Vitamin D Diperlukan Semua Kelompok Usia untuk Jaga Imunitas, Ini Penjelasannya

Merujuk pada data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2020, kandungan vitamin D pada masyarakat Indonesia rata-rata berkisar pada 17,2 nanogram/mL, sementara standar minimal yang direkomendasikan adalah 30 nanogram/mL.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 07 Sep 2024, 19:19 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2024, 18:03 WIB
Kalbe Prove D3
Acara Kalbe Farma ‘D-Family Festive: From Zero to Hero’ di Jakarta, Sabtu (7/9/2024), (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai negara tropis, Indonesia berlimpah sinar matahari, sumber alami vitamin D. Namun sayangnya Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat permasalahan kekurangan vitamin D.

Padahal, vitamin D, khususnya vitamin D3 berperan penting bagi kesehatan dan pertumbuhan individu. Vitamin ini membantu mengatur penyerapan kalsium dan fosfor yang penting bagi tulang dan gigi yang kuat, kekebalan tubuh, perkembangan otak, serta kesejahteraan secara keseluruhan.

Seperti disampaikan dokter spesialis kebidanan dan kandungan dr Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG, M.Kes. FICS, reseptor vitamin D ada di seluruh tubuh manusia.

"Vitamin D itu reseptornya di seluruh tubuh kita, jadi mulai dari sistem muskoloskeletal (tulang, sendi), dari sistem jantung dan pembuluh darah, sistem saluran cerna (usus), dan juga sistem reproduksi," tutur Dara ketika berbincang dengan media dalam acara Kalbe Prove D3 di Jakarta, Sabtu (7/9).

Menurutnya asupan vitamin D3 harus terus dikonsumsi oleh semua usia guna menjaga imunitas tubuh.

"Bicara vitamin D3, itu memang harus diminum terus, karena itu tidak cuma untuk promil, untuk anak-anak, tetapi untuk imunitas," imbuhnya.

Masyarakat Indonesia Kurang Vitamin D

Dara merujuk pada data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2020, kandungan vitamin D pada masyarakat Indonesia rata-rata berkisar pada 17,2 nanogram/mL, sementara standar minimal yang direkomendasikan adalah 30 nanogram/mL.

"Jadi bisa dibayangin itu kurang banget," ujarnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kebiasaan Berjemur yang Kurang Tepat

 

Lalu, kebiasaan berjemur masyarakat untuk mendapat paparan vitamin D dari sinar matahari pun menurutnya kurang tepat. Alih-alih berjemur pada pukul 11.00 hingga 13.00 di mana paparan sinar matahari mengandung UVB yang membantu tubuh mendapatkan vitamin D, masyarakat, terutama lansia, seringkali berjemur di pagi hari sehingga tidak optimal.

"Ketika COVID kan, semua orang berjemur, cuma waktunya enggak pas, jemurnya kan pagi. Orang mestinya berjemur jam 11.00 siang, pas UVB, sampai jam 13.00. Jadi dengan adanya suplemen, menurut saya ini cukup praktis ya," jelasnya.

 


Orang Menopause Perlu Vitamin D

Suplemen vitamin D juga diperlukan bagi individu yang menopause guna mengurangi refluks asam lambung. Dara menjelaskan, kurangnya vitamin D pada individu menopause dapat menyebabkan kondisi sfingter atau otot yang berfungsi mencegah asam lambung berbalik arah ke kerongkongan kurang berfungsi dengan baik.

"Kalau orang sudah menopause, biasanya batuk-batuk. Enggak ada apa-apa, tiba-tiba batuk enggak berhenti. Nah, itu mungkin ada masalah di GERD, sfingter atau penjepit saluran ke atas itu sudah kurang berfungsi, selain karena memang ada masalah lambung yang lain," jelasnya.

 


Tanda Seseorang Kekurangan Vitamin D

Tanda lain seseorang kemungkinan kekurangan vitamin D, menurutnya adalah malas bergerak, mudah lelah, dan mengalami rambut rontok. Tanda tersebut tidak hanya berlaku bagi individu yang menopause, melainkan pada semua orang yang mengalami kekurangan vitamin D.

Oleh karena tanda yang disebutkan cenderung umum dan menyerupai kondisi kesehatan lainnya, Dara menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan guna memastikan kadar vitamin D dalam tubuh.

"Caranya kan gampang, bisa dengan tes darah," tuturnya.

Dia pun menyarankan agar individu mengonsumsi suplemen vitamin D minimal 5000 IU per hari.

Selain dari berjemur dan suplemen, Dara mengatakan vitamin D bisa didapat dari mengonsumsi ikan berlemak seperti makarel, salmon, sarden, serta kuning telur.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya