Waspada Mpox Varian Clade 1b yang Merebak di Afrika, Apa Langkah Strategis Kemenkes?

Di tengah peningkatan kasus Monkeypox di Afrika, clade yang bersirkulasi di sana punya angka kematian tinggi. Case fatality rate (CFR) Mpox Clade 1b mencapai 11 persen.

oleh Aditya Eka PrawiraBenedikta DesideriaAde Nasihudin Al Ansori diperbarui 30 Agu 2024, 00:03 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2024, 00:03 WIB
Kongo akan menerima vaksin mpox pertama
WHO telah melaporkan lebih dari 17.000 kasus mpox dan lebih dari 500 kematian di seluruh dunia pada tahun ini. (AP Photo/Moses Sawasawa)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan Mpox berstatus darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) pada 14 Agustus 2024.

Status ini dinyatakan WHO usai melihat peningkatan kasus Mpox yang mengkhawatirkan di beberapa negara Afrika. Terlebih usai temuan virus Monkeypox clade 1b pada September 2023 di Republik Demokratik Kongo, terjadi lonjakan kasus di negara tersebut. Lalu, negara-negara di sekitarnya seperti Burundi, Kenya, Rwanda dan Uganda melaporkan kasus Mpox pertama.

"Beberapa kasus negara tersebut memiliki hubungan dengan perjalanan ke bagian timur Republik Demokratik Kongo dengan virus yang teridentifikasi adalah clade 1b," tulis WHO di laman resminya pada 22 Agustus 2024.

Bukan cuma di Afrika, clade 1b telah sampai ke luar benua tersebut. Pada 15 Agustus 2024, Swedia melaporkan kasus Mpox clade 1b. Pasien tersebut sempat tinggal di sebuah wilayah di Afrika yang tengah mengalami wabah virus tersebut.

"Kasus ini yang pertama terdeteksi di luar benua Afrika," kata Direktur Jenderal Otoritas Kesehatan Masyarakat Swedia, Olivia Wigzell mengutip media lokal SVT Nyheter.

Setelah Swedia, Asia dikejutkan dengan temuan kasus pertama clade 1b. Thailand pada Kamis, 22 Agustus mengumumkan ke publik bahwa ada satu pasien Mpox dengan clade 1b.

Pria 66 tahun itu sampai di Bangkok pada 14 Agustus 2024 lalu langsung dibawa ke rumah sakit karena menunjukkan gejala khas dari Mpox. Siapa nyana hasil pemeriksaan whole genome sequencing menunjukkan pria dari Eropa itu terinfeksi virus Monkeypox clade 1b.

Menurut WHO, tingkat kematian kasus (case fatality rate/CFR) clade 1b mencapai 11 persen. Kehadiran clade tersebut pun memicu kenaikan kasus di Afrika. 

Epidemiolog Dicky Budiman menjelaskan, Mpox clade 1b bisa memicu kenaikan kasus di Afrika karena punya kemampuan lebih efektif dalam menginfeksi dan mengganggu imunitas.

“Ya karena dia mempunyai kemampuan yang lebih efektif dalam menginfeksi, clade 1b ini hasil mutasi. Kemudian ada kemampuan juga untuk menurunkan atau mengganggu imunitas (daya tahan tubuh) sehingga orang yang terinfeksi lebih mudah mengalami komplikasi,” jelas Dicky.

Misalnya, lanjut dia, pada pasien HIV yang daya tahan tubuhnya sudah terganggu, jika pasien itu terinfeksi Mpox maka dampaknya akan fatal.

Infografis Gejala, Pencegahan hingga Pengobatan Mpox. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Gejala, Pencegahan hingga Pengobatan Mpox. (Liputan6.com/Abdillah)

Mpox Clade 1b Belum Ditemukan di Indonesia

Infografis Jurus Kemenkes Tangkal Penyebaran Mpox. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jurus Kemenkes Tangkal Penyebaran Mpox. (Liputan6.com/Abdillah)

Kabar baiknya, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyatakan bahwa Mpox clade 1b belum ditemukan di Indonesia.

“Belum ditemukan kasus clade 1b di Indonesia,” kata Plh. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Yudhi Pramono kepada Health Liputan6.com, Kamis (29/8/2024).

Sejauh ini dari 88 kasus Mpox di Indonesia masih disebabkan oleh clade 2b --clade ini menjadi kedaruratan kesehatan global pada 2022 hingga 2023.

Meski belum ada kasusnya di Indonesia, Dicky Budiman mengingatkan agar Indonesia tidak boleh lengah. 

“Mpox yang disebabkan oleh clade 1b belum terdeteksi, belum dilaporkan oleh Indonesia, tapi bukan berarti Indonesia aman. Kita tetap harus menjaga dan memastikan bahwa itu belum masuk ke Indonesia,” kata Dicky dalam pesan suara dikutip Kamis, 29 Agustus 2024.

Guna memastikan hal tersebut, maka perlu deteksi yang aktif dan peningkatan surveilans. Deteksi dan penanganan Mpox penting dilakukan lantaran jika dibiarkan maka potensi mutasinya tinggi.

“Kalau dibiarkan tentu ada potensi yang lebih besar meskipun virus DNA cenderung lebih lambat mutasinya daripada virus RNA seperti Corona virus. Tentu ini juga tidak boleh dibiarkan karena mutasi Mpox itu akan punya potensi melahirkan satu virus yang lebih parah atau lebih mematikan, itu yang dikhawatirkan,” jelas Dicky.

 

Langkah Indonesia Hadang Mpox dari Luar Negeri

Plh. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr. Yudhi Pramono mengatakan Indonesia terus meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap Mpox. Upaya yang dilakukan Kemenkes terbagi dalam tiga kelompok besar yakni surveilans, terapeutik dan vaksinasi. 

Surveilans

“Peningkatan surveilans di pintu masuk negara dan wilayah, penyiapan dan perluasan kemampuan laboratorium untuk deteksi dan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS),” jelas Yudhi kepada Health liputan6.com, Kamis (29/8/2024).

Bagian dari upaya surveilans adalah dengan pelacakan kasus secara aktif atau active case finding dilakukan salah satunya melalui skrining di pintu masuk negara. 

“Salah satunya dengan penerapan SatuSehat Health Pass bagi pelaku perjalanan internasional yang masuk ke Indonesia. Juga dilakukan peningkatan surveilans Mpox di wilayah dan dengan melakukan kontak tracing jika ditemukan kasus konfirmasi,” jelas Yudhi.

Adapun di antara pintu kedatangan internasional yang diperketat adalah Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Pengetatan dilakukan jelang acara Indonesia-Africa Forum pada 1-3 September 2024 yang mengundang 51 negara di mana 28 di antaranya berasal dari Afrika.

Alur skrining Mpox di bandara I Gusti Ngurah Rai dimulai dari jalur kedatangan internasional. Semua penumpang akan melewati thermal scanner terlebih dahulu. Jika terdeteksi suhu tubuh di atas 37,5 derajat Celsius maka akan dilakukan pemeriksaan ulang menggunakan thermal gun.

Apabila suhu tubuh tetap tinggi, penumpang akan diarahkan ke ruang pemeriksaan untuk dilakukan pengambilan sampel usap (swab). Jika hasil pemeriksaan menunjukkan positif Mpox, penumpang segera dirujuk ke rumah sakit.

"Apabila terjadi kasus positif akan langsung kami evakuasi ke rumah sakit setempat," kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono yang mengecek langsung kesiapan skrining Mpox di bandara Bali itu pada Rabu, 28 Agustus 2024.

Selain kesiapan skrining Mpox, Balai Kekarantinaan Kesehatan Kemenkes RI juga memasang informasi sosialisasi mengenai kewaspadaan dan pencegahan Mpox pada layar digital di jalur kedatangan internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai. Sehingga pengunjung dari luar negeri lebih mengetahui penyakit menular akibat virus itu.

 

Terapeutik dan Vaksinasi Mpox

Dalam aspek terapeutik, Kemenkes sudah menyiapkan obat seperti antivirus dalam bentuk tablet maupun injeksi pada pasien yang terkonfirmasi positif Mpox. Pengobatan pasien, kata Yudhi, tergantung pada derajat keparahan. Bila ringan maka pasien cukup menjalani isolasi di rumah dengan pengawasan puskesmas setempat. Namun, bila berat pasien Mpox bakal dirawat di rumah sakit.

Vaksinasi Mpox

Upaya lain dalam menghadapi wabah yakni lewat program vaksinasi Mpox. Seperti vaksinasi pada umumnya ini merupakan upaya mencegah munculnya gejala atau meminimalkan keparahan penyakit.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa program vaksinasi Mpox di Indonesia ini tidak untuk semua melainkan hanya menyasar kelompok berisiko tinggi sesuai rekomendasi WHO.

"Memang vaksin ini bukan untuk masyarakat umum," kata Budi.

Kelompok berisiko tinggi yang menjadi target sasaran program vaksinasi Mpox di antaranya:

  • Lelaki berhubungan seks dengan lelaki.
  • Gay, biseksual dan pria yang berhubungan seks dengan pria lainnya.
  • Individu yang kontak dengan penderita Mpox dalam dua minggu terakhir.
  • Petugas petugas laboratorium yang melakukan pemeriksaan spesimen virologi terutama di daerah Mpox.
  • Petugas kesehatan yang melakukan penanganan pada kasus Mpox.

Kabar baiknya, pekan ini bakal datang 1.600 vaksin Mpox untuk mengantisipasi penyakit cacar monyet atau monkeypox ini.

“Dari 1.000 dosis vaksin yang kami datangkan, saat ini hanya tersisa 40 dosis. Kami sedang menunggu kedatangan 1.600 dosis vaksin tambahan yang diharapkan tiba minggu ini,” kata Budi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa, 27 Agustus 2024.

Setiap dosis vaksin Mpox memerlukan anggaran tidak murah. Satu dosis vaksin Mpox sekitar Rp3,5 juta.

Penularan Mpox 95 Persen Lewat Kontak Seksual

Penularan Mpox bisa lewat droplet, kontak tidak langsung tapi menyentuh barang pasien yang sudah terkontaminasi serta kontak seksual. Namun, kebanyakan penularan penyakit ini lewat kontak seksual.

"Penularannya benar-benar ada kontak seksual sekitar 95 persen yang sama seperti HIV," kata Budi mengutip Antara.

Mengingat kebanyakan kasus terjadi lewat kontak seksual, maka Budi mengingatkan ke masyarakat agar tidak terlalu khawatir dengan penularan Mpox. Terpenting, katanya, melakukan perilaku hidup yang baik bisa mencegah penularan Mpox.

"Penyakit ini tidak banyak menyebar, vaksin tidak tersedia dalam jumlah besar. Namun, jika perilaku baik dan mengikuti pedoman kesehatan, masyarakat tidak perlu terlalu khawatir,” kata Budi.

Cegah Mpox dengan Hindari Hubungan Seksual Berisiko

Praktisi kesehatan masyarakat, Ngabila Salama mengingatkan bahwa cara utama mencegah terinfeksi Mpox dengan menghindari hubungan seksual berisiko.

"Hindari berganti pasangan dan tidak menggunakan kondom. Karena semua kasus positif yang ditemukan sampai saat ini di Indonesia mekanisme penularannya dari hubungan seksual yang berisiko, juga disertai adanya kondisi imunodefisiensi," kata Ngabila dalam pesan teks yang diterima Liputan6.com.

Jika mendapati adanya gejala yang mengarah ke Mpox seperti lenting isi air untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Selain itu, gejala lain Mpox seperti penyakit infeksi di mana bisa ada demam, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, lemah, letih, lesu dan nafsu makan menurun.

"Jika ada keluhan segera ke puskesmas/RS untuk di PCR di tenggorokan, lenting, dan anus," kata Ngabila.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya