Liputan6.com, Jakarta Perkembangan kanker hati dalam tubuh kerap tak disadari oleh pengidapnya. Padahal, kanker ini termasuk penyakit ganas yang perlu penanganan segera.
“Pengobatan kanker hati tergantung pada stadium, kondisi fungsi hati, dan kondisi pasien. Kanker hati dapat disembuhkan jika dideteksi pada tahap awal. Namun, semakin besar ukuran kanker, maka semakin sulit untuk diobati,” kata dokter spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterologi hepatologi RS Pondok Indah – Pondok Indah, Rino Alvani Gani dalam keterangan pers, Kamis (8/8/2024).
Baca Juga
Hasil Quick Count Terbaru Pilkada Surabaya 2024: Paslon Tunggal Kalahkan Kotak Kosong
Hasil Quick Count Terupdate Pilkada Sumatera Barat 2024, Mahyeldi-Vasco Unggul Telak
Lika-liku Pencalonan Airin Rachmi di Pilkada Banten 2024, Dihujat di TikTok hingga Suami Diperiksa Kejati tapi Elektabilitasnya Tetap Tinggi
Saat belum terlalu parah, maka kanker hati bisa ditangani dengan metode operatif maupun non operatif. Metode non operatif atau tanpa operasi yang bisa dilakukan untuk pasien kanker hati contohnya adalah Radiofrequency Ablation (RFA) dan Transarterial Chemoembolization (TACE).
Advertisement
“Kedua metode ini menawarkan penanganan efektif bagi pasien yang tidak dapat menjalani operasi,” ujar Rino.
Apa yang Dimaksud Metode Radiofrequency Ablation?
Radiofrequency Ablation (RFA) adalah metode penanganan kanker hati minimal invasif yang bekerja dengan memanfaatkan energi panas dari gelombang radio untuk menghancurkan sel-sel kanker di hati.
Dengan menggunakan panduan pencitraan seperti ultrasound, CT Scan, atau MRI, dokter akan memasukkan jarum elektroda yang dapat menghantarkan energi gelombang radio ke jaringan tumor.
Setelah berada di posisi yang tepat, jarum akan dialiri energi radio frekuensi yang menghasilkan panas pada area yang bersentuhan langsung dengan jaringan tumor. Dengan suhu mencapai 60–100 derajat celsius, jaringan tumor yang terpapar akan mengalami nekrosis atau kematian.
Pasca RFA tindakan, pasien akan dipantau selama beberapa jam untuk memastikan tidak ada komplikasi, dan selanjutnya dapat kembali ke aktivitas normal.
Apa Kanker Hati Bisa Ditangani dengan Kemoterapi?
Kemoterapi dikenal sebagai salah satu metode penanganan kanker non-operatif, lanjut Rino.
“Namun metode ini tidak dapat diterapkan pada kanker hati seperti kanker lainnya karena hati merupakan organ yang menyaring racun dari tubuh,” jelasnya.
Obat-obatan kemoterapi dianggap sebagai zat racun oleh tubuh sehingga setelah masuk akan disaring oleh hati.
Meski demikian, obat-obatan kemoterapi tetap dapat digunakan pada pasien kanker hati melalui metode Transarterial Chemoembolization (TACE).
Advertisement
Apa Definisi Transarterial Chemoembolization?
Transarterial Chemoembolization atau TACE adalah prosedur minimal invasif yang menargetkan dan menghancurkan tumor secara langsung dengan mengombinasikan metode kemoterapi dan embolisasi.
Tindakan ini dilakukan di ruang angiografi dan pasien akan diberikan anestesi lokal di area pangkal paha atau lengan tempat kateter dimasukkan dan dinavigasikan ke arteri hepatika.
Prosedur TACE memanfaatkan campuran obat kemoterapi dan agen embolisasi yang disuntikkan langsung ke arteri yang memasok darah ke tumor.
Obat kemoterapi bekerja dengan membunuh sel-sel kanker sedangkan agen embolisasi (biasanya partikel kecil atau mikrosfer) bekerja dengan menyumbat arteri sehingga menghentikan aliran darah di area sekitar tumor.
Keduanya menyebabkan tumor kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga diharapkan sel tumor dapat mati.
Pasca tindakan TACE, pasien akan dipantau selama beberapa jam sebelum dapat beraktivitas normal dan kembali ke rumah. Pasien mungkin mengalami efek samping sindrom pasca-operasi seperti demam, mual, serta nyeri di area hati, tetapi gejala-gejala tersebut dapat dikelola dengan obat-obatan.
Kelebihan RFA dan TACE
Secara keseluruhan, RFA dan TACE dapat menjadi pilihan pengobatan kanker hati yang cepat, aman, dan efektif bagi pasien kanker hati, kata Rino.
Pasalnya, kedua metode ini memiliki beberapa keunggulan, seperti:
- termasuk tindakan minimal invasif yang cenderung memiliki risiko komplikasi lebih kecil;
- memungkinkan penghancuran sel tumor secara lokal (targeted treatment) dengan risiko kerusakan yang lebih rendah pada jaringan sehat di sekitarnya;
- membutuhkan waktu pemulihan lebih cepat dibandingkan pembedahan konvensional; serta
- memungkinkan untuk dilakukan lebih dari satu kali apabila di kemudian hari muncul tumor baru atau jika tumor tidak sepenuhnya hancur.
“Perlu diingat bahwa deteksi dini dan pengobatan awal yang tepat masih menjadi kunci utama untuk mengatasi kanker hati. Jika ada gejala atau memiliki faktor risiko, segera konsultasikan dengan dokter spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterologi dan hepatologi untuk pemeriksaan lebih lanjut,” saran Rino.
“Dengan perawatan yang tepat dan pencegahan yang cermat, dapat meningkatkan peluang kesembuhan kanker hati,” pungkasnya.
Advertisement