ginjal tersedia.

Sekitar sepertiga ginjal yang ditransplantasikan ke anak-anak berasal dari donor yang masih hidup. Ginjal dari orang tua biasanya lebih cocok dibandingkan ginjal dari donor yang tidak memiliki hubungan keluarga dengan anak.

Waktu tunggu untuk transplantasi ginjal bervariasi tergantung pada wilayah dan faktor-faktor seperti antibodi dalam darah akibat transfusi darah atau transplantasi ginjal sebelumnya.


2. Hemodialisis

Hemodialisis umumnya dilakukan di pusat dialisis tiga kali seminggu. Beberapa pusat dialisis juga mengajarkan orang tua atau wali bagaimana melakukan hemodialisis di rumah. Dokter mungkin merekomendasikan dialisis yang lebih sering untuk anak-anak yang lebih kecil.

Diskusikan dengan tim layanan kesehatan tentang efek samping yang mungkin dialami anak Anda setelah hemodialisis. Banyak efek samping dapat dikelola dengan baik, dan Anda dapat membantu mencegahnya dengan memastikan anak menjaga pola makan yang sehat, membatasi asupan cairan, dan meminum semua obat sesuai petunjuk.


3. Dialisis Peritoneal

Dialisis peritoneal biasanya dilakukan di rumah setelah orang tua atau wali dan anak menyelesaikan pelatihan. Anak-anak didorong untuk terlibat dalam perawatan dialisis peritoneal seiring bertambahnya usia.

Komplikasi yang mungkin terjadi selama dialisis peritoneal termasuk peritonitis, yaitu infeksi serius pada peritoneum. Selama pelatihan, Anda akan diajarkan cara mencegah peritonitis, seperti mencuci tangan dengan bersih, menggunakan masker bedah selama penggantian dialisis, dan mengikuti prosedur dialisis dengan tepat. Segera laporkan tanda-tanda infeksi kepada ahli kesehatan anak Anda. Penanganan cepat dapat mencegah masalah lebih lanjut.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya