Liputan6.com, Jakarta Salah satu keluhan yang dialami pasien kanker adalah nyeri. Lebih dari 50 persen pasien kanker stadium awal hingga menengah mengalami nyeri selama perjalanan penyakit kanker mereka.
Dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif I Gusti Ngurah Akwila Dwiyundha mengatakan rasa nyeri yang dialami pasien kanker bisa berasal dari tiga hal yakni sel kanker, efek samping pengobatan dan kondisi medis lain yang menyertai.
Baca Juga
Sel Kanker
Yundha mengatakan bahwa sel-sel kanker adalah sel abnormal yang tumbuh dan merusak jaringan di sekitarnya. Lalu, sel ganas yang terus membesar juga dapat menyebabkan tekanan pada saraf, tulang, atau organ sehingga menimbulkan rasa nyeri.
Advertisement
"Kanker yang sudah menyebar ke organ lain seperti tulang, juga dapat menimbulkan rasa nyeri luar biasa," kata Yundha dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com.
Efek Samping Pengobatan
Faktor penyebab nyeri lainnya adalah akibat efek samping pengobatan kanker seperti kemoterapi, radiasi, pembedahan, dan konsumsi obat-obatan.
"Meski dapat membunuh sel kanker, terapi kanker juga dapat menimbulkan efek samping berupa munculnya nyeri kanker. Kondisi ini terjadi karena adanya gangguan pada saraf di sekitar lokasi tumbuhnya sel kanker," jelas dokter yang praktik di Pain Clinic RS Pondok Indah – Pondok Indah Jakarta itu.
Kondisi Medis Lain
Nyeri yang dirasakan pasien kanker tergantung pada berbagai faktor seperti lokasi dan penyebab kankernya.
Selain itu, pada pengidap kanker, lokasi nyeri bisa jadi berbeda dengan sumber nyerinya. Misalnya kasus kanker payudara yang menyebar ke tulang, kondisi ini dapat menyebabkan nyeri tulang meskipun sel keganasan aslinya berada di payudara.
Manajemen Nyeri
Guna meningkatkan kualitas hidup pasien maka ada beberapa metode untuk mengatasi nyeri pada pasien kanker lewat manajemen nyeri.
"Manajemen nyeri adalah sekumpulan prosedur medis yang dilakukan untuk meredakan ataumenghilangkan rasa nyeri pada pasien, meningkatkan fungsi bagian tubuh yang nyeri, danmeningkatkan kualitas hidup pasien," kata Yundha.
Manajemen nyeri akan diberikan ketika pasien merasakan nyeri yang signifikan atau berkepanjangan. Pendekatan komprehensif dan diagnostikyang akurat diperlukan untuk mengidentifikasi dan menangani sumber nyeri dengan efektif.
Advertisement
Metode Manajemen Nyeri
Yundha mengatakan bahwa ada dua metode manajemen nyeri yakni:
a. Manajemen nyeri farmakologi (terapi pengobatan pereda nyeri).
b. Manajemen nyeri non-farmakologi (penggunaan modalitas/teknologi medis atau prosedurtertentu), seperti stimulasi area nyeri dengan pemijatan, kompres dingin, kompres hangat,penggunaan modalitas Transcutaneus Electric Nerve Stimulation (TENS), teknik-teknik relaksasi, hingga terapi musik.